Tampil pada PKB ke-47, Sanggar Seni Candrawangsa Tampilkan 4 Garapan

1000321918

Loading

Sanggar Seni Candrawangsa tampil, Jumat (4/7) di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center)

 

MANGUPURA-Fajarbali.com | Sanggar Seni Candrawangsa dari Banjar Dalem, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung menampilkan pertunjukan gamelan inovatif pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47. Para seniman yang sebagian besar anak muda ini tampil, Jumat (4/7) di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center).

 

Koordinator Sanggar Seni Candrawangsa, I Gede Ananta Diparesta mengungkapkan, kali ini Sanggar menampilkan empat garapan yang terdiri dari tiga tabuh dan persembahan terakhirnya adalah tari. 

Menurut dia, tiga garapan gamelan inovatif itu lahir dari konsep Tapa Prakerti. Sebuah konsep yang lahir dari prosesi perayaan hari raya nyepi yang berujung pada saat pelaksanaan Catur Brata Penyepian. Judul ini mengandung makna pengendalian diri (tapa) dan kembali ke sifat alami atau murni (prakerti). Tapa yang berarti meditasi dan prakerti yang berarti alam semesta.  

 

”Dari konsep besar tersebut lahirlah 3 garapan musik inovatif yang terbangun atas bagian bagian dari Tri Hita Karana, yaitu Swara Pawitri, Suda Prawerti dan Tepa Slira," ujarnya.

 

Garapan pertama yang ditampilkan yakni Swara Pawitri. Garapan ini terinspirasi dari sebuah prosesi pemelastian pada hari raya Nyepi yang terbangun atas konsep musikal yang dipadukan dengan suasana yang terjadi pada prosesi tersebut, sehingga membentuk sebuah jalinan yang terakumulasi menjadi sebuah karya. 

 

Swara Pawitri menjadi judul dari garapan ini mengandung arti swara yang berarti suara dan pawitri menjadi sebuah konsep persembahan. Yang dituangkan dalam kawi gending sehingga sanggup berkomunikasi menajdi persembahan suci meningkatkan hubungan manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi.

 

Persembahan kedua yakni Suda Prawerti. Tabuh inovatif ini terinspirasi dari proses tawur kesanga pelaksanaan hari Raya Nyepi, melalui dinamika, laras, dan rasa. Karya ini menggambarkan kerusakan alam akibat keserakahan, lalu bergerak menuju harmoni - ketika manusia mulai sadar, berbenah, dan bertapa dengan menghaturkan rasa bakti pada bhūmi. Suda Prawerti adalah karya karawitan yang menyuarakan penyucian lingkungan (palemahan) sebagai bagian dari perjalanan spiritual manusia. 

BACA JUGA:  Kwarcab Badung Resmi Tutup Karya Bakti Pramuka Hari Raya Nyepi dan Idul Fitri 2025

 

Selanjutnya, persembahan gamelan inovatif ketiga yakni Tepa Slira. Ini terinspirasi menjadi karya seni karawitan inovatif yang tercipta dari situasi kondisi yang terjadi pada malam pengerupukan, yang mana sifat kebutaan manusia diuji dalam proses pengarakan ogoh ogoh. ”Sebuah uforia yang menjadi tanda sebuah tenggang rasa yang diabaikan atau diingat," pungkasnya.W-004

Scroll to Top