Tim PKM melakukan koordinasi daring bersama mitra sasaran.
DENPASAR-fajarbali.com l Desa Tulikup, Kecamatan/Kabupaten Gianyar, tersohor dengan industri bata merah sebagai tulang punggung sebagian besar warganya. Namun, dari sisi kuliner, jangan lupakan jajan gambir.
Jajan khas Tulikup yang unik ini, bukan sekadar kudapan atau pendamping kopi. Keberadaannya sarat akan nilai historis. Seiring berjalannya waktu, perajin jajan gambir turun drastis meski permintaan tetap ada.
Berangkat dari persoalan tersebut, tim akademisi dari Universitas Ngurah Rai (UNR) Denpasar, terdiri dari; Dr. Ir. Putu Doddy Heka Ardana, ST., MT (ketua Pengusul), beranggotakan; Made Ayu Desy Geriadi, SMB., MM; Kadek Ary Purnama Dewi, SH., MH., dan Dr. Ni Luh Putu Suastini, SE., MSi., tergerak melakukan sesuatu agar jajan gambir tetap eksis.
Doddy Ardana, menjelaskan, timnya melakukan intervensi dengan skema Program Kemitraan Masyarakat (PKM) bertajuk “Implementasi Digital Marketing dalam Meningkatkan Penjualan Jajan Gambir di Desa Tulikup Kabupaten Gianyar”.
“Jajan Gambir adalah salah satu industri yang menjadi ciri khas di Desa Tulikup. Industri Rumah Tangga (IRT) Jajan Gambir termasuk dalam bidang usaha industri kerajinan jajanan tradisional yang dibuat dengan tepung ketan hitam dan diisi dengan olahan kacang merah yang telah dimasak dengan gula merah dan daun pandan atau biasa disebut unti,” jelas Doddy, beberapa waktu lalu.
Metode pelaksanaan pemberdayaan, lanjut Doddy, terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, observasi, pelaksanaan. Salah satu IRT jajan Gambir yang terdapat di Desa Tulikup adalah kelompok usaha Jajan Gambir Ni Kadek Juliami. Kelompok usaha ini dalam proses produksinya masih menggunakan cara tradisional, mulai dari pengadaan bahan, pengolahan bahan, serta cara pemasaran produknya.
Temuan tim di lapangan, masalah utama yang dihadapi oleh perajin jajan gambir adalah pemasaran yang belum dilakukan secara maksimal hanya menggunakan strategi word of mouth. Dalam usaha untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi kelompok tersebut, maka ditawarkan solusi berupa pembangunan website, akun sosial media dan e-commerce yang nantinya dapat digunakan sebagai strategi digital marketing dan dapat meningkatkan penjualan Jajan Gambir.
“Luaran hasil PKM adalah agar IRT jajan Gambir Kadek Juliami mampu meningkatkan akses pasar yang lebih luas sehingga dapat meningkatkan penjualan,” jelasnya.
Menurutnya, agar program PKM bisa berjalan tepat sasaran, maka diperlukan kerjasama dalam kemitraan dengan mengutamakan: 1) kebersamaan dalam kelompok; 2) orientasi pasar, dimana yang dihasilkan benar-benar merupakan kebutuhan pasar sehingga tetap keberlanjutan dan; 3) kemandirian dan keswadayaan harus dikembangkan sebagai strategi dasar pendampingan masyarakat mengingat jangka waktu yang terbatas.
Dahulu, jajan ini paling eksis menjadi sumber pendapatan warga desa selain kerajinan batu bata merah, bertani, dan berdagang. Namun kini, jumlah pengrajin jajan yang dikemas dengan daun bambu ini mulai berkurang.
Demi menjaga eksistensi inilah, Desa Tulikup berkomitmen untuk mengangkat potensi jajan Gambir. Jajan Gambir dibuat dengan tepung ketan hitam dan diisi dengan olahan dari kelapa parut kasar yang telah dimasak dengan gula merah dan daun pandan atau biasa disebut unti.
Sajian kuliner ini terasa lebih istimewa karena bungkusnya yang menggunakan daun bambu sehingga memberikan kesan unik pada penikmatnya. Disebut 'gambir' karena bentuknya mirip buah gambir yang biasanya buat menyirih atau nginang.
Jajan Gambir mudah dikenali karena selalu dijual dengan cara digantung dilangit-langit baik di pasar-pasar tradisional atau di beberapa toko oleh-oleh. Jajanan tradisional ini tahan disimpan hingga 7-10 hari hingga cocok dijadikan oleh-oleh. Pengrajin jajan Gambir di Desa Tulikup hanya tersisa lima perajinsalah satunya generasi milenial yang berlokasi di Banjar Roban. IRT ini tergabung dalam kelompok usaha Ni Kadek Juliami. Kelompok usaha ini sudah beroperasi lebih dari 20 tahun yang merupakan IRT warisan secara turun temurun di keluarganya.
Jumlah tenaga kerja yang diberdayakan pada usaha ini adalah sebanyak 4 (empat) orang yang berasal dari banjar yang sama. Ni Kadek Juliami adalah salah satu contoh wirausaha milenial yang berusaha menjaga eksistensi jajan tradisional daerahnya.
