https://www.traditionrolex.com/27 Kasus Kematian Akibat Kanker Paru Tinggi, MSD Indonesia Bersama Yayasan Kanker Indonesia Lakukan Kampanye dan Edukasi Kesehatan  - FAJAR BALI
 

Kasus Kematian Akibat Kanker Paru Tinggi, MSD Indonesia Bersama Yayasan Kanker Indonesia Lakukan Kampanye dan Edukasi Kesehatan 

(Last Updated On: 24/11/2023)

Kiri-kanan: Nycta Gina (Influencer), Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP (Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia), Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K) (Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Kedoteran Respirasi FKUI, dan Ketua Kanker Paru, Yayasan Kanker Indonesia), Retno Noto Soedjono (Survivor & Anggota Yayasan Kanker Indonesia), Hada Kusumonegoro (Putri Indro “Warkop” dan caregiver alm. Ibunda), dan Soleh Solihun (Influencer) dalam talk show “Bulan Kesadaran Kanker Paru 2023 dengan topik Setiap Detik, Setiap Jam, Setiap Hari, Setiap Tambahan Hari Esok Akan Sangat Berarti Untuk Pasien Kanker Paru dan Keluarganya”. (Foto: ist)

 

JAKARTA-fajarbali.com | Memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru di bulan November, MSD Indonesia (nama dagang Merck & Co., Inc., Rahway, N.J., USA) bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengadakan acara edukasi kesehatan secara hybrid untuk masyarakat luas terkait penyakit kanker paru. Dengan mengangkat tema “Setiap Detik, Setiap Jam, Setiap Hari, Setiap Tambahan Hari Esok Akan Sangat Berarti Untuk Pasien Kanker Paru dan Keluarganya” kegiatan ini diikuti oleh puluhan awak media dari seluruh Indonesia baik secara online maupun offline, Jumat (24/11).

Disebutkan bahwa edukasi ini sangat penting bagi masyarakat luas, mengingat kanker paru adalah penyakit kanker dengan angka kasus ketiga terbanyak di Indonesia. Berdasarkan data dijelaskan bahwa kebanyakan penderitanya adalah pria. Menurut data dari Global Burden of Cancer Study (Globocan) tahun 2020, terdapat 34,783 kasus baru kanker paru di Indonesia dan 30,843 penderita meninggal dunia, sehingga menjadikan penyakit ini memiliki angka penyebab kematian akibat kanker paling tinggi dibandingkan dengan jenis kanker lainnya. Lebih lanjut, diketahui pula bahwa lebih dari 70 persen pasien kanker paru di Indonesia merupakan usia produktif; 59 tahun atau bahkan lebih muda. 

“Jika seseorang terdiagnosis kanker paru, hal ini tidak hanya berdampak pada kehidupan pasien itu sendiri, tetapi juga keluarga, teman, dan komunitasnya. Oleh karena itu, MSD Indonesia melalui kesempatan ini melakukan edukasi untuk publik terutama orang-orang yang mengenal seseorang yang mengidap kanker paru untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penyakit ini agar teredukasi dengan informasi yang lebih baik sehingga dapat meminimalkan risikonya dan juga mengetahui bagaimana menjadi lebih suportif terhadap pasien,” jelas Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou.

“Kami di MSD berkomitmen untuk berkolaborasi dan bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan agar bersama-sama dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien kanker di Indonesia. Kami percaya, setiap pasien kanker di Indonesia berhak mendapatkan pengobatan yang terbaik, memiliki support system yang optimal, sehingga dapat bertemu lebih banyak hari esok, dan menjadikan hari-hari mereka lebih bermakna,” sambungnya.

MSD menekankan pentingnya “hari esok” karena, bagi para pasien kanker paru dan keluarganya, tambahan satu hari untuk saling mempersembahkan cinta merupakan anugerah yang tak terkira dan sangat berharga.

“Setiap pasien pastinya memiliki kondisi yang berbeda-beda, baik fisik dan juga mental. Untuk itu, peran perawat, tenaga medis maupun support system dari orang-orang sekitar, merupakan hal vital bagi para pasien. Support system tersebut diharapkan bisa menjadi sumber kekuatan bagi para pasien untuk menjalani ragam perawatan dan memiliki optimisme menghadapi pengobatannya untuk mendapatkan hasil yang terbaik,” ungkap Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP,.

Senada dengan Prof. Aru, Hada Kusumonegoro selaku putri Indro Warkop sekaligus caregiver alm. Ibunda yang meninggal karena mengidap kanker paru pun mengakui pentingnya peran support system dalam masa perawatan. “Saya ingat sekali, ketika alm. Ibu saya didiagnosis mengidap kanker paru, saya merasa dunia saya runtuh seketika. Apalagi bagi alm. Ibu saya sudah pasti, dunianya pun hancur berantakan juga. Tapi, saya tidak bisa terus hanyut dalam kehancuran itu. Ibu dan keluarga butuh pegangan untuk bertahan dan melalui cobaan yang kami terima ini,” ujar Hada.

“Saya pun tersadar bahwa saya harus menjadi pendamping yang kuat untuk bisa menguatkan alm. Ibu. Untungnya, saya bertemu dengan para tenaga medis terbaik semasa saya menemani alm. Ibu berobat untuk menghadapi kanker parunya. Maka dari itu, saya setuju sekali kalau para pasien kanker paru, dan penyakit apapun, memang harus memiliki support system terbaik yang bisa menguatkan mereka melewati hari-harinya. Karena setiap hari esok sangat bermakna bagi kami,” imbuh Hada.

