DENPASAR - sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor perekonomian saja. Wabah virus baru ini juga berdampak pada pendidikan di Indonesia salah satunya ditiadakannya aktivitas belajar-mengajar di sekolah. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal ini adalah belajar-mengajar hanya dilakukan dari rumah (daring), dinilai cukup efektif sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19 pada peserta didik.
Namun, di balik kebijakan belajar-mengajar di rumah tak jarang menyisakan masalah bagi psikologis anak salah satunya kerap merasa jenuh dan tak jarang membuat mereka stres. Dalam pandangan psikologi, kejenuhan yang dialami anak selama belajar daring di rumah, tergolong wajar. Terlebih, apabila pola ajar yang diterapkan guru relatif sama dan juga dalam jumlah banyak.
Psikolog, Nena Mawar Sari S.Psi mengatakan, apabila anak mengalami kejenuhan, orangtua harus menggali kreativitas untuk menyediakan ruang bagi anak berekspresi. Bisa dengan memasak bersama, berkebun, olahraga rutin, kegiatan seni seperti melukis atau bersih-bersih di rumah.
“Tidak lupa, orangtua juga harus memberi penghargaan kepada anak, yang sangat membantu anak mengobati kejenuhan selama belajar di rumah. Apabila hal tersebut berlangsung konsisten, ini sekaligus membentuk karakter anak yang haus akan berkreasi,” jelasnya.
Dalam proses belajar terdapat beberapa tahapan, yaitu tahap adaptasi dan sosialisasi. Namun, jika itu tidak terjadi maka akan mengganggu kesehatan mental anak.
Sebagai contoh anak introvert akan lebih senang dengan adanya orientasi online. Di sisi lain, anak ekstrovert akan menjadi tekanan tersendiri.
"Dampak yang panjang kalau menyangkut pendidikan akan menyebabkan under prestasi. Tidak punya motivasi untuk belejar lebih. Seharusnya tahun ajaran ini penuh suka cita. Lingkungan baru, teman baru, guru baru, dan lainnya," ungkap Nena.
Nena berbagi tips agar anak tetap nyaman belajar di rumah. Antara lain, orangtua harus menampakkan vibrasi positif kepada anak, dengan cara mengurangi mengeluh di depan anak. Kondisi harmonis di rumah dan mendampingi anak untuk bicara dari hati ke hati tentang perasaannya, ini sangat membantu terjalinnya kemistri antar anak dan orangtua.
"Orangtua juga dituntut untuk lebih mengontrol, mengawasi, dan mendampingi anak. Untuk orangtua yang secara pendidikan tidak mampu membimbing anaknya, paling tidak bisa mendampingi atau mengingatkan," ujarnya.
Ia berharap, arahan Pemerintah Pusat dan Provinsi agar pembelajaran berlangsung di rumah menjadi momentum menjalin komunikasi yang lebih baik antaranggota keluarga.
"Selain meningkatkan kreativitas, anak bisa diajak untuk terbiasa menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Serta, menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19, seperti tetap berada di rumah, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga kebersihan lingkungan," tegasnya. (dar).