https://www.traditionrolex.com/27 Mengandung Bawang! Nestapa Nuriyani, Urus Anak Lumpuh, Penghasilan Rp 10 Ribu Sehari - FAJAR BALI
 

Mengandung Bawang! Nestapa Nuriyani, Urus Anak Lumpuh, Penghasilan Rp 10 Ribu Sehari

Nuriyani sudah siap menghadapi segala konsekuensinya; menjadi ibu sekaligus bapak bagi kedua buah hatinya. Ibu sejati tak pernah menyerah.

 Save as PDF
(Last Updated On: 22/12/2022)

TERSENYUM-Ni Wayan Nuriyani sambil tersenyum membersihkan tubuh putra kesayangannya, Angga Dirgayusa yang menderita lumpuh sejak 18 tahun lalu.

 

DENPASAR – fajarbali.comEuforia peringatan hari ibu saban 22 Desember tak pernah dirasakan Ni Wayan Nuriyani (38). Ia tak peduli momentum hari ibu. Baginya, yang terpenting bagaimana menjadi ibu sejati bagi kedua buah hatinya dengan menebar cinta di setiap hela napas.

Takdir kehidupan yang dilalui Nuriyani, ibu dua anak asal Karangasem ini cukup membuat mata sembab layaknya saat mengupas bawang merah. Bagaimana tidak, Nuriyani harus mengurus sendiri putra sulungnya, I Putu Angga Dirgayusa (18) yang lumpuh permanen sejak balita.

Angga-sapaan akrab Putu Angga Dirgayusa, hanya bisa terbaring semenjak ia dilahirkan ke muka bumi. Angga didiagnosa menderita Cerebral Palsy (CP).

CP adalah sekelompok gangguan yang memengaruhi gerakan dan tonus otot atau postur tubuh. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada otak yang belum matang dan berkembang, dan paling sering terjadi sebelum lahir. Tanda dan gejala muncul selama masa bayi atau prasekolah.

“Saya mulai curiga saat Angga masuk usia dua tahun. Teman-temannya sudah bisa jalan, lari. Lah Angga kok ngaak bisa ngapai-ngapain. Padahal ASI eksklusif saya kasi,” jelas Nuriyani.

Ia segera ke dokter spesialis anak, dan terjawablah sudah penyakit yang menerjang tubuh mungil Angga. “Kata dokter hanya keajaiban yang mampu menyembuhkannya,” imbuh dia.

Buah cinta Nuriyani dengan Kadek Sudiana menghasilkan satu putra lagi, I Made Dwipayana yang kini duduk di bangku kelas VII SMPN 2 Denpasar. Sayangnya, versi Nuriyani, ikatan pernikahan yang dijalin tahun 2004 itu mulai retak 10 tahun lalu. Dan, sekitar 1,5 tahun lalu, sang suami tak jelas rimbanya.

Nuriyani sudah siap menghadapi segala konsekuensinya; menjadi ibu sekaligus bapak bagi kedua buah hatinya. Ibu sejati tak pernah menyerah. Ia memboyong kedua anaknya di tempat in de kost Jalan Kusuma Bangsa IV No 37, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar Utara.

Nuriyani dan kedua anaknya melewati kerasnya kehidupan ibu kota di kamar 3 x 3 meter berwarna putih temaram.  Harganya Rp 500 ribu perbulan. Dengan fisik yang masih sehat, Nuriyani sejatinya ingin bekerja ke luar rumah. Namun hal itu tidak mungkin dilakukan karena Angga harus di bawah pengawasan 24 jam.

“Jangankan bangun, pindah posisi diperbaringan aja dia (Angga) enggak mampu,” kata Nuriyani. Itupun ia harus membagi waktu antar-jemput putra keduanya ke sekolah.

Menjemput adalah hal wajib baginya, karena ia sadar anak keduanya ini jarang mengantongi rupiah bekal sekolah. Sekali pun berbekal, tidak pernah lebih dari Rp 2 ribu.

Kondisi keluarga ini semakin memprihatinkan. Diam-diam Nuriyani menderita penyakit usus buntu. Operasi adalah jalan satu-satunya. Aktivitas Nuriyani mulai terbatas pascaoperasi.

Belum kering air matanya, putra keduanya menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Tragedi itu membuat kakinya patah meski kini berangsur membaik. Cobaan hidup seolah berlomba menghinggapi tubuh Nuriyani. Dan, cobaan itu juga berlomba ingin diselesaikan lebih dulu.

Guna menjamin dapur tetap ngepul dan kamar kost terbayar, Nuriyani memilih membuat ‘porosan’. ‘Porosan’ adalah perangkat pelengkap canang yang menjadi kebutuhan pokok umat Hindu di Bali. Perharinya, ia hanya mampu menyelesaikan 1000 biji dengan harga Rp 10 ribu. Praktis penghasilannya perbulan tidak lebih dari Rp 500 ribu.

Di tengah kondisi yang mengenaskan itu, Nuriyani masih bisa menebar senyum. Pancaran wajahnya penuh syukur karena ada saja orang-orang dermawan yang memberi sumbangan berupa paket bahan kebutuhan pokok, kursi roda dan uang.

“Bantuan datang dari pemerintah, anggota DPRD Kota Denpasar (Pak Sumardika), Pak Babin, perorangan dan ada perusahaan juga,” ungkapnya.

Kebutuhan Angga, sebagai anak berkebutuhan khusus (disabilitas) memang berbeda dengan anak normal. Untuk popok saja, setiap harinya Angga menghabiskan empat biji atau setara Rp 15 ribu. Belum lagi makanannya harus dibuat khusus dengan tekstur lembek, serta susu untuk menjaga berat badannya yang kini hanya 25 kg.

Sebagai wanita normal dan berparas lumayan, mungkin tidak terlalu sulit bagi Nuriyani mencari dambaan hati pengganti suaminya dulu. Namun ia menjamin kesetiaannya pada kedua putra kesayanganya.

“Sedikit pun tidak ada niat mementingkan urusan pribadi. Saya bertahan karena anak. Meski disuruh pulang ke ‘rumah bajang’, saya tetap pilih anak. Saya bersyukur punya mereka,” tegas dia tersenyum.

Nuriyani tak pernah mengeluh meski setiap minggu harus riwa-riwi mengantar Angga kontrol ke rumah sakit. Kadang, jika tak ada bantuan, dia harus merogoh kocek menyewa taksi online. Menurutnya, apa yang dia alami adalah takdir Tuhan yang harus disyukuri. (Gde)

 Save as PDF

Next Post

Pastikan Road Trip Akhir Tahun Lebih Nyaman dan Kantong Lebih Aman

Kam Des 22 , 2022
Di momen akhir tahun ini, yang kental akan atmosfer liburan, MG Motor Indonesia lewat kampanye #MGDiscoverIndonesia kembali mengajak MG Lovers menguak destinasi eksotis di berbagai penjuru Nusantara. 

Berita Lainnya