https://www.traditionrolex.com/27 Di Masa Pandemi, Pembakaran Jenazah Di Krematorium Bebalang Meningkat - FAJAR BALI
 

Di Masa Pandemi, Pembakaran Jenazah Di Krematorium Bebalang Meningkat

(Last Updated On: 31/08/2021)

BANGLI-fajarbali.com | Di masa pandemi Covid-19, permintaan layanan pembakaran jenazah (kremasi) di Krematorium Bebalang, Bangli mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Bahkan, rekor tertinggi selama pandemi, dalam sehari Krematorium Bebalang bisa melakukan upacara kremasi dengan berbagai tingkatan hingga 38 jenazah yang didominasi korban Covid-19.


Kondisi ini juga dipicu adanya Surat Edaran (SE) dari PHDI dan MDA yang mengisyaratkan terkait penanganan korban Covid-19, tidak boleh menitipkan jenazah lebih dari dua hari. Karena itu, dalam sepekan terakhir Yayasan Sagraha Mandra Kantha Santhi terpaksa membuka pelayanan kremasi hingga tiga kloter dalam sehari, pagi, siang dan malam.  

Ketua Krematorium Bebalang, I Nyoman Karsana saat dikonfirmasi Rabu (25/8/2021), membenarkan adanya peningkatan layanan kremasi di masa pandemi ini.

“Dimasa pandemi, memang ada kenaikan. Namun bagi saya, kenaikannya tidak sih terlalu significant,” ungkapnya.

Sebab, selama ini pihaknya mengaku sudah terbiasa membantu melakukan kremasi, minimal 24 jenazah dalam hari. Hanya saja, pasca adanya instruksi dari Pemerintah Propinsi Bali, berupa Surat Edaran MDA dan PHDI Bali bahwasanya tidak boleh menitipkan jenazah lebih dari 2 hari. Karena itu, kegiatan kremasi di Bebalang pun menjadi meningkat lagi sehingga harus menerapkan pelayanan hingga tiga kloter atau shift.

“Biasanya kami lakukan dua shift, pagi dan siang. Namun pasca SE tersebut, kami akhirnya membuka tiga shift hingga malam,” beber Pria yang juga Kelian Adat Desa Pakraman Bebalang ini. 

Baca juga :
Pengrajin Sanggah Di Jehem Keluhkan Permintaan Anjlok Hingga 70 Persen
Rotary Club Of Bali Taman Serahkan Bantuan Sembako di SD 17 Pemecutan

Yang mana, daya tampung Krematorium Bebalang, dalam satu kloter pelaksanaan kremasi maksimal untuk 13 jenazah.  Karena itu, diakui, sejauh ini rekor tertinggi kremasi yang pernah dilakukan dalam satu hari bisa mencapai 38 jenazah yang didominasi korban covid-19.  

Meski demikian, lanjut Karsana, ada hari-hari yang tidak bisa melaksanakan prosesi kremasi. Yakni, saat hari-hari besar di Bali seperti Purnama, Tilem, Purwaning, Pasah dan odalan di Pura setempat.  Sementara terkait tenaga kerja, sejauh ini, Krematorium Bebalang telah menyerap sebanyak 30 tenaga kerja dari warga setempat. Selain itu, untuk sarana banten, pihaknya memberdayakan sejumlah home industri dari masyarakat Bebalang. Diyakinkan, untuk pelayanan yang terbaik, banten yang digunakan adalah banten yang baru dibuat sehari sebelumnya.

“Ditempat kami, tidak ada istilah stock banten, karena kami memberdayakan home industri dari masyarakat kami. Karena itu, selama ini hampir seluruh masyarakat Bali sudah pernah melakukan kremasi di Bebalang,” jelasnya.

Sebab, kata dia, yayasan yang dibuatnya itu untuk solusi, membantu masyarakat Hindu. Tidak hanya Hindu Bali, melainkan juga membantu masyarakat Hindu  Nusantara dan dunia.

“Dalam proses kami di krematorium, kami tidak semata-mata untuk profit oriented atau mengejar untung belaka. Bilamana ada warga miskin yang direkomendasi dari kepala lingkungan/kadus, Perbekel atau Lurah dan diteken oleh Dinas Sosial kami bantu secara gratis.  Atau berapa pun kemampuan yang bersangkutan bayar kami terima,” jelas Karsana.

Dan, itu bukan isapan jempol. Sejauh ini, setidaknya sudah 86 jenazah yang telah dibantu pihak Krematorium Bebalang.

Terkait proses pelaksanaan kremasi, ada beberapa tingkatan yang disediakan sesuai kemampuan masyarakat. Dimulai dari nista, madya dan utama, yang bisa dipilih oleh masyarakat dengan biaya yang juga bervariasi dari jutaan hingga puluhan juta.

“Prinsipnya, bukan besar bantennya yang menjadi acuan. Tetapi ketulusan masyarakat dalam melakukan ritual itu. Jangan sampai gelar upacara jual tanah,” tegasnya.

Lebih lanjut, terkait proses pembakaran jenazah korban Covid-19, pihaknya menegaskan telah menerapkan prokes ketat. Bahkan, para pekerja disana juga telah menerapkan penggunaan APD, masker dan jaga jarak. Hanya saja, yang paling ditakutkan saat ini justru masyarakat atau pihak keluarga almarhum yang datang. Sebab, lanjut Karsana, pihaknya tidak tahu apakah yang datang itu OTG atau tidak.

“Oleh karena itu, dalam sepekan terakhir, kami masih memperbolehkan pihak keluarga datang dengan syarat, bisa menunjukkan hasil swab PCR atau swab antigen yang negative bagi keluarga korban covid. Sementara jumlahnya yang boleh datang, dibatasi hanya 15 orang per satu jenazah. Itu pun tidak semuanya bisa masuk ke areal utama mandala. Karena untuk masuk ke areal upacara, kembali dibatasi dengan jumlah 5 sampai 10 orang per jenazah,” bebernya.

Sanksinya bila pihak keluarga almarhum membandel, tidak mau mengikuti aturan yang telah ditetapkan, pihaknya tak segan-segan akan membatalkan kegiatan kremasi dan jenazah almarhum diancam akan dipulangkan.

“Harapan saya, pandemi ini bisa segera berakhir agar kehidupan masyarakat bisa kembali normal,” pungkasnya. (ard)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Jawaban Pemerintah dalam Rapat Paripurna DPRD Badung, Bupati Giri Prasta Jelaskan Perubahan KUPA & PPAS APBD Tahun 2021

Sel Agu 31 , 2021
Dibaca: 33 (Last Updated On: 31/08/2021)MANGUPURA-fajarbali.com | Bupati Badung Nyoman Giri Prasta menyampaikan apresiasi atas kerja keras dan pencermatan Dewan terhadap Rancangan Perubahan Kebijakan Umum, Prioritas Program/Kegiatan/Sub Kegiatan beserta Perubahan Plafon Anggarannya yang tertuang dalam Dokumen Perubahan KUPA & PPAS Kabupaten Badung Tahun Anggaran 2021 dan Perubahan Anggaran Pendapatan dan […]

Berita Lainnya