FOTO: Plt Bupati Klungkung I Made Kasta, memberikan sambutan serta membuka Promosi dan KIE Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten/Kota di Desa Gelgel, Klungkung, Kamis (16/11/2023).
Â
Â
SEMARAPURA - sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Perbekel Desa Gelgel, Klungkung, I Wayan Sudiantara, menyebut, sebelumnya di wilayahnya terdapat 19 balita terindikasi stunting, namun saat ini sudah turun menjadi 9 orang atau kurang lebih 50 persen.
"Kasus stunting di desa kami (Gelgel) sekarang tersisa 9 balita yang sebelumnya 19," kata Sudiantara, saat memberikan sambukan acara Promosi dan KIE Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten/Kota, di Balai Banjar Nyuhaya, Gelgel, Klungkung, Kamis (16/11/2023).
Keberhasilan menekan prevalensi stunting yang siginifikan itu, menurutnya berkat kolaborasi semua pihak. Pertama, penguatan 6 Posyandu, pemberian makanan tambahan dari dana desa, UPTD Puskesmas I Klungkung, desa adat dan kerja sama dengan Dinas PUPR Klungkung, untuk pemenuhan jamban di rumah balita berisiko stunting.
Khusus UPTD Puskesmas I Klungkung, katanya, memiliki CES PLONG (Cegah Stunting dengan Penyuluhan Latihan Fisik, Obati Penyakit dan Penatalaksanaan Gizi). Sementara, dukungan desa adat, membebaskan ibu-ibu yang aktif sebagai kader posyandu dari 'ayahan' atau kewajiban adat, agar fokus di posyandu. Di Gelgel terdapat 255 balita dengan total penduduk 5. 283 jiwa.
Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN Bali, Sarles Brabar, selaku penyelenggara kegiatan, menjelaskan, permasalahan stunting tidak bisa dipandang sebelah mata karena stunting merupakan ancaman terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap daya saing bangsa.
"Menurut data WHO, Indonesia termasuk kedalam negara dengan kasus stunting tertinggi di Asia Tenggara.
Seperti yang kita ketahui bahwa stunting merupakan salah satu tantangan pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas," kata Sarles.
Stunting, lanjut Sarles, adalah kondisi gagal tumbuh dan kembang pada anak akibat kekurangan asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Dalam kerangka pembangunan kualitas sumber daya manusia, permasalahan stunting merupakan salah satu bagian dari double burden malnutrition (DBM) mempunyai dampak yang sangat merugikan baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi produktivitas ekonomi dan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dampak jangka pendek stunting adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik serta gangguan metabolisme, sedangkan dampak jangka panjangnya adalah menurunnya kemampuan perkembangan kognitif otak anak, kesulitan belajar, kekebalan tubuh lemah sehingga mudah sakit serta berisiko tinggi munculnya penyakit metabolik.
Bahkan ketika dewasa nanti akan memiliki tubuh pendek, tingkat produktivitas yang rendah serta tidak memiliki daya saing di dalam dunia kerja. Stunting menjadi ancaman utama dalam mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.
Berdasarkan Data Suvery Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan bahwa angka prevalensi stunting di Indonesia telah mengalami penurunan, namun masih menunjukkan persentase yang cukup tinggi yaitu sebesar 21,6 persen. Masih tingginya prevalensi kasus stunting di Indonesia dengan penurunan sebesar 2.8% pada periode 2021-2022, menunjukkan bahwa masih dibutuhkan perhatian serius dan kerja keras pemerintah untuk mempercepat penurunan kasus stunting.
Sementara Provinsi Bali, menurutnya, menjadi provinsi dengan prevalensi stunting terendah di Indonesia, sebesar 8,0%. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat luar biasa.
"Namun, kita tidak boleh lengah, karena secara kabupaten/kota, sebaran stunting masih cukup tinggi. Untuk kabupaten Klungkung, angka stunting sudah baik dibawah rata-rata Provinsi Bali yaitu 7,7 % sehingga namun kita masih terus berupaya untuk menurunkannya melalui pencegahan dari hulu," jelasnya.
Plt Bupati Klungkung I Made Kasta, menyambut baik kegiatan ini. Sejak menjadi komando Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Klungkung, Kasta langsung merapatkan barisan dan kunjungan lapangan agar tahu persis bagaimana kondisi anak yang diindikasikan stunting.
"Kami langsung cek fakta di lapangan agar tahu secara detail. Ternyata banyak data yang kurang tepat. Hasil dari kerja TPPS Klungkung sudah menunjukkan hasil bagus dengan prevalensi terakhir 4,7 persen," kata Kasta sembari membuka kegiatan secara resmi.
Kegiatan yang diikuti puluhan ibu rumah tangga, ibu hamil, remaja dan calon pengantin (catin) itu, turut menghadirkan nara sumber Putu Sri Lastari S.Gz., dari Persatuan Ahli Gizi (Persagi).
Desak menekankan, kunci utama pencegahan stunting terletak pada gizi. Untuk itu, perlu diintervensi dari hulu, mulai dari anak-anak sekolah hingga calon pengantin agar faktor-faktor langsung maupun tidak langsung penyebab stunting bisa dicegah.
"Stunting ibarat rantai. Anak yang kurang gizi, terutama perempuan, jika tidak diintervensi akan melahirkan anak kurang gizi juga, begitu seterusnya sampai lansia. Jadi siklus ini harus diputus," kata Desa. Kegiatan juga dihadiri I Wayan Suteja, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Klungkung. (Gde)