https://www.traditionrolex.com/27 Prof. De Su: Ibu Saya Buta Huruf, Tapi Tidak Buta Masa Depan - FAJAR BALI
 

Prof. De Su: Ibu Saya Buta Huruf, Tapi Tidak Buta Masa Depan

Ingatannya tertarik ke lorong waktu sekitar 1982 silam, tepatnya saat sang ibu tercinta, Nyoman Rening menghadap Sang Kuasa. Di tahun itu pula, De Su yang baru berkuliah di FKIP Unud (kini Undiksha Singaraja) hampir kehilangan masa depannya.

 Save as PDF
(Last Updated On: 08/06/2023)

Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, SH., M.Hum. (memakai toga) usai dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap UPMI Bidang Ilmu Linguistik (Wacana Sastra), Kamis (8/6/2023). 

 

DENPASAR – fajarbali.com | Kamis 8 Juni 2023 pagi, Kampus Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali dibanjiri papan bunga. Dari pintu masuk hingga aula utama. “Selamat dan Sukses atas Pengukuhan Guru Besar Tetap UPMI Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, SH., M.Hum” demikian tertulis di setiap papan berhiaskan bunga aneka warna.

Para tamu undangan yang didominasi pejabat dan pimpinan perguruan tinggi pun, bergiliran menjabat tangan Suarta sambil berswafoto mengabadikan momen bersejarah dalam hidup seniman arja tersebut.

Cerita itu hanya sekelumit dari puncak-puncak kebahagiaan atas capaian De Su–sapaan karib Made Suarta, setelah menerima SK bernomor 25229/M/07/2023 tentang Kenaikan Jabatan Akademik/Fungsional Dosen yang ditandatangani “Mas” Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim.

“Terima kasih kepada kedua orangtua yang telah bersemayam damai dalam pelukan Sang Semesta. Semoga Beliau tersenyum bahagia di alam sana” petikan kalimat itu diakui paling membuat hatinya bergetar.

Kalimat itu diucapkan sesaat sebelum Guru Besar Tetap UPMI Bidang Linguistik (Wacana Sastra) tersebut membawakan orasi ilmiahnya.

Ingatannya tertarik ke lorong waktu sekitar 1982 silam, tepatnya saat sang ibu tercinta, Nyoman Rening menghadap Sang Kuasa. Di tahun itu pula, De Su yang baru berkuliah di FKIP Unud (kini Undiksha Singaraja) hampir kehilangan masa depannya.

Usia tiga tahun ditinggal sang ayah, Nyoman Buda. Kini disusul sang ibu. Belum lagi harus mengurus dua adik kembarnya. Tentu sangat memukul. Dia sempat mengalah. Kuliah di Singaraja ditinggalkan.

Hanya satu pesan mendiang ibunya yang tak pernah dilupakan; tetap kuliah. Jadilah pegawai. Dan, cari istri pegawai juga. De Su pun bangkit. Memulai lembaran baru. Melanjutkan kuliah di IKIP PGRI Bali sembari menjadi pegawai di kampus baru itu berkat tuntunan salah satu pendiri, Redha Gunawan (alm).

De Su tak malu mengakui jika ibu tercintanya itu buta huruf. Namun tidak buta akan masa depan buah hati yang keluar dari rahimnya. Dengan segala keterbatasannya, tanpa suami, mendiang Nyoman Rening sanggup membesarkan bahkan menyekolahkan anak-anaknya.

“Cara beliau merawat kami anak-anaknya, sangat sederhana tapi penuh cinta kasih. Beliau ingin anak-anaknya sukses, sehingga dalam otaknya hanya kerja, kerja, kerja untuk anak,” kenangnya.

Oleh karenanya, De Su mendedikasikan capaian tertinggi sebagai dosen ini untuk kedua orangtuanya di surga. Selain untuk institusi, masyarakat bangsa dan negara.

Ketua YPLP PT IKIP PGRI Bali Drs. IGB Arthanegara, SH., MH., M.Pd., juga tak bisa menyembunyikan kebanggannya. De Su adalah produk asli UPMI. “Beliau memulai karir dari pegawai bawah. Merangkak jadi dosen, hingga rektor. Jadi benar-benar dari bawah,” kata Arthanegara.

