https://www.traditionrolex.com/27 MICE Masih Menjadi Andalan Di Tengah Keterpurukan Sektor Pariwisata - FAJAR BALI
 

MICE Masih Menjadi Andalan Di Tengah Keterpurukan Sektor Pariwisata

(Last Updated On: 07/08/2021)

Denpasar- fajarbali.com l Pertumbuhan ekonomi mengalami minus yang cukup signifikan akibat roda kepariwisataan di Bali terhenti akibat pandemi Covid-19.


Seluruh pegiat pariwisata kalang kabut, lantaran mandeknya sektor yang selama ini menjadi lokomotif perekonomian Pulau Dewata. Namun di tengah kegelisahan yang kian memuncak, kepariwisataan Bali tampaknya masih menyisakan nafas.

Meski tak panjang, nafas yang tersisa ini bisa dibilang cukup memberikan celah kehidupan bagi para pelaku sektor plesiran. Nafas kepariwisataan yang tersisa adalah sektor meeting, incentive, convention, dan exhibition (MICE). Sektor meeting, incentive, convention, dan exhibition dinilai masih menyimpan potensi di tengah pandemi Covid-19.

BACA LAGI :
508 Orang Positif Covid-19 di Kota Denpasar, Kasus Sembuh Bertambah 257 Orang
Pemkot Terima Bantuan Vitamin dari IDI Denpasar, Dukung Percepatan Pemulihan Kesehatan Pasien Isoman

“Yang paling terpukul saat ini pasti segmen leisure. Program yang masih bisa dijalankan adalah segmen MICE. Segmen MICE kan masih jalan. Cuma kebanyakan dilakukan secara hibrid. Jadi jumlah orang yang hadir di suatu tempat itu pasti dibatasi. Tetapi minimal masih bisa jalan,” ungkap Praktisi Pariwisata I Ketut Jaman, Senin (2/8).

Menurutnya, walaupun MICE tidak terdampak signifikan, akan tetapi porsi yang tersisa tidak sebanyak sebelum adanya pandemi ini. “Lagipula program-program yang sudah direncanakan oleh pemerintah pusat kan harus dilaksanakan. Sebab kalau tidak, berarti kan kinerja mereka buruk. Walaupun akhirnya dilakukan dengan pembatasan-pembatasan,” imbuhnya.

Ketut Jaman memperkirakan MICE tahun 2021 tersisa 30-40 persen. “Anggaplah yang cukup sibuk itu, kita di industri MICE itu tahun 2018 dan 2019. Kenapa waktu itu sibuk, karena selain program-program MICE yang diinisiasi pemerintah pusat, juga ada swasta yang banyak. Kalau sekarang kan swastanya boleh dibilang tidak ada, kecuali BUMN, itupun sedikit. Kalau pemerintah pusat kan masih ada event-event skala kecil-kecil,” tuturnya.

Ia menggambarkan, jika melihat prediksi secara umum, perkiraannya 30 sampai 40 persen masih ada. “Artinya kalau kita anggap 2018 sampai 2019 ada 100 event, tahun ini perkiraan saya 30 sampai 40 event masih terselenggara. Potensi MICE ini tak hanya menghidupi Professional Conference Organizer (PCO), melainkan beberapa sektor turunan lainnya, diantaranya akomodasi, catering, transportasi, dan penyedia alat digital,” terangnya.

Selain itu, keperluan terhadap penyedia alat digital disebut sangat meningkat, akibat perubahan paradigma industri MICE. Pelaksanaan MICE hibrid atau kombinasi antara offline dan online diakui memaksa PCO menyedikan piranti dengan spesifikasi yang mumpuni. “Misalnya kita mau menyelenggarakan zoom meeting, tidak bisa kita menggunakan alat/laptop biasa. Harus kita mencari alat dengan kecepatannya tinggi, dan satu rangkaian itu rata-rata sudah menghabiskan biaya puluhan juta. Sektor itu sekarang yang naik, karena itu dibutuhkan,” pungkasnya (dha)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Dorong Pemulihan Bali, INTI Bali dan IKBS Gencarkan Vaksinasi

Sab Agu 7 , 2021
Dibaca: 23 (Last Updated On: 07/08/2021)Denpasar- fajarbali.com l Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Bali dan INTI Klub Bali Sehat (IKBS) bersama elemen masyarakat Bali kembali menggelar vaksinasi massal tahap kedua selama lima hari, tanggal 1, 7, 8, 14, 21 Agustus 2021 di Hongkong Garden Restaurant dan Vihara Satya Dharma Benoa dengan target sasaran […]

Berita Lainnya