https://www.traditionrolex.com/27 Penyintas Skizofrenia Buktikan Diri Bisa Berkarya Memukau - FAJAR BALI
 

Penyintas Skizofrenia Buktikan Diri Bisa Berkarya Memukau

“Melukis sebagai jawaban saya terhadap stigma di masyarakat. Sebagai orang yang pernah mengidap skizofrenia, sangat sulit diterima masyarakat dan dianggap sampah, tidak berguna,” jelas Komang Loster. Disamping membuat lukisan, mengisi waktu luang dirinya juga mematung dan sudah menyelesaikan  satu set Tapel Topeng Sidakarya.

 Save as PDF
(Last Updated On: 25/06/2023)
GIANYAR-fajarbali.com | Membebaskan diri dari stigma masyarakat bahwa dicap mengalami skizofrenia sangat sulit. Bahkan lebih mudah seorang penjahat koruptor membebaskan diri dari nama buruknya. Hal ini dialami Komang Sudiarta (40) asal Banjar Yeh Tengah, Desa Kelusa, Kecamatan Payangan. 
 
 
Untuk membuktikan dirinya sama dengan orang kebanyakan, lelaki yang akrab dipanggil Komang Loster, membuat karya lukis yang memukau bahkan sangat rajin mengikuti pameran lukisan dalam skala regional dan nasional. Komang Loster sendiri menamatkan pendidikan di SMK 1 Sukawati Tahun 2002 lalu terus berkarya. Namun di Tahun 2010 sempat mengidap skizofrenia dan beruntungnya mendapat pergaulan di Rumah Berdaya Denpasar sampai pulih. Pasca pemulihan, Komang Loster yang juga suka bermain musik menambah pengetahuan seni rupa di Miniatur Painting Keliki, sehingga karya lukisnya memiliki corak tersendiri. 
 
“Melukis sebagai jawaban saya terhadap stigma di masyarakat. Sebagai orang yang pernah mengidap skizofrenia, sangat sulit diterima masyarakat dan dianggap sampah, tidak berguna,” jelas Komang Loster. Disamping membuat lukisan, mengisi waktu luang dirinya juga mematung dan sudah menyelesaikan  satu set Tapel Topeng Sidakarya. “Ini pembuktian saya melalui karya seni, baik lukisan dan patung,” ujar lelaki yang juga pemain musik. Dimana dalam karya lukis lebih banyak menampilkan cerita tradisi Bali terkait dengan realitas kehidupan saya sehari-hari. Ketika ditanya harga sebuah lukisannya, musisi grup musik Alumni Rumah Sakit Jiwa (Arusaji) Denpasar yang pegang gitar bas ini menyebut harga dikisaran Rp 5 sampai 10 jutaan. “Biasanya satu lukisan bisa selesai dalam 20 hari. Kalau mood lagi bagus bisa selesai dalam seminggu,” tuturnya. 
 
Selama berkarya sudah mengikuti pameran bersama dengan Om Hara Kailasa di Museum Puri Lukisan (2023), Pameran bersama Ketemu Project di Art Jakarta (2022), Pameran Bersama Now Is a Good Time, Uma Seminyak Bali, by Ketemu
Project (2019), Pameran bersama di Oak Wood Art, Virginia Amerika (2019), Pameran bersama di Social space, Singapura, by Ketemu project (2018) dan pameran lain berskala regional Bali. 
 
Di ajang PKB ke44, Komang Loster ikut berpartisipasi memamerkan lukisannya. Lukisan kali ini terinspirasi cerita Calonarang. “Saya memfokuskan air karena kita hidup harus memahami sifat-sifat air, sifat yang menghanyutkan dan menenggelamkan, dan juga menumbuhkan,” jelasnya. Ditambahkan lotus atau teratai, filosofinya bahwa setiap orang bisa berbuat baik di lingkungan yang buruk, dan tangan yang membuat kita berpenghasilan, rejeki mengalir deras jika kita giat bekerja,” ajaknya. Untuk dapat melihat lukisannya, bisa melihat di Museum Neka Ubud, dimana karya-karya lain juga dipamerkan bersama seniman Bali Kanda Rupa.sar
 Save as PDF

Next Post

Perpustakaan Nawaksara Gianyar Diresmikan

Ming Jun 25 , 2023
Peresmian Perpustakaan Nawaksara juga ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Syarif Bando dan Bupati Gianyar I Made Mahayastra. Tak kalah menarik, anak-anak SD Negeri 2 Bedulu juga menampilkan koreo atau senam gemar membaca untuk meningkatkan budaya baca serta mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk datang dan membaca di Perpustakaan Nawaksara. 
IMG-20230623-WA0025

Berita Lainnya