Dinkes Bali Optimalkan SIARVI, Pantau Perkembangan Kasus DBD

(Last Updated On: 28/12/2021)

Denpasar-fajarbali.com | Dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas layanan kesehatan kepada masyarakat, terlebih saat ini tengah menghadapi pandemi Covid-19, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali terus menggencarkan dan mewujudkan inovasi untuk mengantisipasi terjadinya penularan virus di tengah-tengah masyarakat.

Tak hanya fokus dalam penanggulangan Covid-19, Dinkes Bali juga berupaya mengantisipasi mewabahnya jenis penyakit lainnya, salah satunya adalah Demam Berdarah Dengue (DBD).

  Saat ini Dinkes Bali tengah melakukan inovasi dan mengoptimalkan Sosialisasi Sistem Pelaporan Albovirosis (SIARVI) yang nantinya akan digunakan untuk memantau perkembangan DBD di Bali. Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Nyoman Sudiyasa, SKM, M.Kes mengatakan, selama ini pelaporan kasus DBD di Bali hanya dilakukan secara manual. Dimana, setiap tanggal 10 tiap bulannya Dinas Kesehatan di sembilan Kabupaten/Kota di Bali mengirim laporan ke Provinsi terkait perkembangan DBD di wilayah mereka masing-masing.

  “Dan kami di Dinas Kesehatan Provinsi Bali juga sering meminta data tersebut setiap minggunya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Bali. Ini dilakukan untuk update kasus bagi yang membutuhkan seperti media serta penanganan kasus sejak awalnya. Dengan diadakannya SIARVI yang dirancang Kementerian Kesehatan ini, kami berharap program yang kita lakukan bisa berjalan sesuai dengan harapan masyarakat,” jelasnya, Selasa (28/12).

  Lebih Lanjut, Sudiyasa juga menjelaskan, ada beberapa kebijakan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Bali untuk menekan DBD. Diantaranya adalah meningkatkan perilaku hidup sehat dan kemandirian masyarakat terhadap Penyakit DBD. “Sebagaimana diketahui DBD memang belum ada obatnya. Oleh sebab itulah, kita sering mengajak masyarakat Bali untuk sadar serta peduli dengan lingkungannya. Dimana mereka harus rajin melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Selain itu pula, kita juga mempunyai program satu rumah satu jumantik. Program ini terus berjalan sesuai dengan perkembangan situasi lapangan,” terangnya.

  Sampai saat ini ungkap Sudiyasa, kasus DBD di Provinsi Bali menduduki peringkat 6 Nasional. “Kami berharap ke depannya Bali mulai berada di luar 10 besar Kasus DBD. Dan ini tentunya juga harus didukung oleh perilaku masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya,” tegasnya.

  Melalui kegiatan SIARVI ini menurut Sudiyasa sangat penting. Karena di satu sisi bisa melihat perkembangan kasus di Provinsi lain, juga bisa saling tukar informasi terkait cara melakukan pencegahan penyebaran DBD dan Cikungunya di Bali. “Kegiatan yang dilakukan di beberapa daerah tentu bisa dishare. Sehingga bisa digunakan secara langsung ataupun tidak dalam mencegah perkembangan DBD serta Cikungunya di Bali,” imbuhnya.

  Sementara itu, Koordinator Program SIARVI Kementerian Kesehatan dr. Asik Surya menuturkan, Kementerian Kesehatan memang sedang membuat sistem pelaporan yang bisa digunakan untuk mencatat jumlah kasus DBD, Cikungunya, Japanese Encephalitis serta Zika. “Kita memang sedang menyiapkan perangkatnya semua. Sehingga bisa dimanfaatkan ke depannya,” sebutnya. (dha)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Omicron Masuk RI, Warga Diminta Berhati-Hati

Sel Des 28 , 2021
Dibaca: 28 (Last Updated On: 28/12/2021)Denpasar-fajarbali.com | Menjelang liburan akhir tahun 2021, mobilitas masyarakat mulai meningkat. Tak hanya di luar Bali, peningkatan aktivitas masyarakat dan wisatawan juga terlihat padat di wilayah Provinsi Bali, baik di Kota Denpasar, wilayah Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar, hingga Bangli. Terlebih lagi pemerintah mencabut kebijakan PPKM […]

Berita Lainnya