https://www.traditionrolex.com/27 Tim Pengabmas Dosen Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Gelar Pengabmas di SMPN 1 dan 2 Ubud - FAJAR BALI
 

Tim Pengabmas Dosen Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Gelar Pengabmas di SMPN 1 dan 2 Ubud

Masalah gizi pada remaja yang sering terjadi akibat pola makan adalah anemia defisiensi besi. Remaja yang mengalami masalah gizi 40% diantaranya mengalami anemia gizi besi (Triwinarni, 2017).

 Save as PDF
(Last Updated On: 23/10/2023)

FOTO: GIZI-Tim Pengabmas terdiri dari dosen Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Polkesden, menggelar Pengabmas di SMPN 1 dan 2 Ubud, Gianyar.

 

GIANYAR – fajarbali.com | Menurut Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, jumlah penduduk remaja (usia 10-24 tahun) di Indonesia diproyeksikan mencapai 66,3 juta jiwa atau sekitar 25,6 persen dari total jumlah penduduk. Sehingga remaja merupakan komunitas yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan.

Masalah gizi pada remaja yang sering terjadi akibat pola makan adalah anemia defisiensi besi. Remaja yang mengalami masalah gizi 40% diantaranya mengalami anemia gizi besi (Triwinarni, 2017).

Pada remaja putri, risiko anemia lebih tinggi, karena banyaknya zat besi yang hilang selama periode menstruasi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa remaja putri yang bersikap tidak mendukung terhadap pencegahan anemia mempunyai risiko 2,544 kali untuk mengalami anemia.

Menurut WHO, infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit. Penyakit ini dapat menyebar secara langsung maupun tidak langsung dari satu orang ke orang lainnya.

Gejala yang disebabkan oleh masing-masing penyakit infeksi dan langkah pengobatannya pun berbeda-beda tergantung mikroorganisme apa yang menjadi pemicunya. Beberapa contoh penyakit infeksi menular yaitu TBC, hepatitis, campak, cacar air, chikungunya, meningitis, malaria, HIV/AIDS, pneumonia, rabies, ebola, demam kuning, influenza, rabies, flu burung, dan lain-lain.

Solusi terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan agar jumlah peningkatan pasien terinfeksi menurun (Rosyanti dan Indriono, 2020).

Efek lanjut dari terjadinya anemia dan penyakit infeksi adalah terjadi penurunan daya tahan tubuh serta metabolisme jaringan otak. Bahkan dalam jangka panjang menyebabkan penderita mengalami kelemahan fisik dan intelektualitas.

Berdasarkan hal diatas, tim dosen Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar (Polkesden), yang terdiri dari Ni Nyoman Astika Dewi, S.Gz.,M.Biomed, Nur Habibah, S.Si.,M.Sc, dan Surya Bayu Kurniawan, S.Si beserta mahasiswa melaksanakan pengabdian masyarakat (pengabmas) dalam bentuk sosialisasi pencegahan anemia dan penyakit infeksi di SMP N 1 dan SMP N 2 Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.

“Pengabmas ini merupakan salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang kami laksanakan untuk mendukung peningkatan kesehatan masyarakat di daerah pariwisata sesuai dengan visi misi Poltekkes Kemenkes Denpasar serta sebagai wujud pelaksanaan PUI-PK Poltekkes Denpasar yaitu Kesehatan Pariwisata” kata Astika Dewi, selaku ketua tim pengabdi, di Denpasar, Senin (23/10).

Pengabmas, kata Astika Dewi, sebagai suatu upaya screening dalam mendeteksi terjadinya anemia pada remaja putri yang merupakan kelompok yang rawan. Sehingga hasil screening tersebut dapat digunakan sebagai bahan kajian mengambil kebijakan penanganan dan terapi anemia di wilayah Ubud.

“Sebelumnya sasaran dilakukan peningkatan pengetahuan tentang anemia dan penyakit infeksi kemudian dilaksanakan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb),” imbuhnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, jika seorang remaja sudah mengalami anemia serta mengidap penyakit infeksi, maka akan dapat menunjukkan kondisi lemah, lesu, keterlambatan mental, intelektual, dan penurunan daya tahan tubuh.

Pengebmas tersebut telah dilaksanakan pada 15-16 September 2023 dalam bentuk penyuluhan anemia dan penyakit infeksi serta pemeriksaan kadar hemoglobin kepada peserta didik.

Kegiatan pengabmas ini disambut dengan sangat baik oleh pimpinan, jajaran, guru dan peserta didik di kedua sekolah SMP tersebut. Para peserta didik sangat antusias dalam menyimak penyuluhan dan sangat kooperatif sewaktu pemeriksaan kadar Hb.

Hasil pemeriksaan kadar Hb pada peserta didik di SMPN 1 Ubud yang berjumlah 100 orang berada pada rentang 7,6-16,8 g/dl. Hasil pemeriksaan kadar Hb pada peserta didik di SMPN 2 Ubud yang berjumlah 97 orang berada pada rentang 8,9-16,9 g/dl.

“Dari total jumlah peserta didik yang dilakukan pemeriksaan kadar Hb diperoleh peserta didik yang memiliki kadar Hb normal adalah 83,76% dan peserta didik yang mengalami anemia (kadar Hb di bawah normal) adalah 16,24%,” ungkap dia.

Kepala SMPN 1 dan SMP N 2 Ubud, mengaku bahwa program pengabmas ini sangat baik dilaksanakan sebagai suatu upaya menyebarluaskan informasi kesehatan khususnya anemia dan penyakit infeksi pada remaja putri untuk mencegah kejadian stunting karena remaja putri adalah calon ibu yang akan melahirkan generasi emas untuk kejayaan bangsa dan negara.

Kedua kepala sekolah kompak mengharapkan kerjasama tetap berlanjut dan kegiatan serupa tetap dilaksanakan secara berkala dengan program pemeriksaan lainnya. (Gde)

 Save as PDF

Next Post

Menjelang Konferensi Studi Nasional PMKRI, Bahas 8 Isu Menuju Indonesia Emas

Sen Okt 23 , 2023
Kegiatan studi ilmiah dengan mengkaji isu, menggali ide atau gagasan menuju Indonesia Emas 2045
PMKRI

Berita Lainnya