Polemik Proyek Lapangan Tenis International ITDC Belum Dibayar, Mandor Stroke, Pekerja Diusir dari Kos

IMG_20250613_180641
BERDEMO-Lima orang karyawan dari PT. Texmura Nusantara menggelar aksi unjuk rasa karena gajinya belum dibayar perusahaan PT. Bali Destinasi Lestari.

Loading

NUSA DUA -fajarbali.com |Di balik kemegahan tujuh lapangan tenis berstandar internasional yang berdiri di kawasan elite ITDC Nusa Dua, tersimpan kisah getir yang dialami para pekerja lapangan. Mereka bekerja keras membangun fasilitas yang kini digunakan untuk turnamen bertaraf dunia, namun hingga hari ini belum menerima bayaran.

Proyek pembangunan lapangan tenis tersebut diselesaikan oleh PT Texmura Nusantara pada awal Agustus 2024 atas penugasan dari PT Bali Destinasi Lestari (BDL). Namun sampai saat ini belum terjadi serah terima resmi. Lebih memprihatinkan, biaya pembangunan proyek juga belum dilunasi oleh pemilik proyek.

Parahnya, lapangan-lapangan tersebut telah digunakan untuk dua gelaran besar bertajuk Amman Mineral Men’s World Tennis Championship 2024, masing-masing pada 26 Agustus–22 September 2024 dan 16 Desember 2024–5 Januari 2025. Di balik gemerlapnya acara olahraga tersebut, para pekerja dan mandor menghadapi derita ekonomi yang serius.

Akibat keterlambatan pelunasan tersebut, pihak kontraktor kesulitan membayar karyawan dan mandor yang menjadi ujung tombak pelaksanaan di lapangan. Beberapa dari mereka kini hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. 

Salah satu kisah paling tragis datang dari seorang mandor proyek yang kini mengalami stroke karena gajinya belum dibayarkan sejak proyek rampung. Ia meminta identitasnya tidak dipublikasikan, namun dalam wawancara melalui video call, ia mengaku telah dibawa pulang ke Nganjuk, Jawa Timur, untuk dirawat oleh istrinya karena sudah tidak sanggup bekerja.

“Saya terus kepikiran karena belum dibayar. Padahal saya sudah kerja sampai proyek selesai. Sekarang sudah nggak bisa kerja sama sekali,” ujarnya dengan suara lirih saat dihubungi.

Beberapa rekan lainnya juga mengaku belum menerima gaji mereka. Mereka saat ini tetap bertahan di Bali meskipun tinggal berpindah-pindah karena terusir dari kos akibat tak mampu membayar sewa. Mereka berharap ada penyelesaian dari pihak pemilik proyek.

BACA JUGA:  Demo di Proyek Lapangan Tenis ITDC Bawa Spanduk Gubernur Koster

Saat dikonfirmasi, mereka membantah tudingan bahwa kontraktor yang menahan pembayaran.

“Bukan karena kontraktornya. Kami tahu mereka belum dibayar oleh pemilik proyek. Jadi kontraktor juga kesulitan. Kami semua menunggu,” bebernya. 

Pihak kontraktor telah menempuh jalur hukum. Mereka menggugat PT BDL secara perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, serta melaporkannya secara pidana ke Polda Bali karena dugaan Perbuatan Melawan Hukum (PMH).

“Proyek ini sudah selesai dan bahkan telah digunakan untuk dua event turnamen tennis internasional. Tapi hingga kini belum ada serah terima resmi maupun pelunasan. Ini jelas merugikan pihak klien kami,” tegas Dimas Noor Ibrahim, S.H., M.H., salah satu kuasa hukum PT.Texmura Nusantara.

Dimas juga menyoroti keputusan sepihak PT BDL yang telah menggunakan lapangan tersebut tanpa menyelesaikan kewajiban kontraktual kepada pihak kontraktor dan pekerja. Padahal proyek ini juga melibatkan entitas besar seperti PT. Amman Mineral Internasional, Tbk.KONI, dan PB PELTI.

Sengketa ini bukan hanya menyangkut angka miliaran rupiah, tetapi juga menyangkut nasib para mandor dan pekerja lokal yang telah mengabdikan tenaga dan sumber daya mereka demi proyek prestisius ini. Sayangnya, hingga kini, mereka masih menanti hak-hak mereka dibayar penuh. R-005 

Scroll to Top