Berdasarkan observasi awal dan data dari pihak Desa Tulikup, keluarga Ni Kadek Juliami merupakan keluarga miskin. Dengan memproduksi jajan Gambir, Ni Kadek Juliami dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan sekaligus menjadi tulang punggung di keluarganya.
Keberadaan IRT Juliami ini memberikan dampak positif bagi kelompok (khususnya keluarga) yakni dapat meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat serta secara tidak langsung memberikan dampak positif bagi lingkungan dengan semakin populernya nama Desa Tulikup sebagai produsen jajanan tradisional nan unik yakni Jajan Gambir.
Dalam memasarkan jajan Gambir, Juliami masih menggunakan pemasaran secara konvensional. IRT Ni Kadek Juliami belum memanfaatkan digital marketing dalam memasarkan produknya dan hanya mengandalkan pemasaran dengan metode mulut ke mulut (word of mouth). Selama ini IRT Ni Kadek Juliami menjual produknya hanya pada konsumen yang datang langsung ke rumah yang merupakan juga tempat produksi.
Untuk mampu bertahan dalam persaingan saat ini, IRT Ni Kadek Juliami harus memanfaatkan digital marketing. Strategi digital marketing lebih menjanjikan karena meningkatkan kemungkinan terjangkaunya calon pelanggan yang potensial melalui detail informasi produk dan transaksi yang dilakukan secara daring. Hal ini memberikan dampak positif baik bagi penjual maupun pembeli dalam kenyamanan bertransaksi.
Digital marketing merupakan aktivitas dalam melakukan promosi dan mencari target pasar yang dilakukan dengan memanfaatkan media digital secara daring melalui sarana website, marketplace di media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp dan pemanfaatan e-commerce seperti Tokopedia, Lazada, dan Shopee.
Lebih lanjut, kata Doddy, hal ini sangat selaras dengan fokus bidang riset nasional yakni riset bidang pangan pertanian dan riset bidang sosial humaniora serta memiliki kontribusi dalam peningkatan taraf ekonomi keluarga, masyarakat, dan nasional sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, kegiatan pemberdayaan ini juga untuk mendukung prioritas riset nasional yakni digital economy melalui kegiatan pemasaran berbasis digital marketing dan green economy yakni meningkatkan ekonomi masyarakat melalui penguatan industri rumah tangga, peningkatan ketahanan pangan dan menciptakan keberlanjutan ekonomi masyarakat.
Berkaitan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) baik untuk dosen maupun mahasiswa, kegiatan PKM ini memiliki nilai yang sangat penting yakni akan memberikan pengalaman di luar kampus baik bagi dosen ataupun mahasiswa. Penerapan teori ataupun materi kuliah yang diberikan pada saat perkuliahan diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan mitra.
Utamanya bagi mahasiswa, kegiatan PKM ini merupakan implementasi dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yakni mahasiswa mendapatkan pengalaman di luar kampus sehingga nantinya berhak mendapatkan rekognisi berupa konversi mata kuliah dengan kesesuaian kegiatan pemberdayaan, penilaian softskill dan hardskill, dan juga meningkatkan kemampuan kerjasama serta problem solving dari mahasiswa.
Jika strategi pemasaran word of mouth dan direct marketing, dirubah dengan digital marketing, maka penjualan jajan gambir diyakini lebih meningkat dengan estimasi 50 persen. Sehingga tujuan PKM tersebut untuk memberikan pembinaan, pendampingan serta pemberdayaan pengrajin jajan gambir untuk memperlancar dan meningkatkan proses pemasaran untuk meningkatkan produksi jajan gambir sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan mitra serta masyarakat sekitar, mengingat tenaga kerja yang terlibat dalam usaha ini berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi usaha.
Hal ini berarti kelompok usaha ini secara tidak langsung telah membantu perekonomian masyarakat sekitarnya sebagai mata pencaharian utama bagi masyarakat. Digital marketing adalah untuk mempermudah proses pemasaran sekaligus memperluas pangsa pasar jajan gambir.
Adapun pendampingan yang telah dilakukan, meliputi; pelatihan terkait digital marketing, pemanfaatan marketplace di media sosial (seperti Facebook, Instagram, maupun TikTok) dan pemanfaatan e-commerce (seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada) sebagai sarana promosi untuk menjangkau pemasaran yang lebih luas.
“Digital marketing sebagai metode pemasaran merupakan salah satu media yang paling diminati oleh masyarakat dimana metode ini merupakan penerapan dan penggunaan teknologi dalam proses pemasaran. Penggunaan digital marketing sebagai salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan mitra sangat bersesuaian dengan lima fokus riset nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintahan,” imbuhnya.
Pihaknya juga membuatkan website usaha dan sosial media yang dapat digunakan sebagai pemasaran online untuk meningkatkan penjualan, dan tetntunya melatih pengoperasian website, sosial media, maupun e-commerce sehingga dapat memberikan dampak positif bagi IRT Ni Kadek Juliami.