GIANYAR | fajarbali.com
Prihatin dan empati terhadap bencana di berbagai daerah, khususnya di Sumatera, politisi Demokrat dan Anggota DPRD Gianyar, IB Gaga Adisaputra berharap Pemkab Gianyar dalam perayaan Tahun Baru 2026,tanpa pesta kembang api. Dimana oerayan tersebut akan digelar pada 31 Desember mendatang.
Gus Gaga, Minggu (21/12) menjelaskan ajakan tersebut disampaikannya sebagai bentuk empati dan keprihatinan atas rangkaian musibah yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Ida Bagus Gaga Adisaputra akrab disapa Gus Gaga dan sebagai mantan Sekretaris Daerah Kabupaten Gianyar, menilai suasana duka akibat bencana alam belum sepenuhnya reda. Banjir bandang di Sumatera dan Aceh yang menelan korban ribuan orang masih menyisakan luka mendalam. Di Bali sendiri, musibah serupa juga terjadi hampir di seluruh wilayah dan menelan korban jiwa, selain berbagai kerusakan pemukiman dan infrastruktur lain, sehingga meninggalkan duka bagi banyak warga yg terdampak.
Berkenaan dengan itul, Gus Gaga memandang penyelenggaraan pesta kembang api dengan segenap hingar-bingar kemeriahan tidak ubanya merupakan cerminan sikap dan prilaku yang nir-empati dan menjadi paradoks sosial. Di satu sisi ada pesta dan euforia, sementara di sisi lain terdapat tangis pilu para korban bencana yang masih berjuang untuk bertahan hidup. Menurutnya, kondisi seperti itu dapat mencederai rasa dan nilai kemanusiaan antar sesama. Disamping itu, himbauan ini sejalan dg warning dari BMKG untuk kita semua waspada, karena saat ini kita sedang menghadapi ancaman cuaca ekstrem, maka jika tidak urgen sekali dan jika hanya untuk sekedar merayakan pergantian tahun, sebaiknya menghindari tempat2 yg memiliki potensi terjadinya bencana akibat cuacar yg tidak bersahabat.
Anggota Dewan Fraksi Demokrat ini memberi usul agar anggaran yang biasanya dialokasikan untuk pesta kembang api, yang nilainya bisa mencapai ratusan juta dialihkan untuk membantu warga terdampak bencana maupun masyarakat miskin. "Dana tersebut dinilai jauh lebih bermanfaat jika digunakan untuk kebutuhan dasar para korban, dibandingkan sekadar menjadi letupan cahaya yang hanya memberi euforia sesaat," harap Gus Gaga. Selain soal empati sosial, Ida Bagus Gaga Adisaputra juga menyoroti aspek budaya dan lingkungan. Ia menilai kembang api bukan bagian dari budaya lokal Bali dan cenderung tidak ramah lingkungan, padahal pembangunan daerah saat ini justru menempatkan keberlanjutan pelestarian lingkungan sebagai salah satu fokus utama. Ia mengingatkan bahwa merayakan pergantian tahun kiranya dapat dilakukan dengan cara yang lebih arif dan selaras dengan nilai-nilai lokal.
Ia juga mengajak warga, seluruh komponen masyarakat, hingga pemerintah untuk menyambut tahun baru dengan cara kontenplatif dimana pergantian tahun, menurutnya, merupakan momentum untuk mensyukuri keberkahan sekaligus merenungkan kesalahan dan kealfaan diri, bukan ajang euforia kesemarakan dan kemewahan.sar











