https://www.traditionrolex.com/27 Petani Dari Desa di Kintamani Ini Keluhkan Harga Hasil Pertanian Jeblok - FAJAR BALI
 

Petani Dari Desa di Kintamani Ini Keluhkan Harga Hasil Pertanian Jeblok

(Last Updated On: 04/11/2021)

BANGLI-fajarbali.com | Nasib para petani di tiga desa kecamatan Kintamani, yakni desa Abang Batu Dinding, Abang Songan dan Terunyan ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Pasalnya, meski sudah tiga pekan bencana gempa dan tanah longsor berlalu, namun Kamis (04/11/2021) akses jalan penghubung ke desa yang berada di kaki Gunung Abang ini, masih belum dibuka.

Mengingat, longsor susulan masih rawan terjadi. Karena itu, pemasaran hasil panen para petani di tiga desa tersebut juga terganggu. Dampaknya, hasil panen petani menumpuk dan memicu harga sejumlah komoditas pertanian seperti bawang, cabai dan sayur mayur di tingkat petani menjadi jeblok hingga 100 persen.

I Ketut Sukarma (54)  salah satu petani asal desa Terunyan mengakui, pasca bencana gempa dan tanah longsor yang menerjang wilayahnya tersebut turut membuat nasib para petani kini menjadi memprihatinkan. “Dampak tidak lancarnya sarana transportasi ke desa kami, telah membuat pemasaran hasil pertanian menjadi terganggu. Dari sisi harga, kini sangat jeblok,” ungkap Sukarma yang juga Kelian Adat Banjar Terunyan ini.

Disebutkan, ketika kondisi akses jalan masih belum terdampak gempa, para pengepul biasanya  sangat ramai berdatangan ke wilayahnya.  “Sekarang karena akses jalan masih berisiko dilintasi, pengepul sangat sedikit yang berani masuk. Penumpukan hasil panen pastinya terjadi yang menyebabkan harga yang diberikan kepada petani sangat murah,” bebernya.

Lanjut dia, seperti halnya harga bawang merah. “Sebelumnya harga bawang di tingkat petani tembus Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram. Namun sekarang dengan kondisi saat ini, harganya jauh menurun hanya berkisar Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu,” ujarnya. Dengan penurunan harga itu, dirinya mengaku merugi. Sebab, kata dia, untuk bisa kembali modal setidaknya harganya mesti diatas Rp 15 ribu per kg.

Sementara saat disinggung harga cabai, disebutkan kondisinya lebih parah lagi. “Untuk cabai, lebih parah lagi. Karena cabai kan tidak bisa didiamkan lama. Habis panen harus langsung dijual. Kalau tidak, tentunya akan busuk. Sekarang harganya juga sangat anjlok,” ungkapnya.  Disebutkan, harga cabai saat ini di tingkat petani, hanya Rp 8 ribu per kg. Sedangkan sebelumnya, bisa tembus diatas Rp 25 ribu per kg. “Yang namanya petani pasti memang ada pasang surutnya. Dengan kondisi sekarang, kami hanya bisa pasrah dan nerima saja. Karena ini akibat alam, mau gimana lagi,” keluhnya. 

Atas kondisi tersebut, pihaknya pun hanya bisa berharap supaya kondisi tebing Bukit Abang bisa kembali stabil agar akses jalan tersebut segera bisa dibuka sepenuhnya. “Akses jalan darat itu yang menjadi kendala utama bagi petani disini untuk memasarkan hasil panen. Sedangkan jika menggunakan kapal boat melalui jalur danau Batur, biaya angkutnya jauh lebih tinggi,” jelasnya. Untuk itu, kepada pemerintah,pihaknya berharap agar bisa membantu turut memasarkan hasil pertanian dari tiga desa tersebut, supaya harganya tidak terlalu anjlok. (ard)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Bupati Tabanan Puji Gotong Royong Masyarakat Desa Adat Utu

Kam Nov 4 , 2021
Dibaca: 16 (Last Updated On: 04/11/2021)TABANAN-fajarbali.com | Mendukung sikap gotong royong masyarakat Desa Adat Utu, Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M, mengapresiasi dan menghadiri langsung Karya Uleman Pemelaspasan dan Pujawali Pura Bale Agung / Puseh Desa Adat Utu didampingi oleh Anggota DPR Komisi IV Made Urip, Anggota […]

Berita Lainnya