https://www.traditionrolex.com/27 Geliatkan Pariwisata Melalui Perekonomian Lokal - FAJAR BALI
 

Geliatkan Pariwisata Melalui Perekonomian Lokal

(Last Updated On: 17/04/2022)

Denpasar-fajarbali.com | Pembukaan pariwisata Bali tidak bisa dilakukan secara parsial dengan hanya mempertimbangkan sejumlah wilayah sebagai zona hijau. Penerapan zona hijau yang terbatas pada sejumlah wilayah dinilai tidak akan efektif dalam mendukung pembukaan pariwisata provinsi ini.


Sehubungan dengan hal tersebut, Akademisi Universitas Udayana I Nyoman Sunarta, Senin (17/5/2021) mengatakan, wisatawan asing yang akan berkunjung ke Pulau Dewata tetap akan melihat penyebaran pandemi Covid-19 secara keseluruhan di provinsi tersebut.

“Meskipun Bali mematok tiga wilayah yakni Ubud, Sanur, dan Nusa Dua sebagai zona hijau, wisatawan tetap akan mempertimbangkan status provinsi Bali. Pasalnya, ketika tiba di Bandara hingga menuju tiga kawasan hijau tadi, wisatawan akan melewati sejumlah daerah lain yang belum tentu masuk dalam zona aman pandemi Covid-19. Artinya, alih-alih mematok pembukaan pariwisata secara parsial di tiga zona tersebut, pemerintah seharunya mendorong agar status provinsi Bali masuk dalam zona hijau perkembangan Covid-19,” ungkap Sunarta.

Baca Juga :
Momen Lebaran Menjadi Opsi untuk Meraup Kunjungan
An Amazing Dining Experience at Mozaic Restaurant

Menurutnya, langkah untuk menekan kasus penyebaran dan melakukan vaksinasi pada 70 persen penduduk Bali dinilai yang paling relevan untuk memastikan kondisi Pulau Dewata aman dari penyebaran Covid-19.

“Kalaupun tiga zona di Bali telah dibuka, memangnya pegawai yang bekerja di tiga zona itu semua berasal dari sana, tidak dari daerah lain. Kalau di luar tiga daerah itu masih merah, apa gunanya ada zona hijau. Orang luar negeri tidak melihat zona hijau tersebut, mereka melihat Bali merah atau tidak, bukan tiga zona,” ujarnya.

Meskipun demikian, menjadikan Bali sebagai zona hijau tidak lantas menjadi kunci keberhasilan pembukaan pariwisata. Pasalnya, daerah-daerah di sekitar Bali seperti Jawa maupun Nusa Tenggara juga perlu dipastikan statusnya. Apalagi, dengan dibukanya pariwisata untuk wisatawan asing, akan mendorong masyarakat yang ada provinsi lain untuk menuju Bali. Padahal, status provinsi tersebut belum tentu sama dengan Bali.

“Kalau Jawa masih merah, Bali hijau, memang orang Jawa tidak boleh ke Bali, bisa marah mereka wisatawan boleh datang mereka tidak. Itu yang jadi pertimbangan, jadi tidak bisa dilihat secara parsial,” imbuhnya.

Pembukaan pariwisata dengan konsep travel bubble itu harus didasarkan pada status penyebaran Covid-19 masing-masing negara. Jika Indonesia sudah berstatus zona hijau, negara yang datang juga harus berasal dari zona yang sama. Sementara itu, Bali yang saat ini mulai terdampak varian baru mutasi Covid-19 dari Afrika Selatan dan Inggris justru dinilai tidak menjadi kendala.

Kemampuan Bali untuk melakukan pemulihan pasca ditemukannya varian baru menjadi kunci pembukaan pariwisata. Terlebih, wisatawan asing yang datang ke Bali juga tidak dapat dipastikan akan membawa varian baru Covid-19.

“Daripada membuka pariwisata Bali untuk wisatawan mancanegara yang realisasinya masih tergantung banyak hal. Bali lebih baik berpikir realisaitis dengan memanfaatkan perekonomian lokal. Pemerintah harusnya lebih realistis, gerakkan ekonomi lokal lewat orang lokal yang berkunjung ke Bali daripada tunggu wisatawan asing masuk,” tandasnya. (dha)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Pemkab Gianyar Berdayakan Kuliner Lokal Desa, Sebanyak 14 Desa Mendapat Pembinaan Kuliner Khas Desa

Sel Mei 18 , 2021
Dibaca: 3 (Last Updated On: 17/04/2022)GIANYAR-fajarbali.com | Pemkab Gianyar tengah aktif menggali potensi kuliner desa-desa di wilayahnya. Bekerja sama dengan Indonesian Chef Association (ICA) Cabang Gianyar, Pemkab Gianyar melakukan pembinaan dan pemberdayaan potensi pangan lokal masing-masing desa.  Save as PDF

Berita Lainnya