https://www.traditionrolex.com/27 Bupati Giri Prasta Hadiri Karya Atma Wedana di Desa Adat Kembang Merta Baturiti - FAJAR BALI
 

Bupati Giri Prasta Hadiri Karya Atma Wedana di Desa Adat Kembang Merta Baturiti

“Saya berharap masyarakat Kembang Merta agar selalu bersatu,”

 Save as PDF
(Last Updated On: 12/09/2023)
Bupati Giri Prasta hadir Karya Atma Wedana Kinembulan dan Manusa Yadnya di Desa Adat Kembang Merta, Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Senin (11/9).

 

MANGUPURA-Fajarbali.com | Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta memberikan apresiasi dan dukungan atas semangat yang telah ditunjukkan krama Desa Adat Kembang Merta, Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan dalam melaksanakan Karya Atma Wedana Kinembulan dan Manusa Yadnya.

Hal tersebut disampaikan saat hadir memberikan sambrama wacana di tengah-tengah masyarakat Desa Adat Kembang Merta, Senin (11/9). Turut hadir Bendesa Adat Kembang Merta Nyoman Widastra, Perbekel Desa Candi Kuning Made Mudita, Prajuru Desa Adat Kembang Merta, tokoh masyarakat, serta krama pemilik sawa.

 ”Saya berharap masyarakat Kembang Merta agar selalu bersatu, karena dengan bersatu maka setengah perjuangan sudah berhasil, seperti saat ini dalam pelaksanaan karya yadnya Atma Wedana Kinembulan yang dilaksanakan secara bersama, ini sebagai wujud dharmaning leluhur,” ucap Bupati Giri Prasta. 

Bupati Giri Prasta juga mengajak semeton semua harus selalu berpedoman dengan ajaran Agama Hindu berlandaskan Dharmaning Leluhur, Dharmaning Agama dan Dharmaning Negara. Karya ini merupakan karya yang utama dan telah sesuai dengan sastra serta ajaran agama hindu. “Karya ini disebut dengan mamukur kinembulan. Memukur artinya nyekah dan kinembulan artinya bersama atau secara gotong royong. Diharapkan, rasa gotong royong dan persatuan krama Desa Adat Kembangmerta harus tetap dijaga demi kemajuan pembangunan di Desa adat yang akan diwariskan kepada generasi penerus,” jelasnya.

Lebih lanjut Bupati Giri Prasta menyampaikan, pentingnya karya atma wedana kinembulan karena upacara atma wedana dan sawa prakerti ini merupakan sebuah sarana upacara untuk menyucikan atma sehingga menjadi Dewa Hyang Guru dan melinggih di merajan rong tiga. Banyak rangkaian dari upacara nyekah yang patut dilaksanakan oleh krama, mulai dari ngangget daun beringin, murwa daksina, pralina puspa, meajar-ajar dan terakhir mamitang ke Pura Dalem dan ngelinggihang di masing-masing merajan.

Dalam pelaksanaan upacara ini juga harus menjalankan Panca Suara yaitu pertama Ida Sulinggih mepuja suara genta, yang kedua mamutru/ngwacen lontar atma prasangsa, ketiga sesolahan Topeng Sidakarya, keempat sesolahan wayang lemah, dan yang kelima kidung/pesantian. Selanjutnya dalam prosesi meajar-ajar ada yang disebut Catur Loka Pala. Yang terakhir dan utama adalah saat ngelinggihang disebut Dewa Pratista bermakna menyatukan bumi dengan langit dengan konsep padu muka, dan prosesi ngelinggihang yang disebut Dewa Pratista ini berdasarkan Lontar Panglukuning Dasa Aksara dan Lontar Panglukuning Panca Aksara Pari Kandaning Parahyangan.

“Saya harapkan semua prosesi upacara tersebut dapat diikuti oleh semua keluarga sebagai tanggung jawab serta wujud bakti kita kepada leluhur yang diupacarai,” pintanya seraya menyerahkan bantuan dana pribadi sebesar Rp. 40 juta yang diterima langsung oleh Bendesa Adat Kembang Merta dan disaksikan oleh krama setempat.

Sementara Manggala Karya Nyoman Widastra menyampaikan terimakasih kepada murdaning jagat Badung sudah berkenan hadir sekaligus mepunia bantuan dana sehingga sangat meringankan beban krama pemilik sawa, disamping itu Bupati Badung juga sudah membantu pembangunan restorasi Pura Melanting Desa Adat Kembang Merta dan pembangunan Balai Banjar yang jumlahnya sangat fantastis kurang lebih sebesar Rp. 5 milyar. “Kami mewakili seluruh krama Desa Adat Kembang merta mengucapkan banyak terima kasih mudah-mudahan Bapak Bupati sehat selalu sehingga terus dapat membantu pembangunan di masyarakat. Dapat saya laporkan karya atma wedana ini dilaksanakan setiap lima tahun sekali serta diikuti jumlah sawa gede 35 sawa, ngelungah 9, ngelangkir 17, metatah 100 orang dan masing-masing sawa dikenakan urunan sebesar Rp.10 juta,” lapornya.W-004

 Save as PDF

Next Post

Kampanye Penurunan Stunting di Desa Pemuteran, Dikemas Dialogis, Santai, Berhadiah

Sel Sep 12 , 2023
Gaya seperti itu menjadi ciri khas Anggota Komisi IX DPR RI I Ketut Kariyasa Adnyana, di setiap pertemuan dengan masyarakat. "Yang penting substansi permasalahannya sampai. Mudah dimengerti dan melahirkan solusi," kata Kariyasa.
kar

Berita Lainnya