Festival Loloan Jaman Lame, Dipadati Ribuan Pengunjung 

(Last Updated On: )

NEGARA-fajarbali.com | Festival Loloan Jaman Lame ketiga  di Kelurahan Loloan Timur yang berlangsung selama tiga hari (5-7/9), pada Sabtu (7/9) malam merupakan puncak sekaligus penutup.



Ribuan orang datang berkunjung dengan diwarnai alunan kolaborasi musik Jegog dengan Hadrah. Pada puncak acara dihadiri langsung Bupati Jembrana I Putu Artha beserta Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan beserta pejabat lainnya.

Festival Loloan Jaman Lame dipusatkan  disepanjang Jalan Gunung Agung, Loloan Timur. Suasananya dibuat lama dengan hiasi nyala obor dan tanpa listrik. Suasana menyerupai Loloan tempo dulu dan semuanya serba tradisional. Masyarakat yang tumpah ruah ke Loloan , disuguhi  berbagai atraksi jaman lame, seperti Kesenian Burdah yang dimainkan para orang tua serta pementasan budaya khas Loloan jaman lama lainnya.

Bupati Artha bersama rombongan awalnya datang menggunakan dokar hias  melihat atraksi kolaborasi kesenian jegog dan rebana depan rumah panggung khas Loloan. Kemudian mengunjungi setiap stand yang menyajikan seni, budaya dan tradisi Loloan yang sudah turun temurun dilestarikan dan sejumlah kesenian dan budaya yang sudah mulai punah dibangkitkan lagi. Bupati dan rombongan juga sempat menikmati kuliner khas Loloan. Selanjutnya pada acara pemungkas, digelar pentas drama sanggar Pilot yang mengusung tema keharmonisan warga Loloan dan lingkungan sekitarnya yang sudah terjaga sejak ratusan tahun silam. Naskah lama yang disutradarai H. Musadat Johar tersebut  mendapat aplaus dan apresiasi dari Bupati Artha dan Wakil Bupati Kembang Hartawan.

Tak kalah menariknya juga digelar diskusi yang disebut megesah dengan menjadi pokok budaya, sejarah Loloan, hingga kini tradisinya masih terjaga. Selain itu juga diwarnai tema lain tentang pembangunan di Jembrana.



Dari berbagai stand Festival loloan tahun ini , masyarakat bisa melihat seperti apa budaya loloan tempo dulu. Diantaranya  permainan tradisional anak anak loloan, barang barang kuno , pengantin Loloan jaman dulu, Burdah, diorama Foto-foto Jaman lama, pencak silat, serta Stand Dapur Jaman Dahulu lengkap dengan ibu ibu yang memperagakan cara memasak menggunakan alat alat tradisi loloan dulu.

Ketua panitia Habibil Muafi didampingi Koordinator Acara Hasbil Maani dan Kaling Loloan Timur Muztahidin menjelaskan kegiatan Festival ini di awali dengan dengan pawai obor disepanjangan jalan gunung agung yang melibatkan seluruh masyarakat loloan dan puncaknya dilakukan kegiatan festival yang di isi dengan penampilan kebudayaan dan tradisi khas loloan. “Festival Loloan jaman Lame yang ketiga ini sudah berlangsung secara meriah dan masyarakat khususnya Loloan tumpah ruah hadir dan menyaksikan, semoga ditahun depan festival Loloan Jaman Lame lebih meriah lagi,” ujarnya.

Pada tahun ini ada sekitar 20 stand yg ditampilkan. Mulai dari stand Rumah Panggung, Burdah, permainan anak jaman lame, pencak silat, foto jadul, ngantenan, mesunat, metangas, nginang, kupi-kupian, ngaji, benda” kuno, irama nusik melayu, jaje kuno, dapur kuno, ngotok, UMKM dan lain lain.

“Tentunya harapan kita bersama, acara ini terus diadakan setiap tahunnya. Tentunya dengan terus memperbaiki kekurangan dan menambah stand sekaligus kreasinya. Seperti dengan menambah luas lokasi acara hingga ke Jembatan Syarif Tua, memperbanyak lagi penjual jajanan tradisional,” ujar Hasbil menambahkan.

Sementara Bupati Artha dalam   “megesah” ( dialog kebudayaan), meyampaikan apresiasi yang sangat luar biasa dengan dilaksanakan Festival Jaman Lame ysng ke-3 ini. “Kedepan festival Loloan Jaman Lame dijadikan satu serangkaian dengan HUT Kota Negara,” tegas Artha.

Bupati Artha juga menambahkan adat dan tradisi yang ada di Loloan ini harus terus dilestarikan karena hal ini sangat mendukung pemerintah sebagai ajang promosi pariwisata tradisional religius yang ada di Kabupaten Jembrana. “Festival ini  setiap tahun diadakan serta kepada dinas pariwisata untuk menganggendakan serta mengundang tamu-tamu untuk hadir pada ferstival loloan jaman lame,” tambahnya.

Hal senada disampaikan Wabup Kembang Hartawan yang ingin tradisi budaya Loloan  terus dipertahankan karena tradisi seperti ini tidak dimiliki oleh daerah lain. “Saya sangat berbangga kepada generasi muda yang mau secara serius dan konsisten menggali potensi tradisi dan budaya yang ada di Loloan, “ujarnya.

Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Nengah Alit mengatakan, Festival Budaya Loloan yang bekerja sama dengan pemuda loloan timur tahun ini sangat bagus. Pelaksanaan festival tersebut yang sudah bagus tersebut harus dipertahankan dan dikembangkan agar lebih baik lagi. Warga mulai dari anak-anak hingga orang tua ikut serta dalam kegiatan tersebut. “Acaranya spektakuler. Sebagai evaluasi kedepan agar lebih baik lagi. Memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi. Masyarakat antusias datang meski sudah tua, seakan sebagai pelampiasan kerinduan akan jaman lame,” ujarnya. (prm)



 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Penganiaya Pecalang Ditangkap di Sading

Ming Sep 8 , 2019
Dibaca: 10 (Last Updated On: )MANGUPURA-fajarbali.com | Setelah kasusnya dilaporkan, Rabu (4/9/2019) lalu, Tim Satreskrim Polres Badung meringkus penganiaya Pecalang Dewa Made Nila Arta (51), yakni Nyoman Dirka di rumahnya di Desa Sading, Mengwi, Badung, Jumat (6/9/2019) lalu.  Save as PDF

Berita Lainnya