https://www.traditionrolex.com/27 Cerita Hidup Profesor Termuda Unmas - FAJAR BALI
 

Cerita Hidup Profesor Termuda Unmas

Sri Jayantini terus menebar senyum hingga lesung pipinya terpancar jelas. Sambil memperbaiki letak kaca matanya, Sri Jayantini membuka map berwarna putih. Isinya sepucuk surat.

 Save as PDF
(Last Updated On: 28/09/2023)

FOTO: Kepala LLDikti VIII Dr. Ir. I Gusti Lanang Bagus Eratodi, S.T., M.T., IPU., menyerahkan SK pengangkatan jabatan fungsional guru besar dari Mendikbudristek kepada Prof. Dr. I Gusti Agung Sri Rwa Jayantini, SS., M.Hum.

 

DENPASAR – fajarbali.com | Sri Jayantini terus menebar senyum hingga lesung pipinya terpancar jelas. Sambil memperbaiki letak kaca matanya, Sri Jayantini membuka map berwarna putih. Isinya sepucuk surat.

Tentu bukan surat biasa. Surat itu datang dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) bernomor 48532/M/07/2023 tentang pengangkatan jabatan fungsional guru besar. Surat Keterangan yang diimpikan oleh setiap dosen.

Hari itu juga, Dr. I Gusti Agung Sri Rwa Jayantini, SS., M.Hum., resmi menyandang profesor. Sri Jayantini tercatat sebagai guru besar perempuan termuda di Universitas Mahasaraswati (Unmas Denpasar).

Pencapaian dosen Sastra Inggris ini hingga tiba di puncak pendakian jabatan akademik tertinggi, tentu tidak semudah membalikkan piring. Ada kerikil tajam, semak belukar dan tikungan curam yang mesti dilalui dengan komitmen.

“Saya maknai profesor sebagai wujud komitmen diri yang merepresentasikan kerja keras, tanggung jawab dan dedikasi sebagai dosen,” kata Sri Jayantini, ditemui usai menerima SK Guru Besar di Kantor Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) VIII, belum lama ini.

Akademisi kelahiran Petang, 15 Januari 1977 ini, membeberkan ilhwal perjalanan hidupnya. Sri Jayantini keci, bercita-cita menjadi seorang dokter. Namun mimpinya itu dinilai jauh panggang dari api karena Sri Jayantini takut melihat darah.

Kemudian mimpinya beralih dari dokter menjadi seorang pendidik, mengikuti jejak kedua orangtuanya, Drs. I Gusti Ketut Sinarjaya dan Dra. I Gusti Ayu Rai Suciati.

Keduanya berprofesi sebagai guru, meski ayahnya mengakhiri karir sebagai ASN di Dinas Pendidikan. Sri Jayantini dan saudari kembarnya sama-sama berprofesi sebagai dosen. Hanya adik lelaki bungsunya yang berprofesi sebagai dokter.

Sejak kecil hingga berkuliah di Prodi Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Udayana (Unud) tahun 1995, Sri Jayantini hobi mengajar dan berbicara di depan umum. Saking tertariknya pada dunia publik speaking, ia rutin menonton berita di tv.

Hasratnya menjadi pendidik/dosen tak pernah padam walau beberapa kali gagal menembus lowongan dosen di perguruan tinggi negeri terbesar di Bali, sampai akhirnya tahun 2004/2005 ia diterima sebagai dosen PNS Kopertis (sekarang LLDikti VIII), kemudian diperbantukan di Unmas Denpasar.

“Sebelum lolos tes CPNS di Kopertis, saya sempat kerja di salah satu perusahaan ritel terbesar di Bali,” kenangnya.

Setelah mendapatkan pekerjaan sesuai hobinya, Sri Jayanti lebih bersemangat, hal ini dibuktikan dengan produktivitas serta meningkatkan kualifikasi pendidikan Magister (2008-2010) dan Doktor (2014-2017). Keilmuannya linier bidang linguistik. Semua ditempuhnya di Unud.

“Kebanggaan saya sebagai dosen adalah mengantar mahasiswa hingga sukses. Saya lebih memerankan diri sebagai motivator untuk membangun kepercayaan dirinya,” tegas Sri Jayantini.

Berdasarkan pengalamannya, Sri Jayantini melihat mahasiswa sekarang lebih banyak yang ragu-ragu bahkan tidak berani menyuarakan pendapatnya. Padahal mahasiswa adalah kaum intelektual. Sebagai agen perubahan, mahasiswa wajib memiliki modal keberanian.

Penelitian yang menginterpretasikan pengajaran bahasa asing, khususnya Inggris dengan kearifan lokal di Desa Demulih, Bangli menghantarkannya meraih jabatan guru besar.

“Saya tidak mau berkompromi dengan kualitas Tri Dharma Perguruan Tinggi. Harus berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Pencapaian saya tentu tidak lepas dari dukungan institusi tempat saya mengabdi,” kata Sri Jayantini memungkasi. (Gde)

 Save as PDF

Next Post

Cerita Hidup Profesor Termuda Unmas

Jum Sep 29 , 2023
Sri Jayantini terus menebar senyum hingga lesung pipinya terpancar jelas. Sambil memperbaiki letak kaca matanya, Sri Jayantini membuka map berwarna putih. Isinya sepucuk surat.
Sri

Berita Lainnya