https://www.traditionrolex.com/27 Kondisi Lingkungan Makin Buruk, Parta Minta Kampus "Teriak" - FAJAR BALI
 

Kondisi Lingkungan Makin Buruk, Parta Minta Kampus “Teriak”

Dia mengajak warga kampus untuk berani “berteriak” mengkritisi persoalan ini agar Bali benar-benar menjadi pulau “mahal”

 Save as PDF
(Last Updated On: 27/07/2023)

Foto: I Nyoman Parta menjadi narasumber Kuliah Umum “Mewujudkan Kesadaran dalam Merawat Lingkungan Melalui Gerakan Biopori dan Eco Enzym” yang digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Ngurah Rai (Fishum UNR), Selasa (26/7/2023).

 

DENPASAR – fajarbali.com | Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali I Nyoman Parta, membeberkan kondisi lingkungan di Bali semakin buruk. Mulai dari pencemaran lingkungan, pengelolaan sampah hingga pantai.

Untuk itu, dia mengajak warga kampus untuk berani “berteriak” mengkritisi persoalan ini agar Bali benar-benar menjadi pulau “mahal”.

Demikian dikatakannya saat menjadi narasumber Kuliah Umum “Mewujudkan Kesadaran dalam Merawat Lingkungan Melalui Gerakan Biopori dan Eco Enzym” yang digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Ngurah Rai (Fishum UNR), Selasa (26/7/2023).

Dalam kuliah umum yang dihadiri perwakilan mahasiswa dari semua program studi dan sejumlah pegiat lingkungan ini, Parta menyayangkan minimnya kesadaran individu dalam menjaga lingkungan.

Misalnya, penggunaan kantong plastik sekali pakai yang makin marak selama pandemi. Diduga plastik-plastik pembungkus makanan/barang itu berasal dari belanja online. Ini menandakan perilaku masyarakat semakin konsumtif.

Bali, kata Parta, satu-satunya pulau di dunia yang dikelilingi laut dan punya empat tandon air, yakni Danau Buyan, Tamblingan, Beratan dan Batur. Tapi anehnya, Bali mengalami defisit air sekitar 366 juta kubik per tahun.

Yang memprihatinkan lagi, hasil riset memprediksi, Danau Buyan akan hilang tahun 2026 jika tidak dirawat dengan baik. Sejak dibuka menjadi obyek wisata camping kondisinya makin parah karena perilaku oknum pengunjung yang membuang sampah sembarangan.

Hanya pemandangan indahnya yang dinikmati sementara kebersihannya diabaikan. “Makin banyak yang berkunjung, makin jorok,” kata dia.

Ia melanjutkan, pembabatan hutan juga marak terjadi di Bali. Sehingga tidak heran, banjir bandang mengepung setiap musim penghujan. Demikian pula sampah-sampah di pantai.

Dia sendiri mengaku, pernah bersitegang dengan oknum dinas kebersihan salah satu kabupaten di Bali karena urusan sampah pantai. Saat itu ia dan pegiat lingkungan sedang membersihkan pantai. Namun petugas itu berdalih akibat telat membersihkan karena pandemi, cuaca, sampah kiriman dan lain-lain.

Parta berharap, masyarakat Bali kembali berpedoman pada “pitutur tua” dan petunjuk sastra yang jelas-jelas melarang pengerusakan lingkungan. Bahkan, Bhagawadgita, mengatakan pahala mereka yang merawat lingkungan sangat istimewa. Bisa masuk surga.

Untuk jenis sampah di Bali, lanjut Parta, 64,8 persennya adalah sampah organik. Dari jumlah itu, 40 persennya itu sisa buah. Itulah yang menyebabkan bau menyengat seperti yang diributkan akhir-akhir ini. Padahal 40 persen itu bisa dikelola sebagai eco enzym. Cairan ramah lingkungan sejuta manfaat.

Dia sendiri bersama sejumlah komunitas secara konsisten membuat lubang biopori dan menebar eco enzym di berbagai wilayah di Bali. “Berdoa dan ingin saja tidak cukup. Ayo lakukan demi keseimbangan lingkungan,” ajaknya.

Parta menilai, menjaga keseimbangan bumi, sumbernya dari diri sendiri. Sebab, tidak ada laut bersih jika sungainya kotor. Tidak ada sungai bersih jika paritnya kotor. Tidak ada parit bersih jika rumah-rumah kotor. Jadi kuncinya memang diri sendiri di rumah tangga.

Harapan besar ada dalam Undang-Undang No 15 tahun 2023 tentang Provinsi Bali. Dia menilai, produk hukum ini nantinya mampu menjadikan Bali sebagai “organic province”. Hal ini akan berdampak pada kualitas wisatawan. Kalau Bali sudah bersih, maka nilai tawarnya tinggi. Wisatawan yang datang juga berkualitas.

Rektor UNR Dr. Ni Putu Tirka Widanti, MM. M.Hum., memastikan, perguruan tinggi yang dipimpinnya sudah mengaplikasikan biopori dan eco enzym sejak beberapa tahun lalu. Jadi bukan sekedar beretorika.

Rektor mengajak seluruh Sivitas Akademika UNR membangun kesadaran kolektif merawat lingkungan melalui dua inovasi: biopori dan eco enzym.

“Dengan cara yang sangat sederhana. Di rumah masing-masing. Kita bisa berkontribusi menjaga keseimbangan bumi yang kita cintai,” kata rektor.

Dekan Fishum UNR Dr. Drs. I Wayan Astawa, SH., MAP., menambahkan, sejak 2021, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan sejumlah komunitas peduli lingkungan, seperti Pesanpede, Megaloman, Cokot-Cokot, Bersih Bali dan Toltol.

Pihaknya telah melaksanakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi bersama relawan lingkungan tersebut. Keseriusan Fishum UNR juga dibuktikan dengan mengirim mahasiswanya, Igna Agus Norma Sasono, dalam aksi World Cleanup Day (WCD) di Taiwan, 13-16 Juli 2023 lalu.

“Kami ingin menjadi pionir dalam mengimplementasikan Tri Hita Karana yang menjadi visi misi kita di Universitas Ngurah Rai,” kata Wayan Astawa. Gde

 Save as PDF

Next Post

SHARP RESMI LUNCURKAN SMARTPHONE AQUOS R7s DI INDONESIA

Kam Jul 27 , 2023
Dibaca: 171 (Last Updated On: 27/07/2023) Model sedang memamerkan Sharp AQUOS R7s Dibekali Sensor Kamera 1 inci Sharp AQUOS R7s Usung layar Pro IGZO OLED, Sertifikat IP68 dan chip Snapdragon 8 Gen 1 JAKARTA – fajarbali.com | Memposting foto dan video di media sosial masih menjadi tren dikalangan anak muda di […]
HP Sharp

Berita Lainnya