Karya Ngenteg Linggih di Pura Pasek Punduk Dawa Diyakini Beri Vibrasi Positif untuk Bali

IMG-20250429-WA0010
Ketum MGPSSR I Nyoman Kenak menghaturkan terima kasih kepada Sulinggih tertua dari Klan Pasek atas suksesnya penyelenggaraan Karya Ngenteg Linggih, Mapadususan Agung Menawa Ratna, Tawur Tabuh Gentuh di Pura Catur Parhyangan Linggih Mpu Gana di Klungkung pada Senin 28 April 2025. 

SEMARAPURA-fajarbali.com | Ketum Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) Pusat I Nyoman Kenak bangga atas suksesnya puncak karya Ngenteg Linggih, Mapadususan Agung Menawa Ratna, Tawur Tabuh Gentuh di Pura Catur Parhyangan Linggih Mpu Gana di Klungkung pada Senin 28 April 2025. 

Setiap tahapan dimulai dari merancang upakara, Tawur Agung Tabuh Gentuh, Melasti hingga Puncak Karya berlangsung lancar dengan dukungan Semeton Pasek dari seluruh nusantara. 

“Kami bangga upacara ini bisa berjalan dengan lancar. Kami berterimakasih kepada semua pihak, mulai dari panitia, desa adat setempat, pemerintah dan tentunya Semeton Pasek,” ungkapnya di sela berlangsungnya upacara.

Ia menjelaskan, di Pura ini kerap berlangsung upacara tingkat besar. Bukan dalam rangka atraksi atau bersaing. Namun menurutnya ini merupakan upaya Semeton Pasek dalam mewujudkan Bali yang Santi dan Jagadita.

Upacara ini menurutnya bukan hanya untuk Pura Pasek saja, bukan jug hanya untuk Semeton Pasek saja. Namun upacara dan upakara ini memberi vibrasi positif terhadap alam bali dan segala isinya. 

“Dalam konteks pembangunan, benar bahwa ini adalah upacara peresmian secara niskala. Namun vibrasinya untuk Bali. Untuk kita semua umat Hindu di Bali,” tuturnya.

Dia yang juga Ketua PHDI Provinsi Bali ini menjelaskan, jenis upacara ini tergolong Utama. Yakni upacara Hindu di Bali dengan strata yang paling tinggi. Selama kegiatan ini terdapat ratusan pendeta mpu yang memimpin upacara.

Dalam rangka mewujudkan lama Bali yang selaras dan sumber daya manusia yang unggul, menurutnya tidak selesai dengan upacara maupun upakara yang besar. Namun juga diikuti kesadaran holistik setiap umat untuk menjaga srada baktinya kepada sang pencipta dan mengisi diri dengan pengetahuan.

BACA JUGA:  Mesuryak, Antarkan Leluhur Kembali ke Sorga di Hari Raya Kuningan

“Kita harus berbuat, mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. Jadi tidak bisa menjadi lebaik hanya dengan upacara yang besar sekalipun. Banyak sekali nilai-nilai dalam setiap upacara Hindu di Bali. Seperti rasa gotong royong, menjadi ajang meningkatkan kesadaran diri,” sebutnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyerap aspirasi umat yang datang. Ia mendapat banyak masukan tentang tata cara mengelola Semeton Pasek yang jumlahnya mendominasi di Pulau Bali. 

Masukan-masukan tersebut akan ia bahas dalam rapat-rapat pengurus MGPSSR untuk merancang program kerja yang bermanfaat bagi umat. “Intinya banyak yang ingin ngaturang ayah, ingin berkontribusi terhadap pelaksanaan upacara di pura ini,” sambungnya.

Ia berpesan kepasa seluruh Semeton Pasek untuk saling berkolaborasi dalam menjawab tantangan akibat kemajuan global ini. Untuk itu ia mengajak seluruh umat di Bali meningkatkan kualitas diri dalam berbagai hal.

Tidak saja dalam konteks ritual. Semangat Semeton Pasek juga untuk meningkatkan pendidikan, kesehatan dan keterampilan untuk menjawab tantangan di masa depan. 

“Tantangan pada jaman kami yang saat itu belum ada teknologi canggih, tentu beda dengan generasi muda masa kini yang diberi berbagai kemudahan dalam mengakses pendidikan,” ujarnya. 

Ia menambahkan, kendati upacara Ngenteg Linggih telah usai. Umat yang hendak bersembahyang ke Pura ini tetap dilayani dengan baik. 

“Jangan lupa nunas ica kepada Tuhan, agar semua semeton kita semakin maju. Ini menjadi konsen saya selama lima tahun ke depan. Saya mohon dukungan dari semua pihak untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2025,” pungkasnya. 

Scroll to Top