Amlapura-fajarbali.coml
Sebagai salah satu daerah yang memiliki resiko kebencanaan tinggi, BPBD Karangasem merancang kegiatan simulasi kebencanaan dengan menyasar desa resiko bencana maupun kesekolah-sekolah. Selain itu, upaya lainya untuk mengingatkan masyarakat agar tetap waspada dengan memasang rambu gunung agung. Akan tetapi, kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan mitigasi kebencanaan ini setahun terakhir nyaris tidak dilaksanakan lagi. Penyebabnya, ketidaaan anggaran untuk mendukung kegiatan tersebut.
Plt. Kepala BPBD Karangasem, IB Arimbawa, Rabu (8/9/2021) mengakui, sepanjang tahun 2021 ini kegiatan simulasi kebencanaan yang telah dirancangnya tidak bisa berjalan. Arimbawa mengatakan, sejak awal tahun kegiatan ini sudah tidak berjalan lantaran keterbatasan anggaran yang diberikan. Pihaknya pun hanya bisa menganggandeng pihak swasta dalaaam melakukan mitigasi bencana kepada masyarakat. “Tahun 2021 ini anggaran di pangkas untuk penanganan Covid-19, sehingga kegiatan yang sudah kita rancang terkena imbas,” ujar Arimbawa.
Pihaknya merancang,edukasi dan Sosialiasi kebencanaan yang dilakukan ke sekolah-sekolah dari tingkat SD hingga SMA. Tujuanya, kata Arimbawa, untuk memberikan mitigasi sejak awal kepada anak-anak usia dini. Materi yang diberikanpun, katanya, antisipasi jika ada bencana yang datang secara tanpa diduga, sehingga anak-anak ini sudah bisamengetahui apa yang dilakukan. Selain itu, melalui simulasi kesekolah dharapkan para anak didik ini menjadi corong pemerintah dalam memberikan mitigasi kelingkungan sekitarnya. “Sejak tahun 2019 sampai 2020 sebanyak 8.462 pelajar yang disasar, mereka dari tingkat SD – SMA,” ujarnya lagi.
Kegiatan yang tertunda lainya, kata Arimbawa, melakukan edukasi dan sosialisasi kebencanaan kesekolah-skolah SD yang di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III yakni wilayah paling berisiko dampak erupsi gunung api agung juga belum tersentuh. Pihaknya berencana akan menggarapnya bersama NGO JICA Jepang. “Jadi lebih banyak kegiatannya melalui inovasi bersinergi dengan dunia usaha dan instansi vertikal dipusat,” ujarnya lagi.
Selain itu, kegiatan yang dirancang namun belum bisa berjalan yakni pemasangan rambu Gunung Agung. Dikatakan, dari 420 rambu yang dibutuhkan,pihkanya baru bisa terpenuhi dan terpasang 83 rambu. Rambu-rambu yang menandakan titik rawan bencana erupsi Gunung Agung ini bersumber dari BPBD Karangasem 59 rambu dan dari provinsi 24 rambu. “Ada lagi rambu larangan sumbagan dari dunia usaha sebanyak 14 rambu permanen dan spanduk,” ujarnya. (bud).