AMLAPURA – fajarbali.com | Empat ekor babi milik warga banjar Palak Desa Besakih Kecamatan Rendang, Karangasem mati secara mendadak. Dinas Pertanian Karangasem belum bisa memastikan penyebab kematian babi-babi tersebut. Saat ini, Dinas Peternakan masih menunggu hasil laboratorium dari sampel babi yang dibawa ke BBPV Denpasar.
Informasi menyebutkan,empat ekor babi yang mati secara mendadak merupakan babi milik Gusti Jelantik di Banjar Palak, Desa Besakih. Keempat babi tersebut mati mulai mengalami sakit sejak 1 Januari 2020 lalu. Mulanya, Gusti Jelantik membeli enam ekor bibit babi sekitar tiga bulan lalu di Tembuku, Kabupaten Bangli. Kematian babi pertama diketahui pada 5 Januari, disusul pada 6 Januari dan dua ekor lagi mati pada 7 Januari.
Sedangkan saat ini satu lagi masih dalam kondisi sakit, dan sehat masih satu ekor. Sebelum mati, babi mengalami gejala yakni babi kebiruan pada telinga,perut dan kaki belakang, demam dan lemas. Dan dua hari setelah menunjukkan gejala klinis tersebut, babi mati.
Terkait kematian babi secara mendadak di banjar Dinas Palak, Desa Besakih ini, Kepala UPTD Puskeswan Dinas Pertanian Karangasem, Pande Gede Arya Saputra saat dikonfirmasi Selasa(11/2/2020), membenarkan kematian babi secara mendadak di Desa Besakih. Namun, pihaknya belum bisa memastikan apakah kematian babi mendadak ini dikarenakan terkangkit virus ASF atau tidak. Saat ini, pihaknya masih menunggu hasil uji sample dari laboratorium BBPV Denpasar. “Samplenya sudah kita bawa ke BBPV Denpasar untuk memastikan kematian babi milik warga itu,” ujarnya.
Dari Denpasar, sample juga dikirim untuk uji laboratorium ke Sumatera Utara untuk memastikan penyebab kematian babi. Mengingat kasus kematian babi baru pertama kali terjadi di Indonesia. Dikatakan Arya Saputra, pasca kematian babi disejumlah daerah di Bali, pihaknya telah melakukan antisipasi salah satunya dengan melalukan penyemprotan desinfektan ke kandang-kandang milik peternak babi. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan virus ke babi. “Antisipasi sudah kita lakukan dengan melalukan penyemprotan desinfektan,” ujarnya lagi.
Selain penyemprotan desinfektan, pihaknya juga telah menerjunkan petugas kesehatan hewan di masing-masing kecamatan untuk melakukan pemantauan sekaligus sosialisasi terkait virus ASF kepada masyarakat. Bahkan, pihaknya juga menghimbau agar peternak babi sementara waktu agar tidak mendatangkan babi dari luar Karangasem yang terjangkit wabah ASF. “Petugas juga memberikan KIE pada peternak, ini untuk mengantisipasi,” ujarnya lagi. (bud).