DENPASAR–fajarbali.com | Antusias ribuan masyarakat tumpah ruah memenuhi lapangan Pantai Mertasari Sanur untuk menyaksikan Mel Ogoh-ogoh Festival 2018, Jumat (16/03/218).
Selain itu, sebanyak 150 ibu-ibu PKK dari lingkungan Mel Intaran Sanur juga unjuk kebolehan menarikan tari Rejang Renteng untuk memeriahkan festival tahunan di malam pangerupukan ini.
Ketua Panitia Soma Antara mengatakan, festival ini diikuti lima banjar yang ada di lingkungan Mel. Yakni, banjar Semawang, Betngandang, Batujimbar, Blanjong, dan Tanjung yang tahun ini sebagai tuan rumah.
“Sanur sebagai Kawasan Setrategis Pariwisata Nasional (KSPN), harus memberikan daya tarik tersendiri, salah satunya melalui kegiatan ini, yang diharapkan mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke Bali pasca bencana alam erupsi Gunung Agung,” katanya.
Lebih lanjut mengatakan, festival ini juga bertujuan untuk memelihara dan melestarikan kebudayaan seni, tari, tabuh, serta yang lainnya. “Yang terpenting dari kegiatan ini, yakni menjaga kekompakan seka teruna-teruni, PKK, serta seluruh krama banjar, baik internal dan eksternal,” ujarnya.
Semenatara, Penyelenggara Mel Ogoh-Ogoh Festival, Wayan Mariana Wandhira mengatakan, festival ini merupakan agenda tahunan untuk menjaga seni budaya dan tradisi masyarakat lingkungan Mel.
“Selain itu, festival ini memberikan wadah bagi generasi muda untuk berkreasi rasa cita karsa terhadap seni, yang dibentuk menjadi satu kesatuan. Dimana inti dari festival ini untuk menjaga persatuan dan kesatuan, menyame braya khususnya di lingkungan Mel Sanur,” jelasnya.
Sanur yang merupakan tolak ukur kondisi kondisi Kota Denpasar, untuk itu Wandhira yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar mengajak seluruh masyakarat yang berada di lingkungan Mel pada khususnya dan Sanur pada umumnya untuk wajib menjaga tradisi budaya yang dimiliki.
Sedangkan terkait tari Rejang Renteng, Wandhira menceritakan, awalnya pihaknya hanya menargetkan 20 penari di setiap banjar. Akan tetapi antusias PKK membludak sehingga tari ini diikuti sebanyak 150 orang.
“Awalnya kita targetkan hanya 20 orang perbanjar, akan tetapi nyatanya ingin lebih dari yang kita targetkan. Apresiasi luar biasa ini,” paparnya.
Peserta dalam festival ini, kata Wandhira, juga akan dinilai dan akan diberikan hadiah serta penghargaan. Kendatipun demikian, lanjutnya, bukan hadiah target utamanya. Akan tetapi lebih mengarah terkait peranserta masyakarat Mel dalam menyukseskan setiap even yang diselenggarakan.
“Mudah-mudahan festival ini mampu memberikan yang terbaik baik ke masyarakat, khususnya dalam mendongkrak citra pariwisata Bali,” jelasnya seraya mengatakan, disamping bentuk tontonan, dalam festival ogoh-ogoh ini terdapat nilai filosofis yang luar biasa.
“Setiap ogoh-ogoh memiliki tema yang berbeda dan memiliki nilai filosofi yang sangat baik untuk pedoman bagi generasi muda, yang bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,” ujarnya sembari mengapresiasi tim yang telah bekerja keras siang dan malam untuk menyukseskan festival ini.
Festival ini sendiri dibuka oleh Perbekal Desa Sanur Kauh, Made Ada. Dimana dalam kesempatan tersebut, perbekel mengapresiasi pihak penyelenggara, yakni Banjar Tanjung.
“Ini sangat luar biasa membuat pertunjukan untuk kita semua. Terimakasih yang ikut menyukseskan kegiatan ini khususnya penari kolosal Rejang Renteng,” katanya sembari menambahkan, festival ini adalah aset desa Sanur Kauh dan mengimbau agar menjaga brata penyepian. (Alt)