Faktor sensitif dikelompokkan sebagai pengaruh tidak langsung yang memicu stunting, salah satu contohnya sanitasi dan air bersih di rumah tangga.
BKKBN Bali
Penurunan stunting di Bali utara itu cukup baik, dari tahun 2019 di angka 22 persen kemudian ditahun 2021 diangka 8,9 persen.
“Beberapa layanan kami tambahkan agar sesuai dengan upaya pencegahan lahirnya bayi stunting,” ungkapnya.
Sebagai kepala desa, Suparanton mengaku telah melakukan berbagai upaya, seperti memberikan susu, vitamin dan tambahan makanan pada bayi dan ibu hamil. Posyandu juga digencarkan.
Direktur Komunikasi, Informasi dan Edukasi, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (KIE BKKBN) Eka Sulistia Ediningsih mengapresiasi Bali sebagai provinsi dengan prevalensi stunting terendah di Indonesia. Namun angka kasus 10,9 persen wajib diturunkan bahkan mencegah yang belum terjadi.
“Masa depan kita tergantung pada aksi dan lagkah kolaboratif di masa kini. Anak-anak bangsa adalah aset. Sekarang kita merawat mereka, nanti mereka yang merawat kita, merawat negara ini yang kita cintai,” kata Sucipto.
“Stunting ini sebenarnya sangat mengkhawatirkan secara nasional sebesar 24 persen. Bayangkan artinya satu dari empat anak terindikasi stunting,” katanya pada kegiatan yang dihadiri ratusan warga setempat.
Karena stunting menjadi isu nasional, kata Kariyasa, maka seluruh pemerintah daerah diminta berkolaborasi membebaskan Indonesia dari ancaman stunting sesuai Perpres No 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
“Bagi pasangan calon pengantin saya harap tiga bulan sebelumnya melapor dulu ke aparat desa agar diperiksa kesehatannya. Mari jadikan budaya. Dimulai dari Dencarik,” harap Riang.
“Bagi pasangan calon pengantin saya harap tiga bulan sebelumnya melapor dulu ke aparat desa agar diperiksa kesehatannya. Mari jadikan budaya. Dimulai dari Denbukit,” harap Riang.