Kehadiran tiga guru besar tetap dalam kurun waktu berdekatan ini, kata Arthanegara, membuat UPMI lebih percaya diri meningkatkan eksistensi di tengah masyarakat. Ke depan, tinggal mendorong dosen-dosen lain yang telah mengantongi syarat ke guru besar.

Dalam orasi ilmiahnya, De Su menegaskan, bahwa pendidikan mempunyai dua fungsi utama, yakni “transfer of value” dan “transfer of knowledge”. Pendidikan dengan fungsi transfer of value bertujuan untuk menghumanisasikan peserta didik.

Menurut akademisi yang juga berkecimpung di dunia tarik suara ini, salah satu proses humanisasi dapat dilakukan melalui pengajaran apresiasi sastra. Humanisasi melalui apresiasi sastra perlu menjadi prioritas untuk menciptakan peserta didik yang berkarakter, beradab, bermartabat, cinta budaya dan tanah air.

“Karya sastra merupakan representasi nilai masyarakat yang dapat dijadikan landasan konstruktif pembentukan karakter manusia. Tujuan sastra pada hakikatnya adalah memperbaiki kehidupan dan menyebarkan nilai-nilai manusiawi,” katanya mengutip pandangan Barry.

Sebelum diktat, buku teks, dan modul terlahir, teks kesusastraan telah menjadi sumber pengetahuan dan memberikan sumbangan penting bagi tumbuh kembang manusia. Sastra dapat dikatakan sumber pengetahuan yang paling tua di dunia, di dalamnya terdapat nilai (moral dan etika).

Sastra dapat dipandang dari dua sisi, yaitu artistik dan muatan. Dari perspektif muatan, karya sastra memiliki fungsi sebagai sumber pengetahuan sosial, budaya, sejarah, religi, dan sebagainya. Sastra menyajikan menu kebenaran melalui medan keindahan bahasa yang tidak dapat ditemukan dari sumber pengetahuan lainnya.

Berdasarkan pendapat, Damono, lanjut Suarta, sastra adalah mesin reproduksi nilai, keyakinan, dan norma-norma yang disepakati masyarakat. Nilai dalam karya sastra tercermin dari lakon atau kisah yang kerap menjadi kontrol perilaku sosial. Nilai dapat menjadi roh yang menjiwai karya sastra.

Sepanjang sastra memuat nilai yang universal selama itu masyarakat menjadikan sastra sebagai sumber kehidupan. Nilai universal menonjol dalam sastra Bali tradisi. Karya sastra Bali tradisi dalam sejarahnya telah menjadi bagian yang melekat dan menjadi identitas masyarakat Bali.

“Dilihat dari bentuknya sastra Bali tradisi dibedakan menjadi tiga, yaitu gancaran (prosa), tembang/ Geguritan (puisi), dan palawakya (prosa berirama menggunakan berbahasa Jawa Kuno). Dari ketiga jenis sastra Bali tradisional ini, tembang merupakan bentuk sastra yang paling populer diapresiasi oleh masyarakat di Bali. Hampir dalam setiap kegiatan di Bali tembang (puisi) selalu dilantunkan,” imbuhnya.

Turut hadir pada upacara pengukuhan guru besar tersebut, Ketum PGRI Prof. Unifah Rosidi, Ketua PB PGRI Prof. Sukardi, Ketua YPLP PT IKIP PGRI Bali Drs. IGB Arthanegara, SH., MH., M.Pd., Kepala LLDikti VIII Dr. Gusti Bagus Lanang Eratodi, MT., Ketua APTISI Bali, Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta se-Bali, keluarga, kerabat dan undangan lainnya. (Gde)

 Save as PDF

Next Post

Polda Bali Rangkul Disdikpora, Diprediksi Sebagian Besar Pemilih 50 Persen Milenial

Kam Jun 8 , 2023
Pemilih Pemula Dioptimalkan untuk Dapat Memilih Sehingga Angka Golput Rendah
IMG_20230608_200030

Berita Lainnya