https://www.traditionrolex.com/27 Sosok di Balik Tari Kul-Kul dan Jagadhita - FAJAR BALI
 

Sosok di Balik Tari Kul-Kul dan Jagadhita

Kata Tirka Widanti, Tari Kul-Kul atau kentongan ini, bukan sembarang tari. Penonton diajak menggali filosofis tarian tersebut.

 Save as PDF
(Last Updated On: 28/10/2022)

Tari Kul-Kul disuguhkan dalam sebuah forum Pra KTT G20.

 

DENPASAR – fajarbali.com | Keberadaan Tari Kul-Kul dan Tari Jagadhita memperkaya khasanah tari kreasi Pulau Dewata. Menariknya, kedua tarian ini diciptakan oleh seorang akademisi perempuan, bukan seniwati murni.

Ia adalah Dr. Ni Putu Tirka Widanti, MM., M.Hum., yang juga menjabat Rektor Universitas Ngurah Rai (UNR) Denpasar.

“Kedua tarian ini saya ciptakan dalam setahun. Semester pertama tari kul-kul dan semester kedua tari jagadhita. Semuanya di tahun 2022,” jelas Tirka Widanti, di Denpasar, Jumat (28/10/2022).

Lantas bagaimana cara mengatur waktu di tengah kesibukan memimpin sebuah perguruan tinggi, juga berbagai organisasi lain di luar urusan domestik rumah tangga?

Menjawab pertanyaan itu, Tirka Widanti tampak santai. “Kaca mata kuda” diakuinya sebagai rahasia menyelesaikan setiap target. “Kaca mata kuda” inilah yang menuntun pandangannya lurus ke depan tanpa menghiraukan gangguan di samping.

“Setiap pekerjaan saya berusaha fokus. Menurut pepatah, mataharipun tidak bisa membakar jika tidak difokuskan,” ungkapnya.

Tak perlu memakan waktu lama, Tari Kul-Kul ciptaan Tirka Widanti langsung mendapatkan kesempatan menyambut Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Abdulla Shahid saat berkunjung ke Green School, Badung, Bali.

Selanjutnya, Tari Kul-Kul langsung menghentak panggung Pra KTT G20 pekan lalu di Green School. Para delegasi terlihat menatap lekat gerakan tari dan alunan musik. Ciri khasnya, penari turut memainkan kul-kul pada tempo tertentu.

Kata Tirka Widanti, Tari Kul-Kul atau kentongan ini, bukan sembarang tari. Penonton diajak menggali filosofis tarian tersebut.

“Pesan yang ingin saya sampaikan adalah upaya merawat kelestarian alam dengan simbol bambu,” jelasnya.  Di Bali sendiri, bambu sangat bertalian erat dengan kearifan lokal berbasis adat, budaya dan agama Hindu.

Bahkan, sejak manusia belum mengenal alat telekomunikasi, kul-kul memegang peranan besar. Kul-kul juga berfungsi mengatur jarak setiap rumah. “Kul-kul digebuk dulu, sampai di mana suaranya terdengar, baru boleh bangun rumah agar memudahkan komunikasi,” beber dia.

Sementara itu, terkait Tari Jagadhita yang secara khusus disuguhkan saat acara Wisuda Sarjana ke-XL dan Magister ke-XIII di The Westin, Nusa Dua Badung, Senin (24/10/2022), lalu.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, Jagadhita tergolong tari penyambutan.

Tari Jagadhita menyambut wisudawan/wisudawati pada Wisuda Sarjana ke-XL dan Magister ke-XIII UNR, Senin (24/10) di Nusa Dua.

Di Bali, kata dia, setiap tarian mempunya fungsi tertentu. “Tari Jagadhita sendiri berfungsi sebagai tari penyambutan bagi tamu kehormatan sekaligus dapat digunakan sebagai media hiburan,” ungkapnya.

Tarian ini memiliki ciri khas gerak tari yang memang sudah ada yang merupakan pedoman gerak tari dasar dalam sebuah tari.

Dalam pertunjukannya tari jagadhita memiliki keunikan tersendiri sesuai dengan istilah Jagadhita itu sendiri dimana pakaian yang di gunakan adalah berbagai jenis tari klasik tempo dulu yang artinya setiap orang memiliki cara dan pandangan yang berbeda namun tujuan dan maknanya sama.

Tarian ini biasanya ditampilkan oleh para wanita paling sedikit empat orang penari.

Gerakan dalam tari ini menggambarkan suatu keharmonisan, kemakmuran dan kebahagiaan setiap insan di dunia serta menunjukan tujuan hidup agar tercapainya moksa. Tak heran jika tarian ini menggunakan berbagai jenis pakain tari tempo dulu yang melambangkan persepsi berbagai sudut pandang namun memiliki satu kesatuan yang utuh.

“Ciri khas tarian ini terletak pada penggabungan ciri khas gerak tari seperti pendet panyembrahma dan yang lainnya dimana gerakannya yang hampir melibatkan seluruh anggota tubuh penari,” jelasnya.

“Jagadhita adalah kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan setiap orang, masyarakat, maupun negara sebagai tujuan hidup agar tercapainya moksatham jagadhita ya ca iti dharma di dunia ini dan di akhirat,” imbuh dia.

Melihat produktivitas Tirka Widanti di dalam dan di luar kampus, tampaknya suatu penelitian di Inggris yang dirangkum LiveScience, menemukan sebetulnya perempuan dan laki-laki menunjukkan kinerja yang sama saja, ada benarnya.

Namun, perempuan terlihat lebih baik dalam hal menyusun strategi untuk menyelesaikan banyak pekerjaan dalam satu waktu.

Penelitian tersebut melaporkan perempuan memiliki konsentrasi dan kontrol kognitif yang lebih tinggi daripada pria.

Terutama dalam hal perencanaan, pemantauan, dan “mematikan” perilaku yang dapat menghambat pekerjaan.

Sebaliknya, fokus pria langsung terpecah begitu mereka terjebak dalam situasi yang mengharuskan banyak pekerjaan berbeda datang dalam waktu bersamaan. (Gde)

 Save as PDF

Next Post

Gandeng Yayasan Aku For Bali, Gabungan Komunitas Honda Serahkan Bantuan Untuk Korban Banjir di Jembrana

Jum Okt 28 , 2022
Dibaca: 60 (Last Updated On: 28/10/2022) Penyerahan bantuan kepada korban banjir bandang di Jembrana (Foto : ist)   NEGARA-fajarbali.com | Gabungan komunitas Honda yang terdiri dari Honda ADV Indonesia (HAI BALI Chapter), Honda PCX Community Dewata (HPCD), All PCX Community Indonesia (APCI), dan Honda PCX Club Indonesia Bali Chapter (HPCI […]
Penyerahan bantuan kepada korban banjir bandang di Jembrana-d0916cb3

Berita Lainnya