DENPASAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Selain genetik atau bawaan, penyakit jantung sebagian besar dipicu perubahan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti merokok, konsumsi minuman alkohol, kelebihan konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, tidak berolahraga, stress serta kurang istirahat. Gaya hidup yang tidak sehat ini menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi, kegemukan atau obesitas. Semua itu merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke.
Menurut Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr Ismoyo Sunu, penyakit jantung koroner adalah salah satu yang kerap disebut silent killer atau pembunuh diam-diam, karena tidak menunjukkan gejala khas. Sebagian dari penderitanya tidak mengetahui dirinya menderita penyakit jantung koroner. Saat terjadi serangan jantung, gejalanya hanya terasa ada beban dan nyeri di dada, pusing, cepat capek, dan tidak enak badan, sehingga banyak orang muda tertipu. Dikiranya flu biasa, padahal itu serangan jantung.
"Kini usia penderita jantung cenderung semakin muda. Saat ini, terdapat pasien berusia 30 tahun sudah menjalani operasi bypass jantung, yaitu salah satu prosedur penanganan penyakit jantung koroner yang terjadi karena penyempitan dan penyumbatan pembuluh nadi koroner jantung. Adapula pasien berusia lebih muda, yaitu 25 tahun, akibat radang pada pembuluh darah jantung," ujarnya.
Ia mengatakan, memang ada kecenderungan penyakit jantung koroner terjadi pada usia muda karena ketidaktahuan. “Itu karena di usia muda orang merasa belum punya risiko jantung, sehingga menganggap medical chek up belum perlu. Padahal kegemukan atau obesitas, hipertensi, dan kolesterol tinggi memicu penyakit ini cepat datang,” tuturnya.
Sebagian penderita jantung koroner terlambat datang ke dokter. Bahkan sekitar 30 persen dari seluruh pasien tidak menyadari menderita penyakit jantung koroner dan serangan jantung sebelumnya. Dengan kata lain, banyak orang melewati serangan jantung di rumah tanpa menyadarinya. Ini juga yang menyebabkan sekitar 10 persen dari penderita jantung tidak sampai ke rumah sakit atau meninggal di rumah.
"Namun, penyakit jantung koroner ini bisa kita dicegah. Bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah sakit jantung wajib melakukan pemeriksaan kesehatan teratur. Tujuan pemeriksaan kesehatan itu untuk melihat faktor risiko, apakah orangnya hiperkolesterol, hipertensi, obesitas atau punya keluarga yang pernah menderita jantung. Setelah mengetahui faktor risiko, kemudian dikendalikan,” imbuhnya.
Lebih lanjut dr Ismoyo menuturkan, selain medikal cek up, mengenali tanda-tanda awal juga penting. Jangan abaikan bila muncul gejala seperti flu. Segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat pengobatan atau mengendalikan faktor risikonya. Selain itu mulailah menerapkan pola hidup sehat, yaitu berhenti merokok, kurangi konsumsi garam, lemak, dan gula, perbanyak sayuran dan buah, diet sehat bila kegemukan, olah raga teratur, istrahat yang cukup serta kelola stres dengan baik.
“Jika memiliki riwayat keluarga yang pernah sakit jantung, sebaiknya gaya hidup tidak sehat mulai ditekan sejak dini. Jangan lupa cek kesehatan secara berkala. Adapun empat faktor risiko yang tidak bisa dihindari, yaitu usia, kelamin, keturunan dan menopause. Makin tua usia risikonya pun lebih tinggi," kata dr Ismoyo. (dar)