DENPASAR-fajarbali.com | Paras anggun didukung tinggi badan yang ideal membuat Dr. Cokorde Istri Dian Laksmi Dewi, SH.,MH., dengan mudah memasuki dunia modeling di tahun 2005, selepas menamatkan pendidikannya di SMAN 3 Denpasar.
Sembari melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Hukum Universitas Udayana (FH Unud), Cok Di, sapaan akrabnya, mulai menapaki karir di dunia presenter salah satu tv lokal selama tujuh tahun.
Karirnya di dunia intertaimen makin moncer setelah Cok Di dipercaya memerankan salah satu tokoh pada sinetron ‘Memedi’ di saluran tv yang sama. Kala itu, sinetron bergendre horor lokal itu sangat diminati oleh masyarakat Bali. Kemampuan aktingnya rupanya diendus oleh produser tv nasional. Di kisaran tahun 2007, Cok Di beberapa kali memainkan peran di serial FTV salah satu TV nasional bersama artis kenamaan Ben Joshua dan Bunga Zainal.
Setelah menikah dengan tambatan hatinya, yakni Gusti Agung Gede Asmara Kepakisan, SH.,MH., perempuan kelahiran 8 April 1987 ini mulai berpikir meniggalkan dunia hiburan yang telah membersarkan namanya. Fokus mengurus rumah tangga dan kewajiban ‘menyama-braya’ sebagai ibu rumah tangga Bali menjadi alasannya. “Kalau terus di dunia hiburan itu sulit sekali mengatur waktu,” kata Cok Di, di Denpasar, Minggu (11/3).
Cok Di mengakui, ia sempat mengalami ‘Star Syndrome’. Namun ia mengaku segera bangkit dan menentukan pilihan lain sebagai profesi barunya yang bersifat fleksible dengan tugas barunya sebagai ibu rumah tangga. “Saya putuskan menjadi dosen. Tapi saya lanjut lagi ke Magister Ilmu Hukum di Universitas Mahendradatta. Saya kemudian menjadi pengajar di FH Universitas Ngurah Rai (UNR).
Perlahan-lahan, migrasi profesi dari artis ke akademisi mulai membuatnya nyaman. Bahkan, untuk memantapkan ilmunya, Cok Di melanjutkan pendidikan Doktor (s3) Ilmu Hukum di Program Pascasarjana Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) Kota Surabaya. Setelah lulus beberapa waktu lalu, ia termasuk salah satu doktor perempuan termuda (30 tahun) di lingkungan perguruan tinggi.
“Awalnya sempat mengalami ‘star syndrome’. Biasanya ke mana-mana ada orang yang kenal. Ehh… Cok Di ya, Cok Di ya,, yang di TV itu. Tiba-tiba plek berhenti di depan kamera. Tapi setelah menjadi dosen, saya menemukan passion saya, yaitu mengajar,” imbuhnya sembari mengatakan antara mengajar dengan akting di depan kamera memiliki kesamaan. Namun di dalam mengajar diperlukan kehati-hatian saat menyampaikan sesuatu kepada peserta didik (mahasiswa) terlebih berkaitan dengan ilmu hukum.
Perjalanan karirnya sebagai akademisi juga berjalan mulus. Februari 2018, setelah ia bergelar doktor, wanita berkulit putih ini dipercaya menjabat sebagai Kepala Program Studi Magister Ilmu Hukum (Kaprodi MIH) UNR, setelah sebelumnya menjabat sekertaris pada prodi yang sama. Segudang kesibukannya di kampus, tak lantas membuat dia lalai dengan urusan rumah tangga. Begitu pula urusan adat atau ‘menyama-braya’.
Dirinya menegaskan, semua kewajiban sebagai ibu rumah tangga, karir dan kehidupan adat berjalan dengan seimbang. Di Banjar Ubud Kelod, ia dipercaya menjadi pengurus PKK dua periode. “Saya adalah perempuan pekerja, terbiasa bekerja dari lulus SMA. Jadi tidak ada beban saat mengerjakan sesuatu. Di mana-mana saya bertugas, saya lakukan dengan bahagia sehingga tidak ada beban,” kata Cok Di mengakhiri. (gde)