https://www.traditionrolex.com/27 Berdayakan Petani Melalui Daulat Pangan untuk Masa Depan Bali - FAJAR BALI
 

Berdayakan Petani Melalui Daulat Pangan untuk Masa Depan Bali

Upaya antisipasi kekurangan pangan untuk pulau dewata pada masa mendatang

 Save as PDF
(Last Updated On: 22/07/2023)

Jero Kadek Suardika

 

AMLAPURA – fajarbali.com | Di tengah meningkatnya tantangan ketahanan pangan global, upaya pemberdayaan pertanian menjadi fokus utama untuk memenuhi kebutuhan pangan secara berkelanjutan.

Khususnya Bali, sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian, maka penting untuk dilakukan upaya-upaya antisipasi dalam pemenuhan kebutuhan pangan.

Upaya pertama yang penting dilakukan yaitu menjaga tanah atau lahan pertanian di Bali agar tidak jatuh ke tangan orang asing, yang menjadikan lahan pertanian sebagai produk komersial lain.

“Bali itu spirit. Spiritnya Bali itu budaya. Budaya itu butuh tempat atau tegak istilah Balinya. Kalau tanah di Bali dikuasai orang asing, apakah kita masih memiliki spirit budaya Bali itu?” kata Jero Kadek Suardika saat ditemui di Kebun Organik Bajatani, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem, belum lama ini.

Jero Kadek mengatakan, pentingnya melakukan antisipasi secara bersama-sama agar tanah Bali itu tidak menjadi milik orang asing, apalagi menjadi alih fungsi lahan, menurutnya ini upaya strategis yang perlu dilakukan.

Dalam pemenuhan kebutuhan pangan, kata Jero Kadek, petani itu penting disejahterakan, sehingga dapat dipastikan petani itu tidak beralih fungsi lahan. “Caranya tetap kita memberdayakan ekonomi, tetapi ramah lingkungan dan ramah budaya” jelas Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Bali ini.

Pria asal Singapadu Gianyar ini melanjutkan, yang harus diperhatikan dalam memberdayakan dan mensejahterakan petani, yaitu bagaimana agar pendapatan petani tetap stabil bahkan meningkat dalam setiap periode.

Selanjutnya mengajak para petani tersebut mengarah ke pertanian ramah lingkungan, ini juga merupakan langkah antisipasi dari perubahan iklim yang dapat mengganggu hasil pertanian.

“Selama proses transisi dari bahan kimia menuju ramah lingkungan, petani ini perlu diproteksi dan perlu diberikan subsidi, dalam hal ini seluruh stakeholder dan pemerintah wajib memperhatikan para petani” ucapnya.

Selain itu, dalam tata kelola pertanian ramah lingkungan, fungsi Subak perlu diterapkan dan digaugkan kepada publik. Jero Kadek mengingatkan bahwa spirit orang Bali sendiri adalah budaya. Dan, menurutnya budaya itu salah satu ibunya adalah Subak. “Subak itu sejatinya sudah mengembangkan pertanian ramah lingkungan sejak dulu” ujarnya.

Penting untuk diingat bahwa menjaga keberagaman tanaman di lahan pertanian adalah kunci untuk pertanian berkelanjutan dan ketahanan pangan jangka panjang.

Sehingga, Jero Kadek berpandangan bahwa Subak bukan hanya tentang sistem irigasi, tetapi juga sebuah konsep budaya dan kebersamaan yang mengajarkan tentang kerjasama dan pelestarian lingkungan.

Keberlanjutan sistem pertanian di Bali sangat bergantung pada kelangsungan Subak, dan Ia berharap peran Subak sebagai praktek berkelanjutan dalam pengelolaan lahan pertanian harus terus dihargai dan dilestarikan untuk masa depan pertanian di pulau dewata ini. rl

 Save as PDF

Next Post

Aktivis Anti Korupsi Pertanyakan Perkembangan Kasus Penyegelan Kantor LABHI Bali

Sab Jul 22 , 2023
Terlapor dan Pelapor Tetap Berpegang Pada Proses Hukum
IMG_20230722_232529

Berita Lainnya