Pelatihan Teknis Bina Keluarga Balita Eliminasi Masalah Anak Stunting (BKB-Emas) dari Senin-Sabtu (8-13/5).
DENPASAR – fajarbali.com | Perwakilan BKKBN Provinsi Bali terus melakukan upaya percepatan penurunan stunting melalui penekanan intervensi dari hulu dengan melaksanakan Pelatihan Teknis Bina Keluarga Balita Eliminasi Masalah Anak Stunting (BKB-Emas) dari Senin-Sabtu (8-13/5).
Kepala Perwakilan BKKBN Bali dr. Luh Gede Sukardiasih, MARS. M.For., menjelaskan, dalam formulasi program yang dituangkan di dalam Perpres 72/2021 mengarah ke intervensi berbasis keluarga berisiko stunting dengan penekanan intervensi dari hulu.
“Tahun ini, strateginya adalah penekanan intervensi dari hulu melalui beberapa strategi antara lain pencegahan kelahiran bayi berpotensi stunting, pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan, Penguatan basis data intervensi dan monitoring stunting, Promosi dan pelembagaan keterlibatan masyarakat dan kemitraan” jelas dr. Luh De.
Salah satu penyebab stunting yang perlu diperhatikan yaitu terkait permasalahan gizi. Di Bali berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi balita wasted (berat badan menurut tinggi badan) pada tahun 2022 sebesar 2,8 persen, pravelensi Balita underweight (berat badan menurut umur) sebesar 6,6 persen dan selanjutnya pravelensi Balita overweight (berat badan menurut tinggi) berada pada 1,5 persen.
Berdasarkan hal tersebut Status Gizi Balita di Bali termasuk terendah di bawah rata-rata nasional yaitu untuk wasted 7,7 persen, underweight 17,1 persen dan overweight sebesar 3,5 persen.
“Kita patut bersyukur bahwa Provinsi Bali sebagaimana data SSGI Tahun 2022 di atas memiliki angka terendah di Indonesia. Namun, kondisi yang baik ini jangan sampai membuat kita terlena sehingga lupa untuk meningkatkan kinerja dan berinovasi karena lebih sulit mempertahankan daripada meraih,” ungkap dr. Luh De.
Pada pelatihan ini akan disampaikan beberapa materi sosialisasi salah satunya untuk mendukung program percepatan penurunan stunting seperti penerapan 8 fungsi keluarga dalam masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK) hingga pengasuhan tanggap terhadap kebutuhan anak dalam masa 1000 HPK.
Dia berharap melalui kegiatan ini para fasilitator program BKB Emas dapat menerima secara penuh informasi yang didapatkan selama pelatihan dan digetoktularkan serta diimplementasikan kepada masyarakat luas.
“Harapannya melalui pelatihan ini bersama-sama kita pastikan manfaat layanan program yang telah dirancang untuk pengelolaan bina keluarga balita dapat tersampaikan ke masyarakat,” harap dia.
Kegiatan ini dihadiri oleh 45 peserta yang terdiri dari unsur OPD-KB kab/Kota se-Bali, kader BKB dan PKB/PLKB. (Gde)