Karangasem- fajarbali.com | Upaya gubernur Bali dalam melestarikan warisan budaya seperti kain tenun tradisional, tampaknya belum bisa menyentuh para pengerajin tenun di Karangasem.
Seperti para penenun cagcag di Dusun Waliang, Desa Abang, sejak tahun 2020 berhenti beroperasi lantaran minimnya permintaan. Untuk itu, diharapkan ada solusi Gubernur Bali untuk menyelamatkan para pengerajin tenun cagcag.
Perbekel Desa Abang, I Nyoman Sutirtayana, Minggu (8/8/2021) kemarin mengakui, para penenun cagcag memilih tidak beroperasi karena memang tidak ada permintaan semenjak pandemi covid-19 melanda sekitar tahun 2020 lalu. Apalagi, toko, artshop, dan pasar tradisional yang biasanya menjadi tempat menitipkan hasil kerajinan tenun cagcag kini sebagian besar tutup lantaran minim pembeli. Hal inilah yang membuat para pengerajin memilih tidak lagi memproduksi kain tenun cagcag.
Baca Juga :
Bupati Tabanan Menerima 3 Alat Oksigen Konsentrator dari Ikasmasta
Arya Wibawa Ingatkan Tim Paskibraka Taat Prokes Saat Latihan
“Sudah mulai tidak beroperasi sejak pandemi, karena pembeli yang sepi,” ujarnya.
Biasanya, kata Sutirtayana, kain cagcag digunakan saat gelar upacara keagamaan seperti tari rejang renteng, serta tari rejang lainnya. Karena minimnya permintaan, para pengrajin mengaku merugi karena stok kain masih banyak, alias belum terjual. Sedangkan, modal pengrajin banyak yang belum kembali karena sepinya permintaan kain tenun cagcag.
“Biaya produksi tenun cagcag lumayan tinggi dan dibutuhkan modal banyak sedangkan permintaan sama sekali tidak ada,” ujarnya lagi.
Sutirtayana sangat berharap agar pemerintah daerah dan provinsi mempromosikan kain tersebut, sehingga para pengrajin tak merugi. Mengingat harga kain tenun cagcag di pasaran harga perlembarnya kain sekitar 50 – 100 ribu, tergantung motif dan ukurannya.
“Kami berharap dengan komitmen bapak gubernur Bali dalam pelestarian budaya, bisa dicarikan solusi dan kalau bisa agar dibantu mempromosikanya,” pungkasnya. (bud)