Suami Diajak Dukung Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukan ada hubungan dukungan suami dengan inisiasi menyusu dini, yang mana dukungan suami yang kurang baik mempunyai risiko mengalami ketidakberhasilan Inisiasi Menyusu dini (IMD) 7 kali lebih besar daripada dukungan suami yang baik.

(Last Updated On: )

Ni Gusti Kompiang Sriasih, S.ST., M. Kes

AIR Susu Ibu (ASI) merupakan makanan penting bagi bayi. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Setiap bayi yang dilahirkan berhak mendapatkan air susu ibu (ASI) secara ekslusif sampai dengan usia enam bulan tanpa ditambahkan dan atau diganti dengan makanan atau minuman lain (PP RI No. 33 tahun 2012).

Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu cara untuk mencegah kematian bayi dan mengurangi angka kesakitan bayi maupun balita (Rahayu D., dan Yunarsih, 2017). Beberapa penelitian yang dilakukan oleh WHO pada enam negara membuktikan bahwa risiko kematian bayi usia 9-12 bulan meningkat 40% pada bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan yang mendapat ASI Eksklusif.

Penelitian lainnya juga menemukan ada hubungan antara waktu pemberian ASI dengan kematian dan kesakitan neonatal, yang mana pemberian ASI Eksklusif mempunyai risiko 45% lebih rendah mengalamai kematian neonatal dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif.

Secara global sekitar 5,6 juta anak meninggal sebelum mencapai umur 5 tahun, dan 2,6 juta (46%) meninggal dalam 30 hari pertama kehidupan. Pemberian inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif untuk 6 bulan pertama kehidupan mencegah 20% kematian bayi baru lahir dan 13% kematian balita, 36% mengurangi kematian akibat infeksi neonatal (Phukan, dkk, 2018).

Berdasarkan Data dan Informasi Profil Kesehatan Propinsi Bali tahun 2019, pemberian ASI Eksklusif di Propinsi Bali masih kurang dari target, yang mana bayi yang mendapatkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) kurang dari satu jam kelahiran 33,65%, lebih dari satu jam 6,13%, bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif sampai umur enam bulan 31,57%, dan yang mendapat ASI eksklusif sampai umur lima bulan 38,07%.  Hal ini juga dilaporkan oleh Astuti 2018 (http: // bali.  tribunnews. com / 2018 / 08 / 03) bahwa pemberian ASI Eksklusif di Indonesia hanya 35%, angka tersebut jauh di bawah rekomendasi WHO 50%.

Pada hakekatnya hampir semua perempuan usia subur mempunyai kemampuan untuk menyusui sekitar 97% (Iglesias, 2011, dalam Juanita, 2013). Jarang ada perempuan yang tidak menyusui karena kelainan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan seorang ibu menyusui, baik secara internal maupun eksternal. Jika ibu menerima dukungan dari keluarganya, mereka dapat menjadi lebih percaya diri, yang merupakan bagian penting dari keberhasilan menyusui eksklusif bayinya. Keluarga dapat mendukungnya dalam bentuk dukungan informasional, instrumental, penilaian, dan emosional.

Indrayati (2018) menjelaskan kondisi ibu yang mengalami nyeri, lelah setelah proses persalinan, pandangan ibu yang beranggapan ASI belum keluar, belum lancar pada hari hari awal kelahiran, serta kecemasan karena merasa tidak mampu memberikan ASI, serta ibu sering mengeluhkan bayinya rewel karena ASI tidak cukup, sehingga mengambil keputusan untuk menghentikan menyusui atau mulai memberikan makanan tambahan sebelum makanan itu dibutuhkan. Sebetulnya saat terpenting waktu menyusui adalah hari hari pertama setelah melahirkan.

Bila seorang ibu postpartum dibantu dengan baik pada hari hari pertama saat memulai menyusui, kemungkinan ibu tersebut akan berhasil untuk terus menyusui. Sehubungan dengan hal tersebut maka pelayanan kesehatan perlu terus ditingkatkan, baik yang bersifat preventif, kuratif, promotif maupun rehabilitatif.

Hal ini sejalan dengan misi kementerian kesehatan yaitu membuat masyarakat sehat, dan strategi utamanya antara lain menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas (Kemenkes RI, 2016).

