DENPASAR-fajarbali.com | Akhir tahun 2017, lima mahasiswi Program Studi (Prodi) Desain Mode Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang tergabung dalam satu kelompok, mengirimkan karya desain berbahan kain Furoshiki khas Jepang, untuk dilombakan dalam ajang Kompetisi Furoshiki ke-15.
Dari hasil pengumuman beberapa waktu lalu, karya para mahasiswi ISI Denpasar itu ditetapkan menjadi yang terbaik, mengalahkan 26 kompetitor dari berbagai belahan dunia.
Dosen Desain Mode ISI Denpasar Cokorda Ratna Kora menjelaskan, peserta didiknya kala itu mengirimkan enam karya yang digabung dalam satu kelompok. Furoshiki, kata dia, adalah sebuah kain persegi yang dapat dilipat untuk membungkus berbagai barang, seperti bekal makan, hadiah yang beraneka ragam bentuk, yang sudah sangat populer sejak zaman Edo sekitar tahun 1600-an.
“Kain yang digunakan sebagai pembungkus berasal dari berbagai jenis, bahan, motif, corak, warna ukuran dan memiliki berbagai teknink untuk membungkusnya,” kata dia di Denpasar, belum lama ini.
Kompetisi itu, masih menurut dia, diorganisasikan oleh Yayasan Furoshiki (Japan Furoshiki Association) maupun perusahaan kain furoshiki dan telah menyelenggarakan lomba ini sejak 2002. Pada 2017 merupakan kompetisi Internasional ke – 15. Dengan membawa visi untuk menegaskan kembali penggunaan furoshiki dan meningkatkan nilainya sebagai kerajinan tradisional, lomba ini rutin dilaksakan tiap tahunnya.
Mahasiswi yang sukses mengharumkan nama ISI Denpasar di kancah internasional itu di antaranya, Ni Pande Nyoman Ayu Trina Damayanti, Ni Putu Anggaraini Malika Sita, Ni Ketut Dewi Wisnahadi, Ni Putu Eka Yuniantari, dan Renata Dianitasari. “Juara 16 besar mendapat kesempatan pameran karya di Kyoto tanggal 11–23 November, dan Tokyo 2- 8 Desember 2017 serta hadiah uang tunai sebesar 200000 Yen untuk peringkat I,” sebutnya.
Sementara itu, Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar., M.Hum., mengaku bangga dan terkesan dengan prestasi peserta didiknya. Hal ini menurutnya semakin membuktikan kualitas pembelajaran di ISI Denpasar tidak kalah dibandingkan dengan perguruan tinggi di berbagai negara, khususnya di bidang desain mode. “Untuk teknologi di kampus, kami sudah kejar itu. Kami sudah MoU dengan perguruan tinggi seni dari luar. Salah satunya Institut Seni Seoul, Korea Selatan,” ujar Arya. (eka)