https://www.traditionrolex.com/27 100 Anik Bisa Mengubah Dunia - FAJAR BALI
 

100 Anik Bisa Mengubah Dunia

Anik tidak berasal dari keluarga kaya. Kebulatan tekadnya lah yang membawanya berhasil meraih gelar Doktor Universitas Negeri Malang pada 2019. Wanita kelahiran 3 Maret 1990 ini, tercatat satu-satunya doktor di desa tersebut.

 Save as PDF
(Last Updated On: 20/09/2023)
Foto: Anak-anak didik YPJB membawa sampah plastik sebelum belajar. (Sumber: Fb Komang Anik Sugiani/ist).

 

DENPASAR – fajarbali.com | Desa Mengening, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, tersohor dengan hasil cengkihnya yang melimpah. Pohon-pohon cengkih tinggi menjulang dengan mudah dijumpai di desa yang baru dimekarkan dari induk Desa Tajun pada 2003 lalu.

Di balik melimpahnya hasil dari salah satu rempah termahal itu, ternyata tidak semua warganya mengenyam pendidikan setinggi pohon cengkih. Masih terdapat beberapa anak putus sekolah.

Fenomena ini lah yang menggerakkan nurani pemudi asli Mengening, Dr. Komang Anik Sugiani, S.Pd., M.Pd. Anik, sapaan karibnya, seolah dipanggil oleh tanah kelahirannya sebagai agen perubahan, khususnya di bidang peningkatan kualitas sumber daya manusia lewat pendidikan.

Anik tidak berasal dari keluarga kaya. Kebulatan tekadnya lah yang membawanya berhasil meraih gelar Doktor Universitas Negeri Malang pada 2019. Wanita kelahiran 3 Maret 1990 ini, tercatat satu-satunya doktor di desa tersebut.

Sebelumnya, jenjang S1 dan S2 ditempuhnya di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja. Keilmuannya linier di bidang pendidikan dari sarjana sampai doktor.

Rencana tanpa aksi adalah melamun. Prinsip itu memecut semangat Anik mendirikan “Taman Pintar” berukuran 200 m2 di belakang rumahnya di bawah naungan Yayasan Project Jyoti Bali (YPJB) pada 2016 lalu.

Ia berharap suatu hari nanti “Taman Pintar” bisa menjadi tempat pembelajaran non-formal seperti PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), sehingga anak-anak putus sekolah di desanya dapat melanjutkan pendidikan.

“Awalnya saya tergerak karena melihat tidak semua anak di desa saya mendapatkan pendidikan berkualitas. Ada yang putus sekolah dasar hingga SMP, setelah itu menikah dini,” kata Anik, kepada awak media, belum lama ini.

Foto: Dr. Komang Anik Sugiani, S.Pd., M.Pd.

Taman Pintar dilengkapi ruangan belajar berukuran 3×4 m2, Wi-Fi, buku dan piranti belajar lainnya. Ada puluhan anak desa mulai dari usia 4 hingga 13 tahun yang menitipkan masa depan mereka di tempat sederhana ini.

“Saya ingin generasi berikutnya di Desa Mengening memiliki potensi yang luar biasa, seperti anak-anak ini yang sudah bisa membaca pada usia 4 tahun,” ujar Anik, sembari mengatakan Taman Pintar dibuka setiap hari untuk anak-anak belajar non formal.

Meski demikian, peserta didiknya tidak mendapatkan pelayanan secara gratis. Mereka wajib membawa sampah plastik sebelum belajar di Taman Pintar sebagai “bayaran”. Sampah-sampah ini kemudian diolah dan dikelola di bank sampah untuk menghasilkan pendapatan tambahan.

Menurut dia, pola ini sangat unik. Karena mengajarkan anak cinta lingkungan sejak dini. Anik pun semakin optimis bahwa anak-anak di desanya akan lahir menjadi orang-orang bermanfaat bagi masyarakat di kemudian hari.

Dalam mewujudkan mimpinya, Anik tentu tidak berdiri sendiri. Ada tiga rekan yang membantu wanita yang juga menjadi dosen di Politeknik Ganesha Guru, Singaraja. Layaknya sebuah perjuangan, Anik CS juga menemui tantangan. Biaya operasional, misalnya.

Untuk mendirikan PKBM, kata dia, setidaknya diperlukan Rp 300 juta. Ia pun telah mengajukan proposal ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, meski bertepuk sebelah tangan. Bantuan pun akhirnya datang dari Pemerintah Provinsi Bali sebesar Rp30 juta yang dirancang untuk merenovasi Taman Pintar.

Berkat dedikasi dan totalitasnya, Anik dianugerahi Astra SATU Indonesia Award 2021. Penghargaan bergengsi itu merupakan apresiasi Astra bagi anak bangsa yang telah berkontribusi untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan melalui bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi, serta satu Kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Dikonfirmasi terpisah, pengamat pendidikan Bali Dr. Drs. I Made Gede Putra Wijaya, SH., M.Si., mengapresiasi setinggi-tingginya komitmen Anik dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di desanya.

“Saya belum mengenal langsung beliau (Anik-red). Tapi saya baca dari berbagai media tentang kerja kerasnya, kepeduliannya. Maka sudah selayaknya orang seperti Anik ini diberi apresiasi oleh semua pihak,” kata Putra Wijaya, Selasa (19/9/2023) di Denpasar.

Senada, aktivis perempuan Dr. Ir. Luh Riniti Rahayu, M.Si., juga mendukung penuh langkah Anik. Apalagi gerakan yang dilakukan Anik CS bisa mencegah perkawinan usia dini. Selain berpotensi melahirkan anak stunting, pernikahan usia dini menurut Riniti merupakan akhir dari masa depan anak.

“Kalau sudah nikah, ya artinya masa depan sudah finish,” kata Riniti. Dengan meningkatkan pendidikannya, lanjut Riniti, setidaknya bisa menunda niat mereka untuk menikah (dini) dan berpeluang menggapai cita-citanya.

Dalam visi besar pembangunan nasional, masih menurutnya, pembangunan Indonesia diarahkan dari pedesaan atau pinggiran untuk pemerataan. Maka, diperlukan semakin banyak Anik-Anik lainnya di semua daerah.

“Jika boleh menyerupai perkataan Bung Karno, mungkin begini; ‘beri aku 100 Anik, akan ku ubah dunia’,” kata Riniti memungkasi. Seperti Putra Wijaya, Riniti juga belum mengenal Anik secara langsung, namun penghargaan Astra SATU Indonesia sudah cukup mewakili bayangannya untuk mengenal sosok Anik. (Gde)

 Save as PDF

Next Post

Tiga Operator Judi Online di Denpasar Dituntut Tiga Tahun Penjara

Rab Sep 20 , 2023
Diketahui dalam perkara ini, pemilik website judi AXES777 dengan alamat URL : https:/www.axes777.net belum diketahui secara pasti.
1665761866_910_580

Berita Lainnya