Desa Adat Batur Peringati Tumpek Wariga, Tanam Berbagai Jenis Pohon Upakara

Jenis-jenis pohon tersebut antara lain pohon bodhi, majagau, cempaka, alpukat, dan ampupu.

 Save as PDF
(Last Updated On: 11/12/2022)

Penanaman pohon upakara di Alas Kekeran kawasan Pura Prapen Pingit, Bukit Sampian Wani, Desa Adat Batur, Sabtu (10/12).

 

BANGLI – fajarbali.com | Dalam rangka memperingati hari suci Tumpek Wariga pada Sabtu (10/12/2022), Desa Adat Batur menggelar aksi lingkungan berupa penanaman berbagai jenis pohon upakara. Penanaman dipusatkan di Alas Kekeran kawasan Pura Prapen Pingit, Bukit Sampian Wani, Desa Adat Batur. 

Kasinoman Desa Adat Batur, Guru Wayan Lempana, mengatakan ada 50-an batang bibit pohon upakara dan pohon buah yang ditanam di kawasan hutan yang disucikan itu.

Jenis-jenis pohon tersebut antara lain pohon bodhi, majagau, cempaka, alpukat, dan ampupu. “Sebelumnya sudah ada beberapa pohon upakara, usadha, maupun tanaman langka yang kami tanam dan lindungi di sana, seperti cendana, majagau, berbagai jenis temu, pilasa, berbagai jenis kelapa upacara, delima, juet, boni,” katanya.

Adapun penanamannya melibatkan perwakilan dari masyarakat adat Batur yang dipimpin langsung Pamucuk Desa Adat Batur, Jero Gede Batur Duhuran.

Perayaan Tumpek Wariga dengan menanam pohon tersebut dilaksanakan pihaknya sebagai respons atas arahan Gubernur Bali, Wayan Koster. “Penanaman pohon ini dalam rangka merayakan Tumpek Pengatag sesuai arahan Gubernur Bali, sekaligus memperkuat tradisi kami yang telah berjalan setiap enam bulan untuk melaksanakan upacara pada tanaman,” katanya.

Jero Gede Batur Duhuran menjelaskan pihaknya sengaja memilih Alas Kekeran Bukit Sampian Wani sebagai tempat penanaman mengingat fungsi kawasan tersebut yang memang berupa hutan larangan.

Sejak beberapa tahun silam, kawasan bukit yang berada di bekas kawasan permukiman Desa Batur Kuno itu telah difungsikan sebagai hutan suci. Berbagai jenis tanaman pun ditanam di sana agar memudahkan krama ketika mencari sarana untuk menunjang kegiatan upacara.

Dijelaskan, bukit berwarna hijau yang kini dikelilingi oleh lahar hitam tersebut disebutnya sebagai kawasan yang selamat dari berbagai rentetan erupsi Gunung Batur, termasuk erupsi pada 1926 yang mengakibatkan perpindahan permukiman dari kawasan tersebut ke lokasi desa saat ini.

Selain itu, di bukit tersebut juga muncul Tirta Prapen sebagai satu dari 11 tirta utama di Pura Ulun Danu Batur. Oleh karena itulah pihaknya memandang kawasan tersebut sebagai areal yang bernilai sejarah dan spiritual.

“Tempat penanaman kami saat ini disebut Prapen Pingit. Ini adalah alas kekeran atau kawasan hutan yang kelestarian juga disucikan dilindungi secara adat. Tanaman yang kami tanam di sini pun adalah jenis tanaman-tanaman upacara. Harapannya ke depan wewidangan (kawasan, red) dan tanaman di sini tetap ajeg, lestari, sehingga bisa digunakan untuk menopang keperluan upacara di pura,” kata Jero Gede.

Di sisi lain, Jero Mangku Aditama yang merupakan representasi anak muda memandang kegiatan menanam pohon yang dilakukan sangat positif, Ia pun mengajak kalangan muda untuk dapat tergerak mencintai alam, sehingga di kemudian hari alam bisa memberi manfaat.

“Semoga pemuda Batur tergerak hatinya untuk mencintai alam. Semoga yang dilakukan hari ini menuai kesuburan di kemudian hari untuk generasi ke depan, sehingga alam dapat menjadi seperti ibu yang menghidupi,” kata dia. (rl)

 Save as PDF

Next Post

Dorong Kebangkitan Pariwisata Bali, LPM Legian bersama HBI Gelar Bupati Cup Flair Competition 2022

Sen Des 12 , 2022
Dibaca: 27 (Last Updated On: 11/12/2022)Salah seorang peserta menunjukkan kepiawaiannya juggling dalam Bupati Cup Flair Competition 2022.   MANGUPURA-fajarbali.com | Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Legian bersama Himpunan Bartender Indonesia (HBI), Minggu (11/12) sore menggelar kegiatan inovatif berupa “Bupati Cup Flair Competition 2022” bertempat di ANGKASA (Angkringan Krama Desa) Legian, Kabupaten […]
salah satu peserta dalam flair kompetisi-19fc53d4

Berita Lainnya