BANGLI - sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Para peternak Babi di Kabupaten Bangli mulai bisa menghela nafas lega. Pasalnya, setelah beberapa bulan terakhir peternak mengalami keterpurukan akibat harga yang jeblok. Namun sejak beberapa hari terakhir, harga babi potong mulai mengalami kenaikan yang cukup significant. Pemicunya, diduga karena pasokan babi kian langka sebagai akibat merebaknya virus ASF yang menimbulkan banyak kematian. Selain itu, pengiriman keluar daerah juga mulai bisa dilakukan. Karena itu, tidak heran, sejak beberapa hari ini harga babi potong di Kabupaten Bangli yang sebelumnya berkisar Rp 15.000, kini melonjak dengan kisaran Rp 23 ribu hingga Rp 26 ribu.
Hal ini diakui Ketua GUPBI Bangli Sang Putu Adil saat dikonfirmasi, Minggu (17/5/2020). Disampaikan, setelah sempat jatuh hingga membuat peternak babi frustasi, belakangan harga babi potong telah mengalami lonjakan yang begitu cepat. Dari awal Rp 15 ribu, naik ke angka Rp 18 ribu kemudian naik lagi ke angka Rp 20 ribu. “Berikutnya sejak lima hari ini, kembali naik menjadi Rp 23 ribu hingga Rp 26 ribu. Harganya memang masih bervariatif,” ungkapnya.
Penyebabnya, kata dia, ada dua factor. Yang pertama adalah mulai terjadi kelangkaan stok babi potong akibat kematian babi yang cukup besar akibat merebaknya virus ASF. Kedua, adalah mulai adanya pemasaran daging babi keluar daerah yang difasilitasi Gupbi Bali. “Kematian babi ditingkat peternak begitu besar sehingga menyebabkan ketersediaan babi menipis. Sementara permintaan tinggi yang mengakibatkan harga kini mulai merangkak naik,” bebernya.
Sementara soal kematian babi di Kabupaten Bangli, jelas Sang Putu Adil, sesuai informasi yang didapat dari peternak kematian babi masih terjadi di Bangli. Dia menyebutkan, kemarin kematian babi masih terjadi di wilayah Susut, seperti Apuan dan desa lainnya. Sementara di Kecamatan Bangli, kematian babi dalam jumlah banyak terjadi di wilayah banjar Tegal, Bebalang. “Kita berharap antivirus ASF segera ditemukan,”ucapnya.
Sang Putu Adil lanjut menjelaskan, untuk anti virus ASF ini kini tengah diuji coba di Medan oleh putra Bali. Jadi pihaknya sangat berharap agar uji coba itu membuahkan hasil. Pasalnya, kalau di Bali sampai tidak ada babi maka akan bisa mengancam kelangsungan adat istiadat di Bali. Mengingat kebutuhan babi untuk upcara di Bali begitu besar. “ Kita berharap agar uji coba ini berhasil,”pungkasya. (arw)