Kesehatan Gigi Pengaruhi Kualitas Hidup, Poltekkes Kemenkes Denpasar Berdayakan Kader Kesehatan Bayung Gede

IMG-20250828-WA0000
Pemberdayaan kader kesehatan untuk mencegah penyakit gigi, mulut dan penyakit tidak menular warga Desa Bayung Gede, Kintamani, Bangli.

BANGLI-fajarbali.com | Tim Pengabdian Masyarakat (Pengabmas) dari Jurusan Kesehatan Gigi, Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Denpasar yang diketuai drg. Sagung Agung Putri Dwiastuti. M.Kes, melaksanakan pengabdian di Desa Wisata Bayung Gede, Kintamani, Bangli.

Dengan melibatkan anggota, Dr. drg. I.A. Dewi Kumala Ratih, M.M., I Wayan Surasta, S. Kep., M. Fis, serta, mahasiswa Ni Wayan Seli Handayani dan I Kadek Doni Herdianan, pengabdian masyarakat ini mengusung "Pemberdayaan Kader Kesehatan Desa Wisata Bayung Gede dalam Upaya Perawatan Karies Gigi dan Mencegah Resiko Penyakit Tidak Menular (PTM). 

Sagung Dwiastuti menjelaskan, kegiatan telah dilaksanakan dua tahap. Pertama pada 9 Juli 2025 dibuka langsung Perbekel Desa Bayung Gede I Wayan Suarjaya dan diikuti oleh 30 orang kader. 

"Pengabmas ini bertujuan memberdayakan masyarakat desa melalui Pemberdayaan Kader Kesehatan Desa Bayung Gede dalam Upaya Peningkatan Perawatan Karies gigi dan mencegah risiko terjadinya PTM," jelasnya.

Proporsi masyarakat di Provinsi Bali yang mengalami gigi berlubang masih tinggi, yaitu 41,06 %, mendapat perawatan 5,94 %. Kabupaten Bangli yang merupakan salah satu kabupaten di provinsi Bali memiliki kasus gigi berlubang lebih tinggi, tertinggi yaitu 45,58 % dan hanya 3,69 % mendapat perawatan.

Hal ini perlu mendapatkan perhatian lebih serius, bukan saja oleh tenaga medis, namun juga masyarakat. Mengingat gigi berlubang apabila dibiarkan terus berlanjut menjadi pulpitis dan seterusnya keradangan pada gigi dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada organ tubuh lainnya seperti sinusitis, maag, ginjal, jantung, yang dikenal dengan infeksi fokal. 

Teori infeksi fokal rongga mulut telah dikenal sejak awal 1900-an, infeksi gigi menyebabkan berbagai penyakit sistemik. Penelitian terbaru membuktikan bahwa infeksi rongga mulut dapat menyebar secara sistemik. 

Beberapa penyakit yang disebabkan fokal sepsis adalah endokarditis, neuritis, myalgia, osteomyelitis, pneumonia, diabetes (PTM), emfisema, urtikaria, eczema, acne.

BACA JUGA:  Persiapan PTM Terbatas Disdikpora Bangli Kejar Target Vaksinasi Tuntas Hingga September

Menurut pengabdi, masalah kesehatan gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga terjadi pada anak-anak, hal ini memprihatinkan karena masih banyak orang tua yang berpendapat bahwa gigi sulung tidak perlu dirawat, dan tidak tahu akibat yang akan terjadi bila gigi sulung tidak dirawat dengan baik. 

"Kualitas hidup dapat terganggu karena masalah kesehatan gigi pada anak akan mengganggu gambaran diri dan hubungan sosial, mengganggu kesehatan umum, seperti penyakit gastroinstestinal dan pertumbuhan yang tidak sempurna atau terhambat (terutama dalam hal berat dan tinggi badan) yang dapat mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan anak," jelasnya.

Hal tersebut diperkuat oleh hasil-hasil beberapa penelitian yang menyatakan bahwa karies gigi pada anak yang dibiarkan terus-menerus sehingga menyebabkan infeksi odontogenik, akan menurunkan kualitas hidupnya di kemudian hari.

Sehingga, pengabdi berpandangan, pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan gigi dan mulut, merupakan salah satu cara untuk mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan, salah satu diantaranya dengan pemberdayaan kader kesehatan melalui program Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

Melalui pemberdayaan Kader Kesehatan Desa baik Kader Posyandu, kader Posbindu, masyarakat sebagai pelaku pariwisata lebih sehat dan dapat bekerja lebih produktif karena Desa Bayung Gede memiliki potensi besar di bidang agrowisata.

Kegiatan tahap pertama meliputi, pemberian kuisioner pre test untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang karies gigi, penyakit sistemik akibat fokal infeksi, dan pemeliharaan Kes Gilut, penyuluhan kepada kader tentang karies gigi dan cara mendeteksi karies gigi, peragaan cara menggosok gigi dengan benar.

Kemudian tahap kedua, pada 19 Agustus 2025, diawali dengan pemberian lembar tes (post test) tentang karies gigi, penyakit sistemik akibat fokal infeksi, dan pemeliharaan Kes Gilut, observasi untuk mengetahui kapasitas kader tentang cara menggosok gigi dengan benar dan mendeteksi karies gigi.

BACA JUGA:  RSUD Klungkung Hanya Rawat 4 Pasien Covid-19

Memotivasi masyarakat agar menambal gigi yang berlubang, memantau kader dalam melakukan pemeriksaan gigi keluarga/warga dan memberikan arahan terkait kesehatan gigi, memberikan informasi tentang kesehatan gigi, jika ada masalah memberikan saran agar warga merawat giginya di fasilitas kesehatan gigi terdekat.

Scroll to Top