https://www.traditionrolex.com/27 Hasil Penelitian Polkesden, Unud dan BKPK Kemenkes Bakal Dijadikan Acuan Percepatan Penurunan Stunting di Bali - FAJAR BALI
 

Hasil Penelitian Polkesden, Unud dan BKPK Kemenkes Bakal Dijadikan Acuan Percepatan Penurunan Stunting di Bali

(Last Updated On: 23/08/2022)

Kepala Bapedda Provinsi Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra menerima hasil riset peneliti gabungan dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar, Universitas Udayana serta Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI.

 

DENPASAR – fajarbali.com | Pemerintah Provinsi Bali melalui Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) menerima hasil penelitian (riset) di bidang stunting yang dilakukan oleh peneliti gabungan dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar (Polkesden), Universitas Udayana (Unud) serta Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kementerian Kesehatan RI.

Hasil penelitian diserahkan langsung Ketua Tim Peneliti Dr. AA Ngurah Kusumajaya, SP., MPH., kepada Kepala Bapedda Provinsi Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra di sela Seminar Desiminasi Hasil Penelitian “Disparitas Kejadian Stunting pada Balita 0-59 Bulan Daerah Perkotaan dan Pedesaan di Provinsi Bali: Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2018” bertempat di Hotel Grand Santhi, Denpasar, Selasa (23/8).

Ika Putra mengapresiasi hasil penelitian para akademisi sebagai stakeholder pemerintah. Apalagi stunting adalah persoalan kesehatan yang membutuhkan penanganan lintas sektor. Stunting pun menjadi isu strategis nasional dengan diterbitkannya Peraturan Presiden 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia. 

Bali, lanjut Ika Putra, boleh berbangga karena prevalensi stunting jauh di bawah rerata nasional. Namun bukan berarti tidak bekerja keras, karena prevalensi 10,9 persen wajib diturunkan sesuai target. Sedangkan di tingkat nasional, prevalensi stunting masih bertengger 24,4 persen.

“Ini yang saya katakan butuh gotong royong semua stakeholder, lintas OPD, atau intereleasi. Misalnya teman-teman di dinas pekerjaan umum memperhatikan sanitasi masyarakat, dinas pendidikan memperhatikan layanan pendidikannya, dinas sosial membantu warga kurang mampu, dinas pemberdayaan masyarakat membantu posyandunya. Jadi stunting ini bukan hanya tugas dinas kesehatan,” jelas Ika Putra.

Kolaborasi tersebut, menurut Ika Putra, bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Kelemahan-kelemahan seperti minimnya anggaran bisa disiasati melalui pihak ketiga, yang penting adalah komitmen yang kuat sebagai abdi negara.

Bapedda Bali akan menggunakan hasil penelitian tersebut untuk merancang pembangunan ke depan. Sebab perencanaan pembangunan memerlukan data valid, sahih dan diolah melalui penelitian ilmiah.

“Perpres 39 tahun 2019, mengamatkan kita harus punya satu data. Penelitian ini memberikan data yang penting bagi kami. Dengan ini kami bisa merumuskan strategi, anggaran dan support apa yang harus kami lakukan di kabupaten/kota,” jelasnya.

Dia berharap, hasil-hasil riset para akademisi sampai ke tingkat kecamatan/puskesmas. Karena menurutnya, Puskesmas menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan dasar masyarakat sehingga keberadaannya harus didukung penuh.

Ketua Tim Peneliti AA Ngurah Kusumajaya mengugkapkan, didampingi wakil peneliti Dr. Ni Ketut Sutiari, SKM. M.Si., mengungkapkan, hasil risetnya menunjukkan stunting di perdesaan lebih tinggi 10 persen dibanding masyarakat perkotaan.  Perbandingannya 29 persen : 19 persen.

Kasus stunting di perdesaan, lanjut pria yang juga Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar ini, sebagian besar dipicu oleh kurang disiplinnya orangtua mengikuti posyandu atau tidak teratur menimbang balitanya sehingga berat badan balita tidak terkontrol.

Sedangkan di perkotaan, dipicu dari minimnya asupan tablet besi saat hamil maupun bagi si balita sendiri. Namun kelebihan masyarakat di perkotaan adanya “support” keluarga dalam merawat bayinya sehingga perawatan bayi lebih maksimal.

Agung Kusumajaya yakin, Bali mampu mencapai target minimal empat persen pada 2024 mendatang seiring semangat Gubernur Bali Wayan Koster dan Ketua TP PKK Bali Ny Putri Suastini Koster dalam mengentaskan stunting. “Komitmen beliau bisa dilihat dari program-programnya. Terutama membentuk Paiketan Krama Istri, memaksimalkan peran PKK dan banyak lagi,” ungkap dia.

Agung Kusumajaya berpesan kepada remaja putri dan calon pengantin untuk memperhatikan betul kondisi kesehatan dan mentalnya agar kelak melahirkan bayi-bayi berkualitas sebagai generasi penerus bangsa.

Ketua Tim Peneliti Dr. AA Ngurah Kusumajaya, SP., MPH., menyerahkan hasil penelitian kepada Ketua TP PKK Bali Ny Putri Suastini Koster.

“Yang saya sarankan, saat hamil itu lengkapi asupan dengan daging merah, ikan, kacang-kacangan, sayur hijau, astungkara nggak ada itu stunting,” pungkasnya, sembari menyebut kegiatan ini sepenuhnya didukung oleh PT. MADEP.

“Semoga hasil penelitian ini dapat digunakan dalam implementasi program prioritas percepatan penurunan stunting di Provinsi Bali,” harapnya.

Turut hadir sebagai narasumber Ketua TP PKK Bali Ny. Putri Koster, Kadis Kesehatan Provinsi Bali dr. I Nyoman Gede Anom dan Kepala Dinas PMD Dukcapil Provinsi Bali Putu Anom Agustina, Dody Iswardi, Diah Utari.  Diseminasi melibatkan ratusan orang perwakilan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas PMD Provinsi dan Kabupaten/Kota serta 120 Kepala Puskesmas. (Gde)

 Save as PDF

Next Post

KKN di Kayu Kapas, Kintamani, Ini yang Dilakukan Kelompok 23

Sel Agu 23 , 2022
Dibaca: 28 (Last Updated On: 23/08/2022) Sosialisasi mahasiswa KKN Unhi Kelompok 23 di Banjar Kayu Kapas, Kelurahan/Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.   BANGLI – fajarbali.com | Berbagai kegiatan dilakukan Kelompok 23 Kuliah Kerja Nyata (KKN), Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar selama satu bulan penuh di Banjar Kayu Kapas, Kelurahan/Kecamatan Kintamani, Kabupaten […]
UNHI 1-3eede14d

Berita Lainnya