Membangun Indonesia Emas dari Desa

“Kuncinya kita bangun komitmen dari hulu sampai hilir, bagaimana perencanaan kita menjadi keluarga yang berkualitas”.

 Save as PDF
(Last Updated On: )

Sosialisasi Penguatan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Desa Pangkung Paruk, Seririt, Buleleng.

SINGARAJA-fajarbali.com l Sebagai kado 100 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Pemerintah mencanangkan Indonesia Emas pada tahun 2045 mendatang. Salah satu program priorotas yang digenjot yakni penyiapan sumber daya manusia (SDM) sehat, cerdas, dan kompetitif.

Melalui Perpres 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, Presiden memerintahkan seluruh jajaran untuk bergotong royong mengentaskan stunting, dari sebelumnya di angka 24,4 persen secara nasional menjadi 14 persen. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ditunjuk sebagai komando program prioritas nasional tersebut.

Demikian dikatakan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali Sarles Brabar, di sela Sosialisasi Penguatan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Komisi IX DPR RI di Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Jumat (26/1/2024).

Sarles menjelaskan, khusus di Provinsi Bali, prevalensi stunting aman dan terkendali. Bali sukses menduduki posisi terendah nasional 8 persen. Dan kabarnya, tahun 2024 ini berkisar di angka 6 persen meski belum secara resmi diumumkan oleh pemerintah pusat. Bali pun menurut dia, dijadikan percontohan oleh sejumlah daerah di Indonesia.

Sarles melanjutkan, stunting dipicu oleh hal yang kompleks, sehingga tidak bisa diselesaikan satu orang atau satu instansi. Di Bali sendiri, semua elemen diajak bekerja sama, baik itu instansi vertikal, pemerintah daerah, desa, kelompok masyarakat hingga desa adat.

“Kuncinya kita bangun komitmen dari hulu sampai hilir, bagaimana perencanaan kita menjadi keluarga yang berkualitas. Perhatikan kesehatan dari pola hidup dan asupan makanan bergizi. Saya rasa edukasi pencegahan stunting sudah gampang diakses di berbagai media,” jelasnya.

Anggota Komisi IX DPR RI I Ketut Kariyasa Adnyana sependapat dengan Sarles Brabar, bahwa edukasi tentang pencegahan stunting bisa diakses dengan mudah di era digital ini, terlebih sudah ada tim khusus yang mendampingi keluarga hingga ke pelosok-pelosok desa.

Yang paling penting saat ini adalah komitmen bersama menyukseskan Indonesia Emas. Kesuksesan program nasional, menurutnya, adalah akumulasi dari kesuksesan program-program di desa, sehingga desa memegang peranan penting.

Setelah inrastuktur terbangun, Kariyasa menilai, saatnya membangun manusianya. “Apalagi Bali yang notabene destinasi pariwisata dunia, tidak boleh masyarakatnya sakit-sakitan. Bagaimana wisatawan mau datang kalau mereka dengar masyarakatnya sakit-sakitan?” jelasnya.

Lebih lanjut, Kariyasa berpandangan, masyarakat Bali patut bersyukur karena Bali dianugerahi tanah yang subur sehingga sumber pangan melimpah. Untuk itu semestinya kasus gizi buruk bisa dikendalikan.

Ia kembali meminta masyarakat setempat untuk menghindari pernikahan di bawah umur, yakni minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk lelaki, serta setiap calon pasangan pengantin diminta melakukan skrining kesehatan tiga bulan sebelum pernikahan. Kariyasa juga memberikan makanan tambahan untuk balita, ibu hamil serta door prize menarik bagi ratusan peserta yang aktif menjawab pertanyaan naras umber. rl

 

 

 

 Save as PDF

Next Post

Tembak Bule Turki, Tiga Warga Meksiko Diringkus di Wilayah Ungasan

Ming Jan 28 , 2024
Lagi Tidur
IMG_20240128_143021

Berita Lainnya