https://www.traditionrolex.com/27 Petani Kula-kula Harapkan Binaan - FAJAR BALI
 

Petani Kula-kula Harapkan Binaan

(Last Updated On: 27/02/2020)

TABANAN – fajarbali.com | Siapa sangka tumbuhan kula-kula atau porang umbinya mempunyai harga tinggi mencapai Rp 6000 perkilogramnya, padahal selama ini para petani menganggapnya hanya sebagai tanaman liar saja. Tetapi memasuki tahun 2019 porang mulai dilirik, dan memiliki peluang yang cukup besar untuk diekspor, akhirnya sejumlah petani di Desa Belatungan Kecamatan Pupuan, Tabanan, mulai mengembangkan tanaman tersebut.



Kini hampir setiap petani mulai mencoba membudidayakan puluhan bahkan ratusan tanaman Porang di kebun mereka masing-masing. Total ada puluhan ribu tanaman yang ditanam oleh petani di Desa Belatungan. Tanaman itu juga dikenal dengan sebutan tanaman Kula-kula.

 



Hal tersebut diungkapkan oleh salah seorang petani asal Banjar Dajan Ceking, Desa Belatungan,  I Wayan Sudiada selama ini tanamam kula-kula dianggap tanaman liar karena banyak tumbuh di hutan-hutan atau kebun kopi milik penduduk. Bahkan dianggap sebagai makanan ular. Kata dia tanaman Porang atau Kula-kula memiliji daun yang lebar, memiliki ujung runcing dan berwana hijau muda dengan batang halus dan berwarna belang-belang hijau putih. Pada setiap pertemuan cabang Kula-Kula terdapat  bubil warna coklat yang nantinya menjadi  bibit porang.

 

 “Kula-Kula ini punya umbi, tapi tidak bisa dikonsumsi langsung karena harus diolah terlebih dulu kalau tidak akan gatal-gatal,” ujarnya Kamis (27/2/2020).

 



Ditambahkannya jika tanaman kula-kula mulai dikembangkan oleh masyarakat Desa Belatungan karena umbinya mulai ada yang membeli. Untuk harga jualnya sendiri di tingkat petani mencapai Rp6.000 per kilogramnya. “Waktu itu kami masih mengambil dari tanaman kula-kula yang tumbuh liar. Kalah sekarang petani di banjar kami mulai banyak yang mencoba membudidayakan kula-kula atau porang ini,” imbuhnya.

 

Melalui media internet masyakarat Desa Belatungan pun gencar mencari informasi tentang tanaman porang tersebut. Saat ini mereka mulai mengetahui umbi porang banyak dicari untuk di ekspor ke beberapa negara seperti Tiongkok, Australia dan Vietnam. Bahkan permintaan ekspor umbi porang mencapai belasan ribu ton. “Informasinya umbi kula-kula (porang) diolah menjadi bahan baku kosmetik dan bahan pangan,” tuturnya.

 



Lanjutnya Sudiada, dengan hanya berbekal pengetahuan jelas dirinya merasa kurang puas, maka pihaknya meminta Gubernur Bali, Wayan Koster untuk bisa memberikan penyuluhan atau binaan terhadap para petani porang di desa Belatungan. Jadi dengan adanya binaan dari Gubernur Bali diharapkan bisa menghasilkan umbi yang maksimal dengan harga jual yang tinggi, selain itu juga mengenai pemasaran pihaknya juga sangat ingin dibantu Gubernur Bali sebab ia  tidak ingin ketika sedang panen porang tersebut tidak bisa di ekspor untuk dipasarkan.

 



“Saya harap Gubernur Bali, Wayan Koster bisa melakukan pembinaan kepada petani porang, agar para petani bisa menghasilkan hasil yang maksimal,” harapnya. (kdk).

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

PMI Tabanan Gelar Musyawarah Kerja Tahun 2020

Kam Feb 27 , 2020
Dibaca: 25 (Last Updated On: 27/02/2020)TABANAN – fajarbali.com |  Sekretaris daerah Kabupaten Tabanan, I Gede Susila, yang mendapat kehormatan untuk membuka Musyawarah Kerja tahun 2020 serta menutup Bulan Dana Palang Merah Indonesia (PMI) Tabanan gelar Musyawarah Kerja untuk membahas program kerja tahun 2020, Kamis (27/2/2020) bertempat di Markas PMI Tabanan, […]

Berita Lainnya