Ketua Umum YKI, Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP (dua dari kiri) melakukan kerja sama antara MSD Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia untuk menyelenggarakan pameran karya seni “Close the Cancer Gap–Art Exhibition” yang akan dilangsungkan pada 1–4 Februari 2024 di Indonesia Design District PIK 2. (Foto: ist)

 

Sebagai penyintas kanker paru dan Anggota Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Retno Noto Soedjono pun merasakan pentingnya support system yang ia miliki ketika harus bertaruh melawan kanker paru stadium awal. “Ketika dokter mendiagnosis saya dengan kanker, seketika saya tidak tahu harus bagaimana nasib hidup saya kedepannya. Secara emosional saya terguncang dan rasanya ingin menyerah. Tapi, saya bersyukur sekali karena keluarga saya selalu ada dan hadir untuk memberikan saya dukungan. Mereka mau mengubah rutinitasnya demi menemani saya setiap hari; mengikuti proses pengobatan saya, selalu mengajak saya ngobrol supaya saya tidak merasa sendirian hingga selalu menghujani saya dengan pelukan. Itu sangat menguatkan saya dan membuat saya bisa melewati masa sulit dalam hidup saya dan terus melihat ke depan menanti hari esok yang lebih cerah,” tuturnya.

Hal lain yang berpotensi menggerus emosi dan psikologis adalah banyaknya berita misinformasi (hoaks) yang beredar tentang kanker paru ini. Dari minuman probiotik dapat mencegah kanker paru, memakai masker terus menerus dapat menyebabkan kanker paru hingga diagnosa sendiri saat gejala kanker paru muncul. Berita-berita yang sensasional seperti ini yang mengalihkan perhatian masyarakat dari informasi yang tepat tentang penanggulangan kanker paru.

Sementara itu, Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K) selaku Guru Besar Departemen Pulmonologi Kedoteran Respirasi FKUI dan Ketua Kanker Paru, Yayasan Kanker Indonesia menjelaskan bahwa gejala kanker paru mirip dengan penyakit gangguan pernapasan pada umumnya, seperti batuk dengan/tanpa dahak, batuk darah, sesak napas, suara serak, sakit dada, sulit/sakit menelan, terdapat benjolan pada pangkal leher, dan sembab di muka serta leher menjadi gejala awal kanker paru. Maka dari itu, jika mengalami gejala-gejala tersebut, ia mengimbau masyarakat untuk langsung melakukan pemeriksaan mendalam dan segera ke dokter atau rumah sakit terdekat. Hindari diagnosis sendiri, dengan mengacu pada informasi yang tersebar di internet.

“Hal penting lainnya adalah prognosis penyakit paru sangat tergantung pada stadium penyakit pada saat ditemukan. Sehingga pengenalan terhadap risiko pada program skrining dan deteksi dini perlu dilakukan pada kelompok beresiko. Penemuan penyakit pada stadium awal memungkinkan pasien dapat menjalani pembedahan. Kabar baik lainnya adalah  semakin lengkapnya modalitas terapi kanker paru dan terbukanya akses, maka pilihan terapi yang tepat untuk kasus dengan stadium lanjut menunjukan peningkatan umur harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik,” terangnya.

Pemaparan seputar Kanker Paru yang disampaikan oleh Guru Besar Departemen Pulmonologi Kedoteran Respirasi FKUI dan Ketua Kanker Paru, Yayasan Kanker Indonesia, Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K). (Foto: Tha)

 

MSD yakin momentum Bulan Kesadaran Kanker Paru 2023 adalah momentum yang tepat untuk meluruskan seluruh misinformasi tentang kanker paru di Indonesia. Sekaligus juga menekankan pesan betapa berharganya tambahan satu hari bagi kita semua, apalagi bagi penderita kanker paru dan keluarganya.

Melalui acara ini, MSD dan YKI melakukan penandatanganan kerja sama untuk berkolaborasi dalam menyelenggarakan pameran seni bertemakan “Close the Cancer Gap” dalam rangka Hari Kesadaran Kanker Dunia yang akan berlangsung pada 1–4  Februari 2024 di Indonesia Design District PIK 2. Kedua belah pihak mengundang masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

MSD dan YKI bersama-sama berharap akan ada banyak partisipasi dari berbagai lapisan masyarakat, utamanya pasien/penyintas kanker serta caregiver yang dituangkan dalam bentuk berbagai karya seni yang dapat mewakili perasaan dan perjalanan pengobatan kankernya. Submisi karya seni akan dibuka pada awal tahun 2024. Pameran tersebut terbuka untuk umum, dan diharapkan dapat dikunjungi oleh masyarakat luas untuk meningkatkan kesadaran terkait penyakit kanker di Indonesia. (Dartha)

 Save as PDF

Next Post

Wujudkan Dunia Pendidikan Indonesia Semakin Berkualitas, Yayasan AHM Berikan Beasiswa Untuk Future Leader

Jum Nov 24 , 2023
Dibaca: 653 (Last Updated On: 24/11/2023) Yayasan AHM secara simbolis menyerahkan beasiswa kepada perwakilan Duta Safety Riding dari Laboratorium Safety Riding SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen, Malang Jawa Timur, Kamis (23/11). (Foto: ist)   MALANG-fajarbali.com | Yayasan Astra Honda Motor (Yayasan AHM) memberikan dukungan beasiswa pendidikan senilai lebih dari Rp 1,4 Milyar bagi […]
Honda_

Berita Lainnya