Beras Langka, Gabah Dijual ke Luar Bali

SINGARAJA-fajarbali.com | Meroketnya harga beras yang terjadi di Kabupaten Buleleng bukan hanya diakibatkan para petani padi mengalami gagal panen dan menipisnya stok beras, namun juga lantaran gabah yang dihasilkan para petani itu malah di jual ke luar Bali. 

Seperti penelusuran yang dilakukan hasil panen gabah yang terjadi mencapai 65.093 ton namun tidak semua produksi itu diolah menjadi beras oleh perusahaan penggilingan padi di Bali Utara. Gabah banyak dibeli perusahaan laur daerah bahkan dari Jawa, sehinga kondisi ini menyebabkan stok beras di daerah ini berkurang, hingga memicu kenaikan yang semakin tidak terkendali.

Kepala Dinas Pertanian (Distan) Buleleng Nyoman Swatantra di ruang kerjanya Rabu (10/1/2018) mengatakan, kalau saja seluruh produksi gabah petani diolah menjadi beras oleh perusahaan lokal, dipastikan stok beras akan memadai. Dari catatatan terakhir Oktober 2017 Buleleng masih kelebihan stok beras 3.679 ton. Sayangnya, produksi gabah di tingkat petani setiap musim panen hanya sebagian kecil saja dibeli oleh anggota Persatuan Penggilaingan Padi (Perpadi) Buleleng.

Sebaliknya, gabah petani di daeah kebanyakan dibeli oleh perusahaan asal Kabupaten Jembrana hingga  Banyuwangi, Jawa Timur. Setelah gabah yang diolah menjadi beras itu diduga ditahan di daerah asal. Akibatnya, kebutuhan beras ke Bali termasuk Buleleng terus berkurang.

”Penghasilan gabah yang ada di Buleleng kalau diolah oleh para pengusaha penggiling asal Buleleng tentunya stok beras yang ada di Kabupaten Buleleng tidak akan kurang. Namun penghasilan gabah di buleleng dan Bali pada kususnya dijual keluar sehingga stok beras yang terjadi mengalami kekurangan dan harga beras mengalami peningkatan yang sangat melonjak,” jelas Swatantra.

Menurut Swatantra, dari dukungan sarana dan prasarana (Sarpras), perusahaan lokal memiliki kemampuan mengolah gabah petani menjadi beras. Hanya saja, perusahaan lokal di daerahnya banyak mengalami kesulitan modal. Modal yang pas-pasan itu membuat perusahaan lokal tidak bisa membeli gabah petani dengan optimal.

Sementara, perusahaan luar daerah yang memiliki modal besar bebas membeli gabah petani di Buleleng. Atas kondisi ini, pihaknya mengajak perusahaan lokal agar bisa menambah modal mereka. Dengan demikian, setiap musim panen, lebih banyak padi di Buleleng dibeli oleh perusahaan lokal itu sendiri.

”Sepertinya modal yang tidak memadai, sehingga perusahaan kita kalah saing dengan yang dari luar. Kita harapkan masal ini diatasi oleh pengurus Perpadi untuk bisa bersaing dengan perusahaan luar daerah,” imbuhnya.(ags)