Mahasiswa Australia Antusias Belajar Garam Tradisional, Juga Bersihkan Pantai Kusamba, Klungkung

FOTO: MAHASISWA University of Canberra Australia memanen garam tradisional Kusamba.

 

SEMARAPURA – fajarbali.com | Puluhan mahasiswa lintas ilmu dari University of Canberra (UC) Australia tampak antusias mempelajari dan menyimak secara detail proses pembuatan garam tradisional Bali di pesisir Pantai Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.

Selain menambah wawasan tentang garam, mahasiswa asing itu juga turut membersikan kawasan pantai bersama Sivitas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ngurah Rai (FEB UNR).

Kegiatan tersebut merupakan implementasi kerja sama antara UC dengan FEB UNR bertajuk “Tri Hita Karana-based Conservation Initiatives: Empowering Salt Farmers and Fostering Sustainable Economic Practices in Kusamba Coastal Area”.

Associate Dean Partnerships & Engagement di University of Canberra sekaligus dosen pendamping, Simon Hoy, tak hentinya mengagumi kearifan lokal Bali.

“Di sini kami jadi mengetahui bagaimana garam itu dibuat dengan cara cerdas tapi tradisional. Cita rasanya sangat khas. Dan kami membelinya untuk oleh-oleh,” kata Simon Hoy.

Simon Hoy mengaku ingin meniru cara pembuatan garam tradisional di negaranya. Tapi sayang di sana tidak ada pantai berpasir hitam layaknya di Kusamba dan pantai lain di Bali.

Yang terpenting, menurutnya, proses produksinya ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan prinsip Tri Hita Karana untuk kelangsungan bumi.

Senada, Convenor of Indonesian Program, University of Canberra, professor Riyana Miranti mengatakan, kegiatan mobilitasi internasional mahasiswa Canberra ke Indonesia merupakan bagian dari program New Colombo Plan (NCP), di mana pemerintah Australia mendorong para mahasiswa untuk belajar ke negara-negara Asia Pasifik.

“Indonesia merupakan salah satu negara tujuan favorit bagi mahasiswa Australia yang mengikuti program NCP,” jelasnya.

Sebelum ke UNR Bali, pihaknya telah melaksanakan Community Service Program di Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Sebelas Maret. Kemampuan mahasiswanya beradaptasi, menurut Riyana karena telah diberikan pembekalan sebelum terbang ke Indonesia.

Mahasiswanya mendapatkan pembekalan di kantor Atase Pendidikan (Atdikbud) KBRI Canberra, akhir Mei 2023 atau dua pekan sebelum pelaksanaan NCP. Saat itu, materi yang diberikan berupa pengenalan awal yang nyata mengenai apa yang akan mahasiswa jalani selama di Indonesia.

Mahasiswa juga disuguhi aneka ragam kesenian khas daerah-daerah dan makanan tradisional Nusantara. Sehingga dari pembekalan saja, anak didiknya sudah sangat tertarik berangkat ke Tanah Air.

Pada kesempatan yang sama, Dekan FEB UNR Dr. Putu Gede Denny Herlambang, ST., MM., menambahkan, garam tradisional Bali layak diperkenalkan ke dunia internasional. Selain mengangkat kesejahteraan petani dan mendukung program pemerintah daerah, cita rasanya juga berkualitas tinggi.

Foto : Dekan FEB UNR Dr. Putu Gede Denny Herlambang, ST., MM., menyerahkan bantuan untuk petani garam.

FEB UNR, lanjut Denny, siap memberdayakan petani garam tradisional lewat Tri Dharma Perguruan Tinggi ke depannya.

“Nanti kita bisa lakukan pendampingan berupa meningkatkan kapasitas produksi, pemasaran, kemasan dan catatan keuangan. Bisa lewat pengabdian kepada masyarakat,” kata Denny.

Sebagai langkah awal dalam pengabdian internasional FEB UNR bersama UC itu, pihaknya telah menyerahkan bantuan sejumlah paket bahan kebutuhan pokok untuk kelompok petani garam setempat. (Gde)