https://www.traditionrolex.com/27 Filosofi Hidup Menyatu dengan Alam, Tetap Berbuat Selama Bisa Bergerak, Bicara dan Berpikir - FAJAR BALI
 

Filosofi Hidup Menyatu dengan Alam, Tetap Berbuat Selama Bisa Bergerak, Bicara dan Berpikir

Mamulai karir sejak 1990, karya pria kelahiran Gianyar, tahun 1965, ini telah menyebar ke seluruh Tanah Air.

 Save as PDF
(Last Updated On: 01/06/2023)

I Wayan Subur, SH., berpose di depan hiasan dinding berbahan sampah laut.

 

DENPASAR – fajarbali.com | Kayu dan akar-akar pohon memenuhi dinding Subur Art Creative (SAC) di Jalan By Pas IB Mantra, Ketewel, Gianyar. Bahan yang berasal dari limbah laut itu dikumpulkan I Wayan Subur, owner SAC sejak belasan tahun lalu.

Di tangan undagi bade ini, sampah-sampah berkarakter keras itu juga disulap menjadi interior di tiap sudut ruangan. Menyapa ramah mata yang memandang.

Lekukan demi lekukan alami buatan alam disusun dengan sentuhan seni berhasil menyulap ruangan menjadi unik, membuat setiap orang berkunjung betah dan kagum.

Kebanyakan yang datang ke SAC adalah para sahabat, politisi, pemesan ogoh-ogoh, kompor mayat, wadah, bade, lembu dan sebagainya. Tempat seluas 8 are ini juga dijadikan bengkel kerja oleh Wayan Subur. Di tempat ini lah, perangkat ngaben itu digarap oleh Subur dan karyawannya.

Menariknya, setiap tamu yang datang disuguhi hidangan lokal, seperti kacang, ubi dan jagung rebus, tentunya ditemani secangkir kopi panas.

Begitu pun dengan karyanya, Wayan Subur pantang menggunakan bahan plastik atau styrofoam. Konsistensinya terjaga sejak mengawali karir sebagai undagi bade sejak 1990. Dengan kata lain, sangat jauh sebelum Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik diterbitkan.

“Filosofi hidup saya adalah menyatu dengan alam. Sehingga dalam berkarya pun saya tidak menggunakan bahan plastik,” jelas Wayan Subur, ditemui di SAC, Kamis (1/6/2023).

Seniman yang mewarisi gen leluhurnya di bidang arsitektur wadah ini menyebut, penggunaan kayu dan bahan alami lainnya adalah komitmen mengikuti petunjuk sastra. Sejak dalam janin, Wayan Subur telah mengenal wadah.

“Misalnya untuk tapel petulangan, saya gunakan kayu kapuk randu. Filosofinya, ketika hidup, manusia menggunakan kasur kapuk. Saat diaben pun menggunakan kapuk,” jelasnya.

Mamulai karir sejak 1990, karya pria kelahiran Gianyar, tahun 1965, ini telah menyebar ke seluruh Tanah Air. Tidak hanya di Bali. Umat Hindu di kantong-kantong transmigrasi, misalnya Lampung, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lain pernah memesan badenya.

Demikian pula perangkat kelengkapan seperti kompor mayat. Bahkan tak jarang Wayan Subur diminta bantuan. Ia pun mengirim kompor ke lokasi sebagai bentuk donasi, kepedulian sesama umat Hindu.

Lebih lanjut, Wayan Subur menjelaskan, wadah bade baru menjadi industri mendekati tahun 2000. Sebelumnya, para undagi termasuk dirinya bersifat ngayah di lokasi upacara pitra yadnya.

“Dari kecil saya biasa ngayah keliling Bali. Kadang sampai berhari-hari. Nggak ada upah sama sekali. Palingan kalau pulang dikasi beras satu kampil kecil,” kenangnya.

Transformasi wadah bade menjadi barang dagangan karena munculnya kesadaran dari masyarakat, bahwa undagi juga memerlukan modal untuk membeli bahan-bahan dan upah tenaga kerja.

Namun demikian, Wayan Subur tidak memanfaatkan keahliannya untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Yang penting, ongkos tukang dan biaya bahan tertutupi. Dan, upacara berjalan lancar.

Kenangan yang paling berkesan bagi Wayan Subur yakni menyelesaikan bade setinggi 15 meter dalam waktu tiga hari untuk palebon di Puri Kantor, Ubud. “Saya dibantu 40 orang tenaga. Sampai tidak tidur 3 hari,” kenangnya puas.

Di dunia undagi bade pula, Wayan Subur yang juga dikenal aktif berpolitik ini mendapatkan dukungan untuk maju sebagai kandidat calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI perwakilan Bali dari jaringannya se-Bali.

Seolah mengamini dorongan tersebut, kini Wayan Subur memantapkan diri maju di jalur legislatif. Ia pun tercatat sebagai Bakal Calon DPRD Provinsi Bali Dapil Gianyar dari Partai Gerindra.

Wayan Subur tidak memberi banyak janji ke masyarakat. Yang jelas, dia yakin masih banyak pemilih yang ‘waras’. Bisa menilai sendiri siapa yang pantas mewakili aspirasinya. Rekam jejak tidak bisa dibohongi.

“Pertama saya tegaskan bahwa jabatan itu jangan dipakai sebagai sumber penghasilan. Jabatan itu jalan untuk ngayah,” katanya.

Jika dipercaya menduduki kursi legislatif, pria asal Banjar Peninjoan, Batuan, Sukawati ini, telah merancang program-program pro wong cilik. Sementara itu, usahanya di bidang jasa pembuatan bade tetap berjalan untuk menutupi kebutuhan hidup keluarga.

Jadi dia memastikan tidak tergantung dari gaji sebagai anggota dewan, apalagi sampai memainkan bansos. “Masyarakat harus tahu, bansos itu memang hak masyarakat. Bansos memang kembali ke masyarakat dalam berbagai bentuk,” kata Wayan Subur mengingatkan.

Kekagumannya kepada sosok Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto menjadi pertimbangan tersendiri. Prabowo, kata Wayan Subur adalah sosok negarawan sejati yang layak memimpin Indonesia sebagai Presiden 2024-2029.

“Selama masih bisa bergerak, berbicara dan berpikir, saya tetap berbuat untuk masyarakat, khususnya umat Hindu dalam bidang yang saya kuasai,” kata Wayan Subur memungkasi. (Gde)

 Save as PDF

Next Post

Pemilik Angkringan Asal Makassar Bobol Vila Turis India

Kam Jun 1 , 2023
Sudah Memantau TKP dari Pinggir Pantai
IMG_20230601_200014

Berita Lainnya