Denpasar-fajarbali.com | Pandemi Covid-19 agaknya akan melahirkan paradigma baru kehidupan pada masyarakat Bali untuk kembali ke alam menjadi petani.
Sebenarnya fenomena ini dan trendnya bukanlah sesuatu yang luar biasa, karena sudah sejak lama masyarakat Bali etos kerjanya nyaris melekat dengan alam, bangga menjadi petani karena alam memberikan kelimpahannya, tidak saja dalam artian material tetapi juga kesehatan dan kelimpahan batin. Contohnya sistem Subak yang melegenda dan pengelolaan cerdas berkearifan wilayah perkebunan dan subur di semua kawasan Bali.
Akademisi Dr. Ir. Gede Sedana mengungkapkan, Industri pariwisata selama ini dengan kemudahan dan kegelimangan materinya dan cepat menghasilkan membuat sebagian besar masyarakat Bali meninggalkan habitat aslinya yakni dunia pertanian. Hantaman keras pandemi yang sudah berlangsung lebih dari setahun, membuat industri pariwisata mati suri dan dampaknya ke seluruh sektor perekonomian Bali.
Baca Juga :
Jemput Bola, Gerai Vaksin Presisi Polres Bangli Telah Layani 9.251 Orang
PPKM Darurat Kapolres Tabanan Lakukan Penyekatan
“Nampak tanda-tanda fenomena anak-anak muda yang tadinya menggeluti industri pariwisata kembali menoleh sektor pertanian sebagai pilihan profesinya, dengan sebutan petani muda keren. Fenomena yang sangat menarik untuk dicermati. Dimana adanya kecerdasan dari kelompok anak muda ini untuk merespons perubahan, kecerdasan responsif yang harus diapresiasi di tengah-tengah tekanan kehidupan,” ujarnya, Selasa (6/7).
Selain itu, terjadi transfer dari kota ke desa, yang diharapkan membuat hubungan kota-desa tidak hanya menjadi lebih ideal, tetapi kualias kesehatan masyarakat secara umum akan semakin membaik, akibat semakin banyaknya tenaga kerja muda yang bekerja di lingkungan alam yang bersih.
“Yang terpenting adalah penguasaan mereka. Petani muda ini tentunya sangat fasih terhadap basis pengetahuan dunia pertanian yang terus berkembang kearah penggunaan teknologi dan kemudian bio teknologi dan pendalaman terhadap pengetahuan soft skills,” terang Gede Sedana.
Menurut Gede Sedana, masih tingginya motivasi, kecerdasan berorganisasi, dan kemampuan membangun jaringan net working serta kecerdasan merespons perubahan yang datang, diharapkan akan melahirkan generasi baru petani yang mampu menjawab tantangan zamannya.
“Sehingga, pariwisata yang kini belum bisa diandalkan sepenuhnya bisa ditopang dengan potensi pertanian yang menjanjikan dan menggeliatkan kembali perekonomian Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya,” pungkasnya. (dha)