Sempat Salah Jurusan, Kini Jabat Profesor

FOTO: Prof. Dr. Dewa Gede Sudika Mangku, SH. LLM.

 

DENPASAR – fajarbali.com | Prof. Dr. Dewa Gede Sudika Mangku, SH. LLM., adalah salah satu dari enam Guru Besar/Profesor Tetap Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) yang dikukuhkan beberapa waktu lalu. Nama Dewa Mangku, sapaannya, menarik untuk dikuliti, sebab ada beberapa rekor yang ia pecahkan.

Pertama, Dewa Mangku menobatkan diri sebagai Guru Besar bidang Hukum Internasional pertama di Undiksha. Kedua, ia merupakan profesor termuda di usia 38 tahun, serta ia tercatat dalam daftar 20 ilmuan terbaik Indonesia versi AD Scientific 2023.

Siapa sangka, di balik kesuksesannya merasakan “orgasme”, kenikmatan puncak sebagai akademisi, Dewa Mangku sempat mengalami “kecelakaan” akademik, yakni salah memilih jurusan. Meski hal ini umum dialami oleh lulusan SMA/sederajat, tetapi Dewa Mangku mampu membuktikan diri hingga tiba di puncak pendidikan tertinggi di bidangnya.

Ihwalnya, selepas menamatkan pendidikan di SMAN 1 Denpasar tahun 2003, ia memantapkan diri memilih jurusan manajemen informatika di Stikom Surabaya. Itupun, merupakan pilihan “briyuk siu” alias ikut-ikutan teman yang sama-sama belum punya cita-cita pasti. Masih mencari jati diri.

“Bahkan awalnya saya tidak ada niat lanjut kuliah. Tapi di Smansa saya banyak mendapatkan refleksi diri. Mulai ada keinginan kuliah tapi harus di luar Bali agar relasi semakin luas,” kata Dewa Mangku, dikonfirmasi dari Denpasar, Senin (4/12/2023).

Alur hidup Dewa Mangku muda mulai berubah setelah mengantarkan dua sahabatnya mendaftar di Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Unair, Surabaya. Dewa Mangku yang belum mendaftar (di Stikom Surabaya) merasa bingung dan ikut iseng mendaftar Prodi Ilmu Hukum.

Seminggu kemudian, suami dari Putu Kartika Dharmayanti, ini, mendapati hasil pengumuman namanya lulus. Ia pun menyampaikan ke orangtuanya. “Orangtua saya saat itu mendukung. Lanjutkan saja. Apalagi Unair kampus negeri. Biaya lebih terjangkau. Oke saya ikuti,” kenangnya.

Berbekal gelar sarjana hukum, Dewa Mangku tidak mudah mendapatkan pekerjaan di Jakarta, Surabaya dan kota-kota besar lainnya. Baginya, pulang kampung bukan jalan realitas. Ia berpikir bisa jadi bahan lelucon, sudah kuliah jauh-jauh ujung-ujungnya pulang.

2009 menjadi sebuah titik balik. Di tahun Sio Kerbau itu, Dewa Mangku mengikuti tes CPN di Undiksha. Dan, ia pun lulus. Meski demikian, ia merasa kurang nyaman sehingga berpikir untuk mengundurkan diri. “Sebenernya saya hanya menyenangkan hati orangtua untuk bertahan di Undiksha,” kenangnya.

Dewa Mangku mulai merasakan belaian-belaian lembut tangan Tuhan sebagai jawaban restu kedua orangtuanya; Dewa Ketut Sedana dan Ni Gusti Made Wijayati. Dewa Mangku konsisten melanjutkan pendidikan Magister atau S2 (Konsentrasi Hukum Internasional) di Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 2009.

Kenyamanan mulai ia rasakan hingga keajaiban kembali datang menghampiri. 2013 ia kembali melanjutkan pendidikan doktor (S3) di UGM plus mendapatkan beasiswa Short Course East West Center di University of Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat. Kuliah di luar negeri merupakan mimpi besarnya sejak lama. Dewa Mangku pun resmi menyandang doktor tahun 2018.

“Jika saya mengikuti ego (mundur dari Undiksha-red), kemungkinan saya tidak jadi apa-apa sekarang. Kebesaran Ida Hyang Widhi nyata adanya berkat doa orangtua saya,” tegas ayah dari Dewa Ayu Putu Supraba Dewi dan Dewa Kadek Putra Satria Wibawa, ini.

FOTO: Bersama istri, Putu Kartika Dharmayanti, dan anak-anak; Dewa Ayu Putu Supraba Dewi dan Dewa Kadek Putra Satria Wibawa.

Sebagai umat manusia, Dewa Mangku meyakini, jalan Tuhan adalah yang terbaik, meski tak selalu mulus. Hingga saat ini, ia mengaku masih belum percaya bahwa dirinya sudah menyandang jabatan akademik guru besar.

Masih segar dalam ingatannya, bagaimana Dewa Mangku kecil menghabiskan waktu bermain layangan di Lapangan Lumintang, serta terlanjur asyik membantu ayahnya berjualan sayur dan buah hingga sempat berpikir tidak melanjutkan kuliah. Ia hanya berpikir bagaimana mengangkat perekonomian keluarga yang sangat sederhana.

Di usianya yang masih muda untuk kategori profesor, Dewa Mangku merasa memikul tanggung jawab moral yang besar. Segala pencapaiannya di bidang akademik harus bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Ia pun tidak ingin larut dalam euforia pengukuhan guru besarnya. Upacara seremonial sudah berakhir. Sekarang dan seterusnya, ia fokus mengabdikan diri di dunia pendidikan tinggi, khususnya bidang hukum internasional.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Rektor Undiksha dan jajaran, keluarga, sahabat serta pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu,” tutup Dewa Mangku. (Gde)