Maestro lukis asal Banjar Teges, Kelurahan Gianyar, Made Kedol Subrata (67) berpulang Hari Minggu sekitar pukul 23.20 Wita.
GIANYAR-fajarbali.com | Kepergian sosok seniman bagi Kabupaten Gianyar ini, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan kerabat seniman di Bali, sebab tiga hari sebelum meninggal sempat bersenda gurau dengan tujuh cucunya.
Putra ketiga almarhum yang sempat ditemui di rumah duka di Banjar Teges, Nyoman Yoga menyebutkan ayahnya meninggal karena komplikasi paru-paru yang sebelumnya mengalami pendarahan di paha kiri. Dimana darah dip aha kiri tersumbat dan setelah dicairkan mengalir ke paru-paru sehingga menyebabkan komplikasi. Sebelumnya sosok seniman nyentrik ini sempat menjalani perawatan media di RS Siloam untuk terapi saraf. “Banyak kenangan yang tidak bisa kami lupakan bersama almarhum, dan beliau selalu berusaha survive dan kami berusaha agar beliau bisa sehat,” terang Nyoman Yoga..
Disebutkannya, semasa hidupnya mendiang banyak memberikan sumbangan kepada pemerintah. Salah satu karyanya yang akan tetap abadi adalah menciptakan simbol Kabupaten Gianyar yang berisi tulisan ‘Dharma Raksata Raksita’ yang bermakna siapa yang berbuat dharma akan dilindungi oleh dharma itu sendiri. Selain itu mendiang juga memenangi lomba pembuatan simbol TK Nasional yang sampai saat ini digunakan secara nasional. “Termasuk simbol Persegi Gianyar dan Bali Dewata lahir dari goresan almarhum,” terang Nyoman Yoga.
Disebutkan lagi almarhum sendiri menciptakan style lukisan dengan gaya spagheti. Dimana almarhum melukis dengan kojong yang diisi cat lalu digoreskan pada mesia lukis. Sedangkan lukisan yang paling disukai adalah melukis sawah atau padi.
“Beliau sangat suka melukis padi atau persawahan, yang maknanya kesejukan, pemberi kemakmuran dan gampang dijual karena peminatnya banyak,” bebernya. Sedangkan karya lukis terakhirnya adalah ‘Menggembala Itik di Sawah’ yang kini tersimpan rapi di studio lukisnya. Dituturkannya lagi, Made Kedol sendiri sering menyumbangkan lukisannya untuk dilelang dan hasil lelangnya tersebut dihaturkan sebagai punia di tempat upacara keagamaan.
Selain meninggalkan sekitar 50 karya lukis, almarhum juga meninggalkan istri Wayan Kasnawari (65) dengan tiga putra dan tujuh cucu. Walau peminat lukisan almarhum banyak, namun Nyoman Yoga tidak berniat menjualnya dan akan dibuatkan museum di sekitar rumahnya Banjar Teges. Disisi lain, sekitar Tahun 2015 lalu, Wapres Jusuf Kalla dihadiahi lukisan Padi Menguning. Termasuk beberapa petinggi TNI yang suka mengkoleksi lukisan almarhum. Disebutkan, untuk pengabenan akan dilaksanakan Jumat (8/12) mendatang. Sedangkan beberapa persiapan sudah dilakukan mulai Senin kemarin dengan kegiatan memasang tetaring. Nampak Senin kemarin, Dandim 1616/Gianyar bersama jajaran mendatangi rumah duka untuk ikut berbelasungkawa.(sar)