Menurut Permata, dkk (2020), untuk keberhasilan menyusui seorang ibu perlu dukungan dari berbagai pihak, yaitu dari suami, keluarga, teman, masyarakat dan pemerintah. Adanya dukungan dari berbagai pihak terutama dari suami diharapkan dapat mengurangi berbagai tantangan yang dihadapi ibu menyusui, seperti mengatasi kurangnya informasi, bermacam-macam situasi emergensi, dan yang paling penting adalah mengatasi keraguan akan kemampuannya untuk dapat menyusui bayinya.

Sehingga diharapkan peran serta petugas kesehatan khususnya bidan untuk memberikan edukasi sejak dini kepada suami sehingga dapat meningkatkan pengetahuan suami tentang ASI eksklusif serta dapat menciptakan dukungan yang positif untuk mendukung ibu memberikan ASI saja kepada bayinya selama enam bulan penuh dan cakupan ASI eksklusif dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dukungan keluarga yang terpenting adalah suami atau yang dikenal dengan supporting father (Suradi R. dan Tobing HKP, 2014).

ASI eksklusif merupakan salah satu usaha dunia untuk mempersiapkan penerus yang sehat sejak usia dini. World Health Organization (WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF) menyarankan kepada setiap ibu yang melahirkan untuk dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya.

Penelitian menemukan bahwa pemberian ASI eksklusif kepada setiap bayi dapat mencegah terjadinya infeksi dan diare pada anak serta menghemat pengeluaran pada keluarga miskin. Terbukti bahwa ASI eksklusif mencegah penyakit seperti diare, pneumonia yang menyebabkan 40% dari kematian balita di Indonesia.

Menyusui merupakan suatu cara dalam memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan terhadap kesehatan ibu dan bayi. Dalam Asi, ada tiga zat penting yang berkaitan dengan perkembangan otak dan kecerdasan anak yaitu asam lemak decosahexaenoic acid (DHA) dan arachinoid acid (AA), serta laktosa.

DHA dan AA telah terbukti dapat membantu meningkatkan penglihatan dan beberapa respon motorik pada bayi dan balita. Kandungan laktosa yang merupakan golongan karbohidrat, memproduksi zat galaktolipid yang berperan penting dalam perkembangan saraf pusat. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap berbagai penyakit.

Bayi yang mendapat ASI eksklusif 14 kali lebih mungkin untuk bertahan hidup dalam enam bulan pertama kehidupan dibandingkan anak yang tidak disusui. Bayi yang mulai menyusu pada hari pertama setelah lahir dapat mengurangi risiko kematian baru lahir hingga 45%. Anak yang mendapatkan ASI eksklusif terbukti mempunyai intelligence quotient (IQ) 12,9 poin lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak diberi ASI eksklusif (Medela, 2011).

Proses pemberian ASI pada bayi melibatkan tiga hubungan insan. Ibu yang memberikan ASI, si bayi yang diberikan, dan suami sebagai penyeimbang. Namun pada kenyataannya banyak suami yang merasa tidak terlibat dalam proses sosial ini, dan cenderung menyerahkan segala urusan ASI kepada ibu saja, serta merasa tidak ikut campur dalam proses ini. Keterlibatan suami dalam proses ini akan memberi motivasi ibu untuk menyusui bayinya. Jika ibu sudah memiliki motivasi dan optimis bisa menyusui, ASI akan keluar lebih banyak.

Memberikan ASI kepada bayi tidaklah mudah dilakukan oleh ibu. Ibu memerlukan perhatian, kasih sayang, support, dan informasi-informasi kesehatan tentang menyusui dari orang terdekatnya. Orang yang dapat memberikan dukungan adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani yaitu suami. Perhatian, kasih sayang, support adalah sebuah dukungan sosial.

Dukungan yang didapat dari orang lain, bisa dari berbagai sumber salah satunya adalah pasangan atau orang yang dicintai. Suami adalah salah satu orang yang penting dalam kehidupan seorang ibu.

Orang yang mendapat dukungan sosial akan mengalami hal-hal positif dalam hidupnya, memiliki harga diri, dan mempunyai pandangan yang lebih optimis. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang didukung baik oleh keluarga termasuk suami berpeluang 4,1 kali lebih besar memberikan ASI eksklusif.

Dukungan yang kurang dari suami dapat menghambat pemberian ASI eksklusif pada bayi. Dukungan suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui. Masih banyak suami yang berpendapat salah, para suami ini berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya.

Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja, sebenarnya suami mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu (Roesli,2012).

