https://www.traditionrolex.com/27 Selain Wabah Covid-19, Masyarakat Diimbau Waspada Gejala DBD - FAJAR BALI
 

Selain Wabah Covid-19, Masyarakat Diimbau Waspada Gejala DBD

(Last Updated On: 12/04/2020)

DENPASAR – fajarbali.com | Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat Bali diminta untuk mewaspadai demam berdarah dengue atau DBD. Selain memberantas sarang nyamuk, warga juga diharapkan lebih sadar pada gejala penyakit tersebut dan memeriksakan diri secara lebih dini.

 

 

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan masuknya virus Dengue yang biasanya terdapat pada nyamuk Aedes Aegypti. Jika seseorang yang digigit nyamuk tersebut tidak dikenali gejalanya dan tidak tertangani dengan cepat, maka dapat menyebabkan kematian.

 

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, MPPM memaparkan, gejala DBD baru muncul dalam 7 hari bahkan ada yang sampai 10 hari setelah digigit nyamuk. Setelah digigit, tidak ada gejala yang khas alias mirip dengan penyakit lainnya seperti demam biasa. Karenanya, begitu demam tinggi tidak sembuh selama 2 hari, sebaiknya langsung ke fasilitas kesehatan untuk memastikan demam tersebut DBD atau bukan.

 

Yang perlu diperhatikan adalah demam dari DBD ditandai dengan panas tinggi mendadak, dan bisa mencapai 40 derajat Celcius. Demam tinggi terjadi selama 2-7 hari. Kemudian nafsu makan menurun, mual, kadang muntah, sakit kepala, dan sakit perut.

 

“Pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, tulang sendi terasa ngilu dan nyeri otot, bisa disertai diare, bisa juga disertai perdarahan dengan gejala seperti bintik-bintik merah, mimisan, gusi berdarah, muntah darah, dan buang air besar berdarah. Kondisi ini menunjukkan DBD masuk fase kritis. Kalau sudah alami gejala ini, tidak ada alasan lagi untuk menunda ke fasilitas kesehatan,” paparnya.

 

Sebab tanpa perawatan medis, penderita akan mengalami syok atau perdarahan berat yang ditandai dengan kaki dingin dan lembab, lemah, tidur terus dan hilang kesadaran. Setelah mengalami panas mendadak, biasanya dalam beberapa hari panas dan demam akan menghilang. Pada fase ini terjadi penurunan trombosit dan peningkatan hematokrit. “Pada anak-anak biasanya terjadi syok dengue. Kondisinya memburuk, gelisah, lemah, tangan kaki dingin, nafas cepat dan buang air kecil berkurang,” imbuh Suarjaya.

 

Gejala DBD pada anak dan dewasa sama saja. Bedanya, pada anak akan lebih rentan syok karena sirkulasi darahnya lebih kecil dari orang dewasa. Asupan cairan yang lebih sedikit dan kekebalan tubuh yang lebih rendah pada anak-anak menyebabkan mereka lebih rentan jatuh ke kondisi syok dibanding orang dewasa. Itulah mengapa angka kematian yang dilaporkan dari berbagai daerah lebih banyak usia anak.

 

dr Suarjaya menambahkan, kondisi seperti ini tidak perlu terjadi apabila kita sadar untuk melakukan pencegahan. Karena bagaimana pun mencegah tetaplah lebih baik daripada mengobati. “Lakukan pencegahan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), baik di lingkungan keluarga maupun di tempat-tempat umum lainnya,” ujarnya.

 

Selain itu, taburkan bubuk abate pada tempat penampungan air karena efektif membunuh larva nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah juga efektif untuk pencegahan. Buang kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. Sedapat mungkin menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan obat antinyamuk. “Semua kegiatan ini tujuannya untuk memusnahkan perkembangan nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD kepada manusia melalui gigitannya,” tutupnya. (dar).

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Desa Garda Terdepan dalam Penanggulangan Penyebaran Covid -19

Ming Apr 12 , 2020
Dibaca: 12 (Last Updated On: 12/04/2020)TABANAN – fajarbali.com | Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti mengatakan bahwa Desa merupakan Garda terdepan dalam rangka penanggulangan krisis yang disebabkan oleh corona virus desesase 2019 (covid-19), khususnya di Kabupaten Tabanan.    Save as PDF

Berita Lainnya