WSFI, Pertemukan Ilmuan Dalam Negeri dan Diaspora

Forum ilmiah ini mendorong kolaborasi dan sinergi antara ilmuwan domestik dan diaspora sehingga dapat memperkuat ekosistem akademik dan riset yang berkelanjutan di perguruan tinggi Indonesia.

 Save as PDF
(Last Updated On: )

FOTO: Pembukaan World Scientific Forum of Indonesia (WSFI) 2023 di Grand Hyatt Hotel Nusa Dua, Badung.

 

MANGUPURA – fajarbali.com | Akademisi perguruan tinggi Indonesia dan ilmuwan diaspora Indonesia dari seluruh dunia berkolaborasi dalam gelaran World Scientific Forum of Indonesia (WSFI) 2023 di Grand Hyatt Hotel Nusa Dua, Badung, Bali, pada tanggal 13-16 November 2023.

Forum ilmiah ini mendorong kolaborasi dan sinergi antara ilmuwan domestik dan diaspora sehingga dapat memperkuat ekosistem akademik dan riset yang berkelanjutan di perguruan tinggi Indonesia.

Mengusung tema “Sinergi Akademis Menuju Indonesia Emas”, forum ini diharapkan menjadi upaya untuk mencapai ambisi Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban global. Forum ini selaras dengan implementasi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing global. Ajang ini juga turut mendorong implementasi inisiatif kebijakan MBKM melalui kemitraan industri dan akademisi.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim menekankan bahwa kunci inovasi adalah kolaborasi. Dalam empat tahun terakhir, Merdeka Belajar Kampus Merdeka telah membuktikan bahwa transformasi pendidikan tinggi dapat diakselerasi oleh perguruan tinggi melalui kolaborasi.

Nadiem menyebut lebih dari 760 ribu mahasiswa telah mengikuti kegiatan MBKM, mulai dari magang, studi independen, pertukaran pelajar, mengajar di sekolah, wirausaha, riset, dan proyek sosial. Selain itu, lebih dari dua ribu kolaborasi riset dan inovasi antara perguruan tinggi dan industri berhasil terjalin melalui platform Kedaireka, yang didukung dengan skema pendanaan Matching Fund (Dana Padanan).

“Perkembangan ekosistem akademik dan riset ini harus kita tingkatkan melalui kolaborasi yang lebih erat antara civitas akademika dengan periset serta ilmuwan yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri,” ucap Nadiem dalam sambutannya secara daring.

Untuk itu, Nadiem berharap WSFI menjadi momentum untuk menguatkan kolaborasi untuk membawa Indonesia melangkah ke masa depan. “Dengan semangat gotong royong, mari kita terus bergerak serentak melanjutkan gerakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka,” pungkasnya.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Nizam turut menyampaikan bahwa perguruan tinggi tidak bisa berjalan sendiri untuk berinovasi. Perguruan tinggi harus berkolaborasi dengan para mitra seperti dunia usaha, dunia industri, pemerintah daerah, dan masyarakat.

“Hanya melalui kolaborasi, perguruan tinggi dapat melahirkan inovasi. Jika jalan sendiri-sendiri, maka tidak akan sampai ke tujuan,” ucap Nizam.

Untuk itu, Nizam pun berharap melalui forum ini, para akademisi, pimpinan perguruan tinggi dan ilmuwan diaspora Indonesia dapat saling bertukar ide, pikiran dan membangun kolaborasi. “Kita harapkan kolaborasi dapat semakin erat untuk mengembangkan inovasi di masa depan,” tuturnya.

WSFI merupakan evolusi dari Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) yang dilaksanakan sejak tahun 2016 dan telah menginisiasi upaya kolaborasi dengan para ilmuwan diaspora Indonesia di seluruh dunia di bawah payung program Visiting World Class Professor.

Program tersebut telah memberikan dampak yang signifikan bagi Indonesia dalam hal peningkatan jumlah publikasi internasional bersama, kemitraan akademik dan penelitian antara lembaga-lembaga Indonesia dan lembaga-lembaga luar negeri yang berafiliasi dengan diaspora Indonesia, dan jaringan akademik yang membuka peluang pendanaan penelitian.

Beberapa kisah sukses yang menghasilkan proyek-proyek trans-nasional antara lain Garuda Research and Academic of Excellence (Garuda Ace), Proyek Riset Produktif Mandatori bertema UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (RISPRO-UKICIS) dan Partnership in Research Indonesia and Melbourne (RISPRO-PRIME), yang mendapat dukungan dana dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Dihadiri sebanyak kurang lebih 300 peserta, WSFI 2023 diharapkan dapat melahirkan kisah-kisah sukses lainnya yang melibatkan kolaborasi antara ilmuwan diaspora Indonesia, akademisi dalam negeri, dan pelaku industri. rl/Gde

 Save as PDF

Next Post

Implementasi Desa Cerdas, Duta Digital Karangasem Sosialisasi RKDD di Desa Nyuhtebel

Rab Nov 15 , 2023
Duta Digital Karangasem, Yude Widya Santhi menyampaikan, Ruang Komunitas Digital Desa adalah ruang yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk belajar, berdiskusi, dan menciptakan solusi-solusi inovatif berbasis teknologi digital serta sebagai sarana meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengelola potensi sumber daya desa.
RKDD 1

Berita Lainnya