 Dukungan suami sangat berarti dalam menghadapi tekanan ibu dalam menjalani proses menyusui. Dukungan suami dan keluarga membuat ibu merasa tenang sehingga memperlancar produksi ASI. Proses menyusui lancar, diperlukan breastfeeding father yaitu ayah membantu ibu agar bisa menyusui dengan nyaman sehingga ASI yang dihasilkan maksimal.

Dukungan suami adalah komunikasi verbal dan non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh suami terhadap ibu didalam lingkungan sosialnya. Dukungan suami merupakan suatu bentuk wujud dari sikap perhatian dan kasih sayang. Dukungan dapat diberikan baik fisik maupun psikis. Suami memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Dukungan suami yang baik dapat memberikan motivasi yang baik pada ibu (Eko, 2014).

Dukungan Suami meliputi dukungan emosional, instrumental, informasional, dan penghargaan. Dukungan emosional merupakan tingkah laku yang berhubungan dengan rasa tenang, senang, rasa memiliki, kasih sayang pada anggota keluarga, baik pada anak maupun orang tua.

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Suami sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta mambantu pengeuasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan, dan didengarkan.

Dukungan Informasional adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemberian informasi dan nasehat. Dukungan informasional yaitu memberikan penjelasan tentang situasi dan gejala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh individu. Dukungan ini mencangkup; pemberian nasihat, saran, pengetahuan, dan informasi serta petunjuk.

Maka suami berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar) informasi. Memberitahu saran dan sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini ialah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang terkhusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini ialah nasehat, usulan, kritik, saran, petunjuk dan pemberian informasi.                  

Dukungan instrumental merupakan dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi dan waktu yang bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membutuhkan orang lain untuk memenuhinya. Suami harus mengetahui jika istri dapat bergantung padanya jika istri memerlukan bantuan.

Bantuan mencangkup memberikan bantuan yang nyata dan pelayanan yang diberikan secara langsung bisa membantu seseorang yang membutuhkan. Bentuk dukungan ini juga dapat berupa pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu serta mengurangi atau menghindari perasaan cemas dan stress.

Dukungan penghargaan yaitu dukungan yang terjadi lewat ungkapan hormat atau penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan seseorang, dan perbandingan positif antara orang tersebut dengan orang lain yang bertujuan meningkatkan penghargaan diri orang tersebut. Suami bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing, dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota suami diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian.

Hasil penelitian menunjukan ada hubungan dukungan suami dengan inisiasi menyusu dini, yang mana dukungan suami yang kurang baik mempunyai risiko mengalami ketidakberhasilan Inisiasi Menyusu dini (IMD) 7 kali lebih besar daripada dukungan suami yang baik.

Sejauh ini suami kebanyakan hanya berperan dalam tempat pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Padahal, keterlibatan suami dalam mencari informasi mengenai pemberian ASI diketahui sebagai salah satu factor yang paling berpengaruh terhadap praktik pemberian ASI Ekskusif. 

Beberapa studi intervensi memperlihatkan bahwa peningkatan pengetahuan dan dukungan suami pada istri mempengaruhi pemberian ASI Ekskklusif (Sriasih,dkk,2014). Hal ini terjadi karena dukungan suami akan meningkatkan rasa percaya diri ibu, meningkatkan kelancaran reflek let down yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.

Dari semua dukungan bagi ibu menyusui, dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu.  Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Roesli (2012) bahwa dalam tatalaksana inisiasi menyusu dini secara umum, sangat dianjurkan untuk suami mendampingi ibu saat persalinan dan mengambil peran saat inisiasi menyusu dini.

Penulis: Ni Gusti Kompiang Sriasih, S.ST., M. Kes. (Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar)

 

Next Post

BINTANG Crystal, Sapa Masyarakat Pulau Dewata

Jum Jun 28 , 2024
(Last Updated On: )Jessica Setiawan MANGUPURA-fajarbali.com  | Multi Bintang Indonesia sebagai produsen Bir Bintang melalui salah satu lini produknya yang dikenal akan bir sessionable-nya yakni BINTANG Crystal, dalam kesempatan kali ini menyapa masyarakat Bali dengan menghadirkan BINTANG Crystal Sunscape. Acara yang digelar selama dua hari Jumat (28/6) hingga Sabtu (29/6) […]
CRYSTALL

Berita Lainnya