https://www.traditionrolex.com/27 Stigma Negatif Pengaruhi Kesembuhan Pasien Covid - FAJAR BALI
 

Stigma Negatif Pengaruhi Kesembuhan Pasien Covid

(Last Updated On: 06/07/2020)

DENPASAR – fajarbali.com | Di tengah wabah COVID-19, muncul satu fenomena sosial yang berpotensi memperparah situasi, yakni stigma negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang yang mengalami gejala atau menyandang penyakit tersebut. Mereka diberikan label, didiskriminasi, diperlakukan berbeda, atau mengalami pelecehan status karena terasosiasi dengan sebuah penyakit.

Psikolog, Ria Wiyati Linsiya mengatakan sebagai penyakit baru, banyak yang belum diketahui tentang COVID-19, sehingga menyebabkan munculnya stigma sosial dan diskriminasi terhadap orang yang dianggap mempunyai hubungan dengan virus ini. Masyarakat diminta tidak memberikan stigma negatif kepada pasien positif COVID-19 dan keluarganya, karena dapat mempengaruhi kesembuhan pasien itu sendiri.

 

Ia juga menyayangkan masyarakat yang secara sosial menjauhi orang-orang yang menderita COVID-19, bahkan di beberapa daerah terjadi penolakan jenazah warga atau tenaga medis yang terpapar virus corona, sehingga menambah duka dalam bagi keluarga pasien yang sudah kehilangan anggota keluarganya.

 

“Tidak perlu mengucilkan pasien COVID-19 dan keluarganya yang akan menyebabkan pasien semakin depresi, justru masyarakat seharusnya menjalin komunikasi untuk memberikan dukungan moral dan semangat, agar mereka bisa segera sembuh,” katanya.

 

Menurutnya, masyarakat hanya perlu menerapkan protokol kesehatan dengan tidak melakukan kontak fisik dengan pasien, menjaga jarak, dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mengantisipasi penyebaran virus corona, sehingga tidak perlu memberikan stigma negatif kepada pasien COVID-19.

 

“Selain itu, semua pihak diharapkan menyebarkan berita positif dengan melakukan edukasi yang menunjukkan adanya pasien positif bisa sembuh, sehingga memberikan dukungan dan solidaritas kepada pasien untuk segera sembuh,” ujar Ria.

 

Setelah sembuh pun, pasien positif tersebut harus diberikan apresiasi agar memiliki rasa percaya diri dan bisa kembali atau diterima di lingkungan masyarakat dengan baik karena dia sudah membantu memutus rantai penyebaran COVID-19 dengan bersedia diisolasi dan berjuang untuk sembuh.

 

Ria mengatakan, stigma negatif tersebut muncul karena corona merupakan penyakit baru dan banyak warga yang belum tahu bagaimana penularan penyakit tersebut, sehingga kekhawatiran itu muncul di kalangan masyarakat.

 

“Kecemasan dan ketakutan tersebut tidak jarang menimbulkan stigma masyarakat kepada para pasien Covid-19 dan keluarganya, serta tenaga medis yang menanganinya. Bahkan kadang, stigma tersebut menimbulkan perilaku diskriminatif terhadap mereka yang terpapar virus corona,” imbuhnya.

 

Ia menjelaskan, pelabelan stigma negatif justru akan membuat penyebaran virus Corona tidak terkendali karena masyarakat yang memiliki gejala COVID-19 cenderung menyembunyikan dan tidak jujur saat berobat ke puskesmas atau rumah sakit karena takut dengan stigma negatif dari masyarakat.

 

“Pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama untuk menghilangkan stigma negatif terhadap pasien COVID-19 dan keluarganya, serta tenaga medis yang menangani pasien terpapar virus corona, terutama di lingkungan terdekat,” tegas Ria. (dar).

 

Ilustrasi foto : hapus stigma negatif terhadap pasien Covid-19

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Serangkaian TMMD Dilaksanakan Penyuluhan Kesehatan

Sen Jul 6 , 2020
Dibaca: 14 (Last Updated On: 06/07/2020)GIANYAR – fajarbali.com | Serangkaian pelaksanaan Tentara Manunggal Masuk Desa (TMMD) ke-108, di Desa Buahan Kaja, Payangan juga diisi penyuluhan kesehatan kepada masyarakat Banjar Tengipis, Desa Buahan Kaja, Minggu(5/7/2020) lalu. Kegiatan dihadiri Pasiter Kodim 1616 Gianyar, Kapten Wayan Sudana, dan sejumlah personel TNI Payangan, prajuru adat […]

Berita Lainnya