https://www.traditionrolex.com/27 Hari Bumi, Persoalan Sampah Usai Upakara Masih Menghantui - FAJAR BALI
 

Hari Bumi, Persoalan Sampah Usai Upakara Masih Menghantui

(Last Updated On: 17/04/2022)

GIANYAR-fajarbali.com | Peringatan Hari Bumi Sedunia atau Earth Day yang jatuh Kamis (22/4/2021) kemarin belum dirayakan sebagaimana Hari Bumi sesungguhnya. Walau demikian, beberapa pegiat lingkungan menyebut action untuk mewujudkan bumi sebagai tempat tinggal yang layak, baik pemerintah dan masyarakat sudah melangkah ke arah yang lebih baik. Namun masih ada beberapa persoalan yang menghantui.


Ketua Trash Hero Indonesia, Wayan Aksara, Kamis kemarin menyebut sudah banyak upaya yang dilakukan baik pemerintah dan masyarakat guna penyelamatan bumi dari polutan.

“Prosesnya tentu panjang dan harus konsisten untuk mewujudkan bumi seuai harapan kita,” jelas Wayan Aksara.

Diharapkannya, pemerintah terus melakukan upaya edukasi, baik melalui lembaga formal, sekolah dan turun ke desa-desa, untuk kesadaran lingkungan. Bahkan langkah pengurangan sampah berbahan plastik disebutnya sebagai langkah kemajuan, walau harus terus menerus digalakkan.

“Pemerintah tidak boleh kendor, harus terus edukasi dan mengawasi,” harapnya.

Baca juga :
Ditinggal Latihan Menari, Dapur Ludes Terbakar, Kerugian Capai Rp 65 Juta
Lampu Penerangan di Rest Area Klungkung-Gianyar Hilang, Bupati Suwirta Kesal, Segera Akan Pasang CCTV

Dikatakannya lagi, persoalan yang masih menghantui adalah sampah usai upakara di pura-pura, baik di tingkat Pura Desa sampai di Pura Kahyangan Jagat.

“Hal ini (sampah) masih menghantui, diperlukan tekad dan konsistensi baik dari pihak pangemong pura dan warga yang menghaturkan sesaji, agar sampah tidak ditinggal begitu saja,” harapnya.

Pegiat lingkungan asal Desa Ketewel yang tergabung dalam Kopling Ketewel, Sukawati, Wayan Puja juga berharap hal yang sama. Dikatakannya, kesadaran akan lingkungan sudah mulai tumbuh di kalangan anak muda.

“Ini terbukti lahirnya komunitas lingkungan yang dipelopori anak muda dan kegiatannya sudah berjalan konsisten,” jelas Wayan Puja.

Walau demikian, diharapkannya pemerintah bias memberikan support kepada komunitas lingkungan ini.

“Dukungannya bukan financial, namun pengakuan atas komunitas dan disertakan dalam kegiatan yang berbau lingkungan,” harapnya.

Dirinya sebagai Pembina Komunitas Kopling Ketewel, setiap minggu rutin memungut sampah di pantai Ketewel.

Yang membuatnya prihatin adalah, justru sampah di setiap upacara keagamaan, sampah plastic masih banyak. Sampah ini baik dari pedagang di sekitar pura adat dari pemedek.

“Sebisanya, pemedek dan pedagang diharapkan tidak membawa atau mengenakan plastic sebagai pembungkus,” harapnya.

Yang diharapkan saat ini, bukan lagi memperbanyak tempat sampah atau memperluas TPA, namun adalah pengelolaan sampah dari hulunya oleh masing-masing warga.

“Semakin warga mengolah sampah dengan mandiri, maka persoalan sampah akan berkurang,” tutupnya. (sar)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Memilih Online Game untuk sang Buah Hati

Kam Mei 20 , 2021
Dibaca: 11 (Last Updated On: 17/04/2022)Jakarta-fajarbali.com | Bermain online game atau gim daring sesungguhnya dapat membantu proses tumbuh kembang anak. Apalagi jika para orang tua dapat memilih gim yang tepat sesuai dengan usia sang buah hati.  Save as PDF

Berita